Liputan6.com, Jakarta - Bird of the Year Selandia Baru telah mengumumkan pemenangnya. Kompetisi tahunan tersebut dimenangkan oleh satu-satunya mamalia darat di Negeri Kiwi, yakni pekapeka-tou-roa, atau kelelawar ekor panjang.
Dilansir dari CNN, Senin (8/11/2021), ini adalah kali pertama hewan yang bukan burung menjadi bagian dari kompetisi. Ajang menarik ini diselenggarakan oleh badan amal konservasi di Selandia Baru, Forest and Bird.
"Orang Selandia Baru jelas menyukai kelelawar asli mereka," kata juru bicara Forest and Bird's Bird of the Year, Laura Keown, dalam sebuah pernyataan Senin mengumumkan hasilnya pada Senin, 1 November 2021.
Advertisement
Baca Juga
"Suara untuk kelelawar juga merupakan suara untuk kontrol predator, restorasi habitat, dan tindakan iklim untuk melindungi kelelawar kita dan tetangga berbulu mereka!" lanjutnya.
Menurut pernyataan itu, kelelawar diikutsertakan dalam kompetisi untuk meningkatkan kesadaran dan dukungan bagi spesies tersebut. Kelelawar ekor panjang diklasifikasikan sebagai "kritis nasional" oleh Departemen Konservasi Selandia Baru yang menyebut hewan ini menghadapi kepunahan jika tidak dilindungi.
"Kelelawar ekor panjang, atau pekapeka-tou-roa, adalah bagian unik dari keanekaragaman hayati Aotearoa, tetapi banyak orang tidak tahu bahwa mereka ada," kata Ben Paris, penasihat konservasi senior di Auckland Council dan advokat kelelawar, dalam sebuah penyataan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Suara Tertinggi
Aotearoa adalah nama untuk Selandia Baru dalam bahasa Māori. Kompetisi Bird of the Year edisi 2021 adalah yang terbesar dengan 56.733 suara, kata organisasi itu.
Kelelawar ekor panjang mendapat 7.031 suara, mengalahkan kakapo yang mendapat 4.072 suara, di posisi kedua. Kakapo adalah burung beo gemuk, tidak bisa terbang dan nokturnal, yang menjadi pemenang kompetisi tahun lalu.
Hewan ini secara resmi sebagai burung beo terberat di dunia. Kakapo berhasil diselamatkan dari ambang kepunahan pada 1990-an, tetapi kini kembali terancam punah.
Kompetisi Bird of the Year dimaksudkan untuk menyoroti penderitaan spesies burung yang terancam punah di Selandia Baru. Kompetisi ini kerap menimbulkan perdebatan sengit antara kampanye dan upaya mencurangi suara.
Pada 2020, penyelenggara mendeteksi lebih dari 1.500 suara curang. Suara itu diberikan menggunakan alamat email palsu yang ditelusuri kembali ke alamat IP yang sama, yang secara singkat mendorong Little spotted kiwi atau kiwi berbintik kecil ke puncak papan peringkat.
Advertisement
Kiwi Langka
Pada Minggu, 27 Desember 2020, seekor burung kiwi putih bernama Manukura mati di Pukaha National Wildlife Center, Selandia Baru, setelah dioperasi. Burung ini menjalani beberapa kali operasi untuk mengeluarkan telur yang tidak berkembang.
Dikutip dari CNN, Selasa, 29 Desember 2020, burung kiwi putih satu-satunya yang menetas di penangkaran tersebut terbilang langka karena umumnya kiwi berbulu cokelat. Manukura menetas pada Mei 2011 di Pukaha.
Arti namanya adalah status utama dalam Bahasa Maori. Warna putih pada bulunya tersebut dihasilkan oleh kondisi genetik yang langka.
Manukura dipandang sebagai berkah besar oleh Suku Raitane o Wairarapa di Selandia Baru. Mereka percaya burung tersebut merupakan simbol pemersatu.
Burung kiwi itu juga menginspirasi penulis buku anak-anak Selandia Baru, Jow Cowley. Ia bahkan menerbitkan buku cerita berjudul Manukura The White Kiwi, juga mainan dan merchandise lainnya.
"Dia akan sangat dirindukan," ujar Kathy Houkamau, manajer di Pukaha, pusat penangkaran yang terletak di utara Wellington tersebut.
Infografis Tertib Protokol Kesehatan Covid-19, Lawan Hoaksnya!
Advertisement