7 Karya Warisan Budaya Takbenda Indonesia Asal Kepulauan Bangka Belitung (Bagian 2)

Simak ketujuh karya budaya asal Kepulauan Bangka Belitung yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia.

oleh Putu Elmira diperbarui 03 Des 2021, 06:30 WIB
Diterbitkan 03 Des 2021, 06:30 WIB
Keroncong Stambul Fajar
Keroncong Stambul Fajar (dok. arisanbudaya.kemdikbud.go.id)

Liputan6.com, Jakarta - Kepulauan Bangka Belitung memiliki beragam karya budaya, 14 di antaranya ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2021. Pada bagian pertama telah mengulas tujuh karya budaya.

Pada bagian kedua ini, ada tujuh karya budaya lain dari Kepulauan Bangka Belitung. Karya budaya tersebut termasuk keterampilan dan kemahiran kerajinan tradisional, seni pertunjukan, hingga tradisi lisan dan ekspresi. Simak rangkuman selengkapnya seperti dikutip dari laman Warisan Budaya Kemdikbud, Kamis, 2 Desember 2021, berikut ini.

1. Keroncong Stambul Fadjar

Seni pertunjukan ini adalah salah satu seni musik dengan genre keroncong yang berasal dari Kabupaten Belitung. Penamaan stambul fadjar pada musik keroncong ini dihubungkan pada munculnya hidangan (Tambul) pada jam-jam tertentu hingga menjelang fajar

Musiknya memiliki keunikan dari nada-nada dalam bermusik dan lagu-lagunya berisi pantun mengenai nasihat dan muda-mudi. Musik ini dimainkan pada acara persiapan menjelang pesta pernikahan.

2. Angkup

Angkup adalah permainan yang lama telah di Pulau Belitung. Namun tidak diketahui kapan permainan ini mulai ada termasuk penciptanya. Permainan ini disebut demikian karena sesuai dengan proses permainan terdapat gerakan Ngangkup atau menangkap batu.

Dalam kebahasaan Melayu Belitong, kata dasar Angkup dapat berkembang menjadi beberapa kosakata, misalnya, diangkup atau ditangkap jika bertujuan untuk menangkap sesuatu. Terdapat perkembangan kebahasaan, sebut saja ditangkup, yang dapat dimaknai sebagai ditutup. Tidak hanya batu, permainan ini juga bisa menggunakan Kumbe' atau Kemiri yang masih dibungkus oleh cangkangnya yang kuat.

3. Begasing Terenang

Ini merupakan permainan tradisional yang menggunakan gasing terenang sebagai alat permainannya. Permainan ini dilakukan secara tradisional berupa Adu Uri untuk menentukan urutan pemain dan Mangkak atau memangkah.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

4. Penyurong

Penyurong
Penyurong (dok. arisanbudaya.kemdikbud.go.id)

Penyurong adalah kemahiran tradisional yang berkaitan erat tradisi agraris di masa lalu. Pada tradisi tersebut masyarakat menyelenggarakan ladang tahunan yang disebut dengan Ume Taun atau Ume Betaun. Rangkaian kegiatan ini digelar selama satu tahun mulai dari membuka hutann (Nebas Nunu) hingga perayaan hasil panen (Maras Taun).

5. Gasing Terenang

Di masa lalu, ketika masyarakat membuka hutan untuk tempat berladang terlebih dahulu akan dilaksanakan Nebas, yakni menebang pohon dan semak belukar kemudian nunu atau membakarnya. Menjelang masa hingga nebas masyarakat akan membuat gasing, selain untuk mencapai rasa senang juga melatih otot lengan sehingga tidak mudah lelah atau sakit ketika nebas nanti.

Permainan ini kian  berkurang hingga kini masih dijumpai di Desa Lintang, Kecamatan Simpang Renggiang. Biasanya, pelaksanaannya dilakukan secara tradisional, juga mulai distandarisasi hingga lebih terukur dan sistematis.

6. Terumpet Daun Kelapak

Terumpet Daun Kelapak
Terumpet Daun Kelapak (dok. arisanbudaya.kemdikbud.go.id)

Permainan Terumpet Daun Kelapak adalah permainan yang menggunakan alat tiup yang dibuat menyerupai terompet dari daun kelapa. Permainan ini memang sudah lama ada di Pulau Belitung, tetapi tidak diketahui kapan mulai ada, termasuk bagaimana proses terciptanya permainan.

Permainan ini mengandalkan kreativitas pemainnya dalam menjalin rinjong atau janur, yakni daun kelapa yang masih muda berwana kuning dan sangat lentur hingga menyerupai terompet.

7. Gangan Darat

Masyarakat di Pulau Belitong biasa membuat gangan darat, dengan menggunakan hewan buruan antara lain, Pelandok (kancil), Rusa dan Kijang. Mereka mendapatkan hewan buruan dengan cara tradisional, yaitu Berasuk yang dilengkapi sejenis perangkat jebakan yang disebut Jerat.

Bahan Gangan Darat menggunakan daging berbagai bahan hasil alam, tetapi saat ini hewan tersebut sudah langka sehingga sulit didapat. Daging yang mudah didapat digunakan mulai dari daging sapi dan daging ayam baik ayam negeri maupun ayam kampung.

Hasil Alam yang digunakan adalah Pucuk Daun Nangka atau dapat menggunakan Daun Mengkiraian, daun salam. Bumbu digunakan oleh masyarakat sejak masa lalu untuk memasak Gangan Darat Gangan adalah Bumbu Tige atau Bumbu Tiga yang terdiri dari tiga jenis bumbu yaitu, kunyit, cabai rawit, dan kemiri. 

Infografis: Warisan Budaya Indonesia yang Sudah Diakui UNESCO

Infografis: Warisan Budaya Indonesia yang Sudah Diakui UNESCO
Infografis: Warisan Budaya Indonesia yang Sudah Diakui UNESCO
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya