Lupus, Karakter Paling Ikonis Karya Hilman Hariwijaya yang Meninggal Dunia

Hilman Hariwijaya menerbitkan puluhan novel yang mengangkat Lupus sebagai karakter utama.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 09 Mar 2022, 11:16 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2022, 11:16 WIB
Lupus, Karakter Paling Ikonis Karya Hilman Hariwijaya yang Meninggal Dunia
Lupus karya Hilman Hariwijaya. (dok. Instagram @thehilmanhariwijaya/https://www.instagram.com/p/CRkVgL9NaXQ/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Bicara soal Hilman Hariwijaya tak bisa dilepaskan dari Lupus. Karakter fiksi itu pula yang menempatkan nama Hilman sebagai penulis novel ternama di Indonesia. Puluhan buku diterbitkannya dengan mengangkat Lupus sebagai karakter utama.

Indonesia pun kehilangan sosok penulis novel ikonis ini. Hilman Hariwijaya meninggal di usia 57 tahun. 

"Innalillahi wainnaillahi rojiun Telah berpulang Hilman Hariwijaya Rabu, 9 Maret 2022 pukul 08.02wib Mohon dibukakan pintu maaf sebesar-besarnya untuk almarhum," tulis Nessa Sadin, istri Hilman, Rabu (9/3/2022).

Belum diketahui penyebab Hilman Hariwijaya meninggal dunia. Namun pada Desember 2021, penulis sejumlah cerita di sinetron televisi itu mengunggah kabar terbaring sakit.

Dalam beberapa kesempatan, ia juga sempat menggugah memori masa kecil banyak orang lewat unggahan tentang Lupus. Salah satunya pada 21 Juli 2021. Ia menampilkan gambar ilustrasi Lupus yang bersandar di dinding sambil menggelembungkan permen karet. Gaya rambut jambul yang khas menjadi ciri tokoh fiksi tersebut.

Dikutip dari beragam sumber, kisah Lupus berawal dari cerpen yang kemudian dijadikan novel. Novel Lupus pertama diterbitkan pada 1986 dengan judul Lupus I: Tangkaplah Daku Kau Kujitak. Judul itu plesetan dari film Kejarlah Daku Kau Kutangkap dengan cerita yang jauh berbeda.

Karakter Lupus digambarkan sebagai seorang remaja yang supel, konyol, jahil, dan cerdas. Ia adalah pelajar SMA Merah Putih yang aktif menulis sebagai wartawan sebuah majalah remaja. Ia memiliki banyak teman, mulai dari Boim, Gusur, Fifi Alone, Anto, Aji, Adi Darwis, hingga terjebak kisah cinta putus sambung dengan Poppy.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tiga Serial

Hilman Hariwijaya, penulis novel Lupus, meninggal dunia (https://www.instagram.com/p/CX0eshsFN1-/)
Hilman Hariwijaya, penulis novel Lupus, meninggal dunia (https://www.instagram.com/p/CX0eshsFN1-/)

Tidak hanya Hilman, novel Lupus juga pernah dikerjakan bersama dengan Gusur Adhikarya dan Boim Lebon. Kedua penulis itu sudah mendahului Hilman, beberapa tahun sebelumnya.

Karakter Lupus dikembangkan dalam tiga serial berbeda, yakni Lupus, Lupus kecil, dan Lupus ABG. Dua seri terakhir dikerjakan Hilman bersama Boim Lebon. 

Ceritanya berkisar kehidupan Lupus bersama adiknya Lulu, dan mami Anita serta papi Mulyadi. Namun, tokoh papi digambarkan meninggal dunia saat Lupus duduk di kelas 1 SMA. 

Diangkat ke Film

Ryan Hidayat
Ryan Hidayat (Instagram/@ryanhidayatofficial)

Cerita Lupus kemudian diangkat ke layar lebar. Pemeran utamanya adalah almarhum Ryan Hidayat. Aktor yang meninggal dunia pada 8 Februari 1997 itu menjadi Lupus dalam Tangkaplah Daku Kau Kujitak (1987), Makhluk Manis Dalam Bis (1987), Anak Mami Sudah Besar (1990), dan Iih..., Syereem! (1991).

Film Lupus laku keras pada masa itu. Sosok Ryan Hidayat yang populer serta ceritanya yang memang disukai anak muda pada masa itu menjadi beberapa faktor kesuksesan. Namun, Hilman Hariwijaya juga pernah membintangi film Lupus ketiga berjudul Topi-Topi Centil pada 1991.

Setelah film, Lupus kemudian diangkat ke layar kaca dengan Oka Sugawa sebagai pemeran utamanya pada 1995. Sosok Lupus juga pernah dibintangi oleh Irgy Ahmad Fahrezy dan Rico Karindra. 

 

Gambarkan Penulis

Dalam jurnal berjudul When The Teens Narrate The Selves in Indonesian Literature: Gender, Subject, and Power yang ditulis Wening Udasmoro disebutkan bahwa relasi hubungan antara anak lelaki dan perempuan mendominasi isi novel. Kisah di novel itu menggambarkan kehidupan Hilman sendiri.

"Identitas Lupus adalah representasi dari identitas penulis, atau lebih spesifik, penulis membuat Lupus sebagai potretnya sendiri," tulis Wening.

Dalam praktik sosial, novel itu menginspirasi anak-anak muda untuk mengikuti tren fesyen yang dipromosikan Lupus di dalam novel. Tren itu meliputi memanjangkan rambut, mengunyah permen karet, dan melipat lengan baju, yang akhirnya menjadi gaya hidup remaja pada akhir 80an.

Rekonsiliasi Kasus Novel Baswedan

Infografis Rekonstruksi Kasus Novel Baswedan. (Liputan6.com/Triyasni)
Infografis Rekonstruksi Kasus Novel Baswedan. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya