Liputan6.com, Jakarta - Minahasa Utara atau sering disingkat Minut adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Utara. Pusat pemerintahan dan ibu kota Minut terletak di Airmadidi. Kabupaten ini memiliki lokasi yang strategis karena berada di antara dua kota besar, yaitu Manado dan kota pelabuhan Bitung.
Jarak dari pusat kota Manado ke Airmadidi sekitar 12 km yang dapat ditempuh dalam waktu 30 menit. Sebagian dari kawasan Bandar Udara Sam Ratulangi terletak di wilayah Minahasa Utara. Jumlah penduduk Minahasa Utara di tahun 2020 sebanyak 224.993 jiwa, dengan kepadatan 212 jiwa/km persegi.
Kabupaten Minahasa Utara dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2003. Wilayah Kabupaten Minahasa Utara berasal dari kecamatan-kecamatan dari Kabupaten Minahasa yaitu Airmadidi, Dimembe, Kalawat, Kauditan, Kema, Likupang Barat, Likupang Timur, dan Wori.
Advertisement
Baca Juga
Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Minahasa Utara. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Minahasa Utara yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.
1. Suku Tonsea
Penduduk Kabupaten Minahasa Utara sebagian besar adalah suku atau etnis Minahasa Tonsea. Tonsea adalah suatu kata yang mengacu pada sub-etnis Minahasa yang ada di Tanah Malesung (sekarang disebut Minahasa).
Sebagai sebuah etnis, Tonsea mempunyai bahasa sendiri dan masuk dalam rumpun bahasa Minahasa. Bahasa Tonsea digunakan oleh sebagian besar masyarakat Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Bitung, Sulawesi Utara.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Likupang
Minahasa Utara masuk daerah yang ditetapkan Presiden RI sebagai Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK Pariwisata. Likupang yang merupakan salah satu kecamatan di Minut ditetapkan sebagai satu dari lima Destinasi Super Prioritas atau DSP di Indonesia oleh Kementerian Pariwisata RI.
Lokasinya berjarak 39 km dari Bandara Sam Ratulangi Manado. Di sana, pengunjung dapat menikmati sejumlah kawasan pantai eksotis nan memesona, di antaranya Pantai Pulisan, Pantai Paal, dan Desa Bahoi yang dikenal sebagai desa ekowisata. Di dua pantai ini, pengunjung bisa menikmati pemandangan laut luas dengan pasir yang lembut.
Ada berbagai fasilitas untuk menantang adrenalin pengunjung dengan permainan air seperti banana boat atau UFO Boat. Beragam aktivitas seperti snorkeling juga bisa dilakukan di Likupang. Di sana juga terdapat penyu hijau yang kini sudah langka.
Sejumlah homestay di Likupang juga telah banyak berdiri dengan tarif yang relatif terjangkau. Nantinya, di KEK Likupang juga akan dikembangkan resor, akomodasi, pusat hiburan, dan MICE.
Advertisement
3. Gunung Klabat
Bagi mereka yang suka mendaki, berkunjung ke Minut bisa jadi pilihan. Daerah ini memiliki gunung tertinggi di Sulawesi Utara, yaitu Gunung Klabat. Masyarakat Tonsea menyebutnya sebagai Gunung Tamporok dan termasuk gunung api yang tak aktif lagi. Puncak gunung ini berada di titik 1.995 mdpl.
Berada di puncak Gunung Klabat, pendaki bisa menyaksikan pemandangan indah bagian selatan Danau Tondano. Kita juga bisa melihat lebatnya Hutan Taman Nasional Dua Saudara di sisi timur,dan di bagian barat terlihat pendaran cahaya laut Pulau Bunaken.
Jalur pendakian Gunung Klabat cukup aman bagi pendaki gunung pemula. Disarankan bagi yang ingin mendaki, memulai perjalanan sejak pagi. Jika tak kuat mendaki hingga ke puncak, pengunjung bisa mampir di Kaki Dian saja. Tempat rekreasi ini berada tepat di kaki Gunung Klabat.
Selain sebagai objek wisata, Menara Kaki Dian ternyata memiliki fungsi lain yang tak kalah penting bagi masyarakat. Lampu yang terpasang di puncak Kaki Dian digunakan sebagai penentu arah pulang bagi nelayan yang telah berlayar jauh di malam hari.
4. Musik Kolintang
Minahasa punya alat musik tradisional yang dikenal luas yaitu kolintang. Alat musik tradisional khas leluhur Minahasa ini dilestarikan sangat baik oleh masyarakat Minahasa Utara, khususnya.sekelompok masyarakat Desa Maumbi, Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minut.
United Nations Educational, Science and Cultural Organization (UNESCO) telah memasukkan kolintang sebagai daftar warisan budaya tak benda (intangible cultural heritage). Jika dulu Kolintang dimainkan untuk kegiatan religi, kini kerap dipentaskan dalam berbagai acara hiburan, termasuk menyambut tamu-tamu penting yang datang di Minut.
Kolintang dibuat dari kayu lokal yang ringan namun kuat. Konon kolintang berasal dari ucapan orang Minahasa "Maimo kumolintang' yang mengajak orang bermain alat yang menghasilkan bunyi tong, ting, tang.
Advertisement
5. Kuliner Khas Minahasa Utara
Minahasa Utara punya berbagai kuliner khas yang mengundang selera. Salah satunya Nasi Jaha yang berbahan beras ketan yang dicampurkan dengan santan. Setelah itu dimasukkan ke dalam sebilah bambu yang sebelumnya telah dilapisi dengan daun pisang. Lalu dibakar hingga matang sempurna.
Nasi Jaha kaya akan rempah sehingga membuatnya semakin nikmat dan harus dicoba. Cara pembuatan Nasi Jaha cukup rumit karena membutuhkan takaran yang pas agar rasanya nikmat. Jika terlalu banyak rempah akan menjadi pahit dan akan tawar karena kekurangan rempah.
Ada Tinutuan yang juga dikenal dengan sebutan bubur khas Manado. Tinutuan berasal dari kata Tuutu yang berarti nasi atau bubur. Tinutuan merupakan makanan yang terdapat berbagai macam sayuran dan tidak ada dagingnya sehingga aman bagi mereka yang vegan ataupun vegetarian. Kuliner khas lainnya dari Minut adalah Cakalang Fufu, Tinoransak, Sambal Roa, Kue Klappertaart dan lain-lain.
6. Waruga Sawangan
Tak hanya Likupang, Minahasa Utara juga punya beragam destinasi wisata yang tak kalah menarik. Salah satunya adalah Waruga Sawangan yang merupakan situs dari sebuah kuburan kuno yang sudah ada sejak zaman megalitikum atau sekitar tahun 1.500 sebelum Masehi.
Waruga Sawangan berlokasi di Desa Sawangan, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara. Terdapat 144 kuburan tua di tempat ini. Namun baru 31 makam di antaranya yang bisa diindentifikasi. Kuburan kuno dari batu yang disebut waruga itu pertama kali ditemukan di kawasan Bukit Klewer.Â
Bentuk kuburannya berupa kotak batu berongga. Penutupnya berbentuk segitiga. Jenazah yang dimakamkan ditaruh dalam posisi meringkuk, persis seperti posisi bayi dalam rahim. Tumit jenazah bersentuhan dengan bokong dan mulut seolah mencium lutut. Leluhur Minahasa menganggap manusia mengawali kehidupan dengan posisi bayi dalam rahim, maka semestinya mengakhiri hidup juga dalam posisi yang sama.
Advertisement