6 Fakta Menarik Kotawaringin Timur, Punya Tradisi Mandi yang Jadi Agenda Tahunan Pariwisata

Masyarakat Kotawaringin Timur punya beberapa tradisi turun-temurun yang masih dilaksanakan sampai sekarang, seperti Simah Laut dan Mandi Safar.

oleh Henry diperbarui 25 Jul 2022, 08:02 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2022, 08:02 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Pelindo III memperpanjang dermaga Pelabuhan Bagendang, di Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Kotawaringin Timur adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Tengah. Ibu kota kabupaten ini terletak di Sampit. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 16.496 km persegi dan berpenduduk kurang lebih 428.895 jiwa pada tahun 2021.

Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur memiliki topografi yang bervariasi, pada ketinggian antara 0-60 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar merupakan dataran rendah yang meliputi bagian selatan sampai bagian tengah memanjang dari timur ke barat, sedangkan bagian utara merupakan dataran tinggi yang berbukit.

Kotawaringin Timur dialiri oleh satu sungai besar yaitu Mentaya dan lima buah cabang sungai yang selama ini dimanfaatkan sebagai prasarana perhubungan dan sebagian kecil untuk pertanian. Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Kotawaringin Timur. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Kotawaringin Timur yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Simah Laut

Masyarakat Kotawaringin Timur mempunyai beberapa tradisi turun-temurun yang masih dilaksanakan sampai sekarang, salah satunya Simah Laut. Tradisi ini merupakan salah satu adat-istiadat masyarakat Dayak Kotawaringin yang menetap di tepi laut yang bekerja sebagai nelayan atau petani. Upacara ini biasanya dilaksanakan sekali dalam setahun, yaitu pada awal musim barat, antara bulan November hingga Desember.

Upacara dilaksanakan di tepi pantai yang menghadap ke laut dan dipimpin oleh seorang tetua kampung setempat dan diikuti oleh semua penduduk sekitar. Tradisi ini bertujuan untuk menolak bala bencana, malapetaka, kerugian, kesialan, dan sebaliknya untuk mendatangkan kebaikan, ketenteraman, keuntungan, kemajuan dan kesejahteraan yang menjadi idaman masyarakat.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2. Wisata Kotawaringin Timur

Taman Jelawat di Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah
Taman Jelawat di Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.  foto: Instagram @burhan_zusuf

Ada banyak tempat wisata menarik di Kotawaringin Timur, salah satunya Sungai Mentaya. Di sini Anda bisa mencoba kegiatan susur sungai yang seru juga menyuguhkan pemandangan yang cantik. Anda bisa menyusuri bantaran sungai ini dengan melewati beberapa objek wisata di kota Sampit lainnya, seperti ikon Patung Ikan Jelawat, perkampungan warga Sampit hingga landasan pacu Bandara Haji Asan.

Anda pun bisa berhenti sambil beristirahat di dermaga Sagonta Kota yang berada di Kelurahan Baamang Hulu. Ada juga Taman Jelawat yang tak hanya menjadi wisata wajib saat berkunjung ke Sampit namun juga menjadi ikon kota Sampit yang menarik. Taman ini berada di tengah kota sehingga sangat mudah dijangkau dengan semua transportasi. Anda bisa menikmati pemandangan yang indah dengan suasana yang nyaman.

Ada Pantai Satiruk yang memiliki hamparan pasir putih yang sangat indah. Bisa dibilang pantai ini masih perwan karena alamnya belum banyak tercemar oleh manusia. Wisata ini juga menawarkan berbagai wahana yang biasa ada di pantai seperti klotok dan speed boat. Selain itu ada Taman Miniatur Budaya Kotawaringin Timur yang terletak di Jalan Pramuka dan berdekatan dengan Kawasan Tugu Perdamaian

Taman luas yang dibangun dengan beragam miniatur budaya ini memberikan ilmu dan wawasan mengenai Kotawaringin. Anda dapat melihat berbegai rumah adat, tempat ibadah dan beberapa keragaman budaya lainnya dari Kotawaringin.

3. Bapalas Bidan

Hari Bidan Nasional, Simak Kisah Heroik Bidan Bantu Persalinan Ibu Hamil di Tengah Laut
Tinggal di desa terpencil dengan akses rumah sakit yang terbatas, membuat bidan ini membantu proses persalinan ibu hamil di tengah gempuran gelombang laut. (Pexels/polina tankilevitch).

Upacara Bapalas Bidan atau Palas Bidan adalah upacara atau syukuran yang dilakukan oleh suatu keluarga setelah sang ibu melahirkan anaknya. Upacara ini dilakukan setelah sekitar tujuh hari sang ibu melahirkan anaknya, atau setelah tali pusat si anak telah putus.

Dikatakan bahwa anak yang baru lahir itu adalah anak bidan sampai dilaksanakan upacara Bapalas Bidan ini. Upacara ini dilakukan masyarakat Banjar termasuk di Kotawaringin Timur dengan tujuan untuk mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan oleh si ibu khususnya dan orangtua karena telah melahirkan anaknya dengan selamat.

Sekarang di kota-kota besar sudah jarang persalinan dibantu oleh bidan, karena lebih banyak dilakukan dokter di rumah sakit. Namun tradisi ini masih tetap dilaksanakan, dengan cara peran bidan diganti dengan perempuan yang ditu kan di dalam keluarga.

4. Mandi Safar

Cerita Angker Sungai Mentaya Sampit
Di balik arusnya yang tenang, sudah banyak kapal dan manusia tenggelam di Sungai Mentaya yang angker. (Liputan6.com/Rajana K)

Tradisi mandi Safar masih dilestarikan masyarakat Sampit Kotawaringin Timur, bahkan menjadi agenda tahunan pariwisata Pemerintah Kotawaringin Timur. Seremonial tradisi mandi Safar biasanya dilaksanakan di Ikon Jelawat di pinggir Sungai Mentaya. Puncaknya, mandi bersama di Sungai Mentaya depan Dermaga Habaring Hurung.

Serangkaian lomba akan digelar untuk memeriahkan acara. Lomba dimulai sejak pagi, yaitu lomba tari pesisir, maulid Al Habsyi dan peragaan busana batik Kotawaringin Timur. Acara puncaknya dilaksanakan pada siang hari, yakni bersama-sama mandi bercebur di Sungai Mentaya.

Warga yang tidak bisa berenang maupun sedang dalam kondisi tidak sehat, disarankan tidak ikut mandi bercebur untuk menghindari kejadian tidak diinginkan. Anak kecil yang ikut mandi juga harus dalam pengawasan orangtua mereka.

Tidak diketahui persis sejak kapan tradisi ini dimulai, namun hingga kini sebagian masyarakat masih melaksanakannya. Selain di lokasi seremonial yang dilaksanakan pemerintah, biasanya kegiatan serupa juga digelar masyarakat di lokasi lain seperti di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan Kotabesi.

5. Batik Sampit

Batik khas Sampit, Kalimantan Tengah
Batik khas Sampit, Kalimantan Tengah.  foto: Instagram @batiksampitt_

Batik khas Sampit menjadi rekomendasi pilihan bagi Anda yang sedang mencari oleh-oleh khas Kotawaringin Timur. Batik ini memiliki motif yang sangat khas serta warna-warna yang beragam. Beberapa motif yang cukup populer di antaranya motif ikan jelawat anggek tewu dan motif gayung birang.

Motif-motif tersebut dipercaya menggambarkan kepribadian masyarakat lokal Kotawaringin Timur. Tidak hanya dapat membeli batik dalam bentuk lembaran, Anda juga dapat mencoba membeli batik siap pakai dalam bentuk baju.

Harga yang ditawarkan untuk setiap lembar batik ini juga sangat beragam.Perlahan tapi pasti, Batik Sampit khas Kabupaten Kotawaringin Timur, makin dikenal masyarakat luas. Bahkan pemasarannya kini sudah menembus pasar nasional.

6. Kuliner khas Kotawaringin Timur

Nasi Kuning - Image by amarnath jaganathan from Pixabay
Nasi Kuning - Image by amarnath jaganathan from Pixabay

Salah satu kuliner khas Kotawaringin Timur adalah Mata Gajah. Makanan ini merupakan bakwan khas Kotawaringin Timur. Bedanya dengan bakwan dari daerah lain adalah bentuknya yang bulat dan terdapat telur puyuh ceplok pada bagian atasnya. Mata Gajah bisa langsung disantap atau dijadikan sebagai lauk pendamping nasi.

Selain itu ada Juhu Singkah Uei atau Sayur Umbut Pekat. Bahan dasarnya berasal dari umbut uei atau tunas muda yang berasal dari tanaman rotan. Hidangan ini memiliki cita rasa yang unik, yaitu gurih dan pahit sekaligus namun tetap lezat.

Selain itu, mengonsumsi juhu singkah uei juga sangat bermanfaat untuk tubuh karena dipercaya dapat mencegah terjadinya asam lambung, asam urat, malaria, rematik, dan darah tinggi. Lalu ada Bongko atau yang dikenal juga dengan nama Babongko terbuat dari tepung beras, gula merah, santan, dan pandan. Kemudian semua bahan tersebut dicampur agar menjadi adonan lalu bungkus menggunakan daun pisang, selanjutnya, kukus hingga matang.

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya