Zoya Amirin Bicara Pentingnya Memahami Victim Blaming, Pintu Awal Menuju Budaya Pemerkosaan

Menurut Zoya Amirin, komentar para warganet kian hari kian menjadi 'Victim Blaming' (menyudutkan korban kekerasan seksual.

oleh Henry diperbarui 28 Jul 2022, 17:46 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2022, 15:16 WIB
Zoya Amirin
Zoya Amirin.  foto: Youtube 'Zoya Amirin'

Liputan6.com, Jakarta - Nama Zoya Amirin sedang menjadi perhatian publik ketika memberi tanggapan di tengah hangatnya isu dugaan pelecehan seksual terhadap istri Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polr, Irjen Ferdy Sambo.

Peristiwa itu menyebabkan jatuhnya korban jiwa yaitu ajudan Ferdy, Brigadir Nofryansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.  Menurut Zoya, Kasus dugaan pelecehan yang dialami istri Putri Candrawathi (PC) masih mendapat perhatian dari publik.

Beberapa di antaranya turut memberikan tanggapan bahkan mengungkapkan rasa tak percaya akan isu pelecehan yang dialami PC hingga mengarah pada penyudutan terhadap istri Ferdy Sambo tersebut.

Melansir unggahan video di kanal Youtube Zoya Amirin, Kamis (28/7/2022) berjudul 'Brigpol J: Pelaku atau korban?, Zoya meminta warganet segera mengakhiri tudingan dan opini-opini yang justru akan semakin memperkeruh keadaan.

"Saya disini bukan berkapasitas untuk membela pihak manapun. Fokus saya adalah soal pelecehan seksual, karena menurut saya, komentar para warganet kian hari kian menjadi 'Victim Blaming' (menyudutkan korban kekerasan)," ucap Zoya.

Menurutnya, posisi PC adalah korban yang disudutkan atau tersudutkan. "Siapapun pelakunya, budaya 'victim blaming' adalah dasar yang paling besar untuk membentuk Rape Culture (budaya pemerkosaan). Kerena bagi saya, pembunuhan sadis, kekerasan seksual tidak akan terjadi kalau tidak adanya Victim Blaming," tutur Zoya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kejadian Traumatis

Video Pelecehan Seksual Terjadi di Kereta Argo Luwu Viral di Medsos, Ini Tanggapan KAI
Ilustrasi seorang perempuan ekspresikan stop kekerasan seksual. (Sumber foto: Pexels.com).

"Ketika orang bilang, akh enggak mungkin terjadi kekerasan, perkosaan atau pelecehan seperti ini, lihat dong kedudukannya? Kemudian ada yang bilang perkosaan hanya terjadi pada perempuan yang gak baik, ini yang menurut saya sangat-sangat keliru," tambahnya.

Ia juga sempat menyoroti salah satu komentar warganet yang dianggap menyudutkan korban. Di mana, ada warganet yang mengatakan 'terus menerus menagis karena harus menjelaskan apa yang terjadi, ini menunjukkan sang isteri mau lepas tanggungjawab'.

Menurutnya itu adalah hal yang lucu. Dengan menangis, kata dia, sejatinya korban tidak harus menjelaskan secara tuntas. Ia menjelaskan, ada individu yang ketika syok menjadi menangis, ada yang langsung minta bantuan, dan ada yang marah saat menerima pelecehan seksual.

"Dalam kasus ini, ada dua kejadian traumatis menurut saya, pertama dengan kejadian pelecehan, kemudian kedua trauma atas kejadian penembakan. Jadi plis jangan menyalahkan korban, kita jangan membudayakan Victim Blaming," tuturnya.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Kategori Pelecehan

Zoya Amirin
Zoya Amirin/copyright instagram.com/zoyaamirin

Zoya menambahkan, kekerasan dan pelecehan seksual akan terjadi kepada siapa saja, tidak melihat jenderal atau pejabat rendahan. Karena baik pelaku dan korban bisa terjadi pada siapapun.

"Ada beberapa kategori dalam pelecehan seksual itu, pertama pelaku yang ingin bertujuan memepermalukan dan menyakiti. Kemudian tipe pelaku yang ingin menunjukkan kekuasaan, bahwa dia itu jago dan ingin membuktikan diri sendiri," kata Zoya. "Ketiga, adalah pelaku yang cemburu dan bertindak brutal bahkan melakukan tindakan sadis dalam memperkosa korban," sambungnya.

"Ada tipe kompetisi, pelaku yang ingin menunjukkan bahwa dia tidak bisa disaingi. Pada intinya semua perkosaan terjadi karena suatu paksaan. Saya berfikir mari sama-sama menghormati proses hukumnya dan tinggalkan budaya Victim Blaming," lanjutnya.

Sosok Zoya Amirin sendiri sudah dikenal luas sebagai seorang psikolog yang mendalami ilmu seksologi dan sering disebut sebagai Seksolog Klinis. Pemilik nama lengkap Zoya Dianaesthika Amirin ini mengawali kuliah S1 di Universitas Indonesia jurusan Psikologi.

Dunia Psikologi Seksual

20150914-Zoya-Amirin
Zoya Amirin (Liputan6.com/Yudha Gunawan)

Selepas S1 ia langsung mengambil gelar S2 di kampus yang sama, dengan jurusan Psikologi Klinis Dewasa, dan kemudian mengambil kembali pendidikan intensif seksologi. Ketertarikannya akan dunia psikologi seksual karena ia tumbuh dalam budaya di mana masyarakatnya tidak punya banyak informasi tentang seks

Melansir kanal Health Liputan6.com, selesai merampungkan pendidikan S2 Psikologis Klinis di Universitas Indonesia, Zoya melanjutkan pendidikan ke bidang seksologi di Univesitas Udayana.

Berbagai undangan sebagai narasumber televisi maupun program off-air sering menghampiri Zoya yang membuat namanya makin berkibar. Ahli di bidang seksologi dan memiliki fisik menarik membuat Zoya disebut psikolog seksual seksi. "Saya sih antara senang dan tidak senang. Itu seperti berkat dan kutukan, yang beda-beda tipis," ungkap wanita kelahiran 7 September 1975 ini.

Salah satu cita-cita yang masih ingin direngkuh Zoya yakni bisa melanjutkan studi ke jenjang S3 di University of Pennsylvania untuk mempelajari Human Sexuality. Kini ia masih mencari sponsor untuk studinya ini. 

INFOGRAFIS: 6 Tips Lindungi Diri dari Pelecehan Seksual (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 6 Tips Lindungi Diri dari Pelecehan Seksual (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya