Liputan6.com, Jakarta - Mooncake atau Kue Bulan menjadi ciri khas festival Musim Gugur yang populer dan selalu dinantikan oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia setiap tahunnya, termasuk di JW Marriott Hotel Jakarta. Kue manis dan padat itu memiliki beragam pilihan isian lezat, seperti pasta kacang merah, wijen, atau biji teratai, yang dipanggang dengan cara tradisional.
Baca Juga
Advertisement
Bagian atasnya biasanya terdapat ukiran timbul dengan pola khusus sebagai simbol sentimen keberuntungan, seperti umur panjang dan harmoni. Isian kue ini juga sering ditambahkan dengan sebutir kuning telur bebek asin utuh yang melambangkan bulan purnama.
Sebagai simbol kebersamaan, kekayaan dan kebahagiaan, Pearl Chinese Restaurant di JW Marriott Hotel Jakarta kembali menghadirkan ‘JW Mooncakes’ yang dapat dinikmati selama musim festival pada Agustus ini sampai akhir September 2022. Executive Chinese Chef dari Pearl Chinese Restaurant, Ken Choy, berkreasi dalam menyiapkan rangkaian beberapa rasa terbaru dengan resep rahasianya.
Ada kue bulan panggang tradisional hingga kue bulan ‘Snow Skin’ bertekstur lembut. Ada pula varian baru seperti rasa Golden Pineapple, Sarang Burung Walet dengan Kelapa dalam Pasta Custard, Coklat dengan Hazelnut Chips, dan Kue Bulan Chilled Musang King; Mooncake dari durian Musang King diperkirakan bakal jadi rasa favorit terbaru.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Resep Rahasia
Selama ini, Musang King dikenal sebagai salah satu durian terbaik di dunia. Durian dari Malaysia sangat populer di sejumlah negara Asia, termasuk di Indonesia.
"Musang King ini warna dagingnya khas kuning seperti kunyit, berbeda dengan warna daging durian varian lain. Dagingnya sangat tebal dengan biji yang tipis dan kecil dengan rasa legit dominan manis. Ini sangat cocok dijadikan bahan untuk mooncake," tutur Chef Ken Choy, ditemui di Jakarta, Kamis, 11 Agustus 2022.
Selain itu, para tamu dapat memilih varian favorit Teratai Putih, Pandan, Wijen Hitam, Kacang Merah yang sangat direkomendasi. "Jika saya bagikan resep rahasia Kue Bulan JW, tidak dapat disebut rahasia lagi, bukan?" canda Chef Ken Choy saat ditanya tentang apa kunci dalam membuat Kue Bulan JW yang selalu memeriahkan festival Musim Gugur.
Chef Ken melanjutkan bahwa kunci untuk menciptakan perayaan yang bermakna terletak pada keberanian dalam berkreasi dan memilih bahan kualitas terbaik untuk isian dan lapisan kue bulan, baik itu dipanggang atau versi ‘snow skin’.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Untuk Hadiah
Kemasan kue bulan juga berperan penting dalam menambah kemeriahan perayaan festival. Mengusung desain elegan nan menawan, Kue Bulan JW cocok sebagai hadiah untuk keluarga atau mitra bisnis.
Untuk harga per boks berisi empat kue bulan atau delapan kue bulan 'snow skin' adalah Rp788 ribu. Tahun ini, para tamu juga dapat memilih kotak kaleng Kue Bulan edisi terbatas yang berdesain mewah di harga Rp 1.288.000 per tin box.
Kue bulan merupakan kue tradisional yang biasa disantap selama Festival Pertengahan Musim Gugur China. Kue bulan punya sejarah panjang, selama tiga ribu tahun di Negeri Tirai Bambu. Dilansir dari Travel China Guide, dalam catatan sejarah, kue bulan digunakan sebagai persembahan pada Festival Pertengahan Musim Gugur.
Konon, kebiasaan makan kue bulan di Festival Pertengahan Musim Gugur dimulai pada Dinasti Tang (618--907 M), berlanjut ke Dinasti Song Utara (960--1127 M), dan jadi populer di istana kerajaan pada akhir Dinasti Yuan (1271--1368 M). Kebiasaan ini menyebar luas ke masyarakat di Ming (1368--1644 M) dan Dinasti Qing (1644--1911 M), bahkan masuk kategori menu diet umum orang China.
Berusia 100 Tahun
Sebelum itu, pada Dinasti Shang dan Zhou (abad ke-17 SM--256 SM) di China, ada kue Taishi di provinsi Jiangsu dan Zhejiang. Kala itu, kue Taishi dibuat untuk memperingati Wenzhong, penemu kue yang bagian pinggirnya tipis dan bagian tengahnya tebal. Ini adalah pendahulu dari kue bulan di China.
Di Dinasti Han, Zhangqian, yang dikirim dalam misi diplomatik ke barat China, memperkenalkan biji wijen dan kenari dari barat. Dua bahan itu kemudian digunakan sebagai isian kue bulan. Orang-orang menyebutnya kue Hu pada waktu itu.
Catatan tertulis soal karakter kue bulan pertama kali terlihat dalam sebuah buku Dinasti Song Selatan (1127--1279 M), yang merupakan bukti tekstual penting dalam sejarah kue bulan. Catatan rinci soal kue bulan dari Dinasti Ming adalah Festival Pertengahan Musim Gugur jatuh pada tanggal 15 bulan ke-8 lunar, dan orang-orang merayakan reuni keluarga dengan memakan kue bulan.
Kini, kue bulan kebanyakan buatan sendiri. Sejak 1900-an, Daoxiangcun, Lianxianglou, Guanshengyuan, dan merek kue bulan lainnya muncul. Sejauh ini, beberapa merek kue bulan sudah berusia lebih dari 100 tahun. Orang Tionghoa saat ini makan kue bulan di Festival Pertengahan Musim Gugur, dan saling menyajikan kue bulan.
Advertisement