Liputan6.com, Jakarta - Suntik toksin botulinum, yang dikenal dengan nama merek, seperti Botox, Dysport dan Jeuveau, telah jadi andalan bagi mereka yang ingin mengurangi munculnya garis-garis halus dan kerutan selama bertahun-tahun. Botoks secara khusus menonjol sebagai favorit pelanggan.
Melansir SCMP, Rabu, 5 Oktober 2022, tindakan itu menempati peringkat pertama dalam daftar prosedur kosmetik minimal invasif di Amerika Serikat (AS). Selapa periode 2000--2020, suntikan Botoks meningkat 459 persen dan jumlah itu diperkirakan akan terus bertambah.
Advertisement
Baca Juga
Di tengah popularitasnya, pemain baru telah memasuki "ruangan," dan mengancam akan mengambil alih fungsi Botoks segera setelah tersedia. Ia adalah Daxxify, injeksi estetika yang diformulasikan peptida yang menurut para ahli akan jadi saingan penting pertama suntik Botoks dalam beberapa dekade.
Daxxify adalah neuromodulator yang digunakan untuk sementara mengurangi munculnya garis dan kerutan di permukaan kulit. Formulanya telah bekerja selama bertahun-tahun dan telah disetujui Administrasi Obat Federal Amerika Serikat (FDA) pada 8 September 2022.
Neuromodulator, atau neurotoksin, adalah sekelompok obat yang mengendurkan dan melembutkan kulit saat disuntikkan ke otot-otot di bawah wajah. Ini membuatnya terlihat lebih halus dan plump selama sekitar tiga hingga empat bulan.
Daxxify adalah satu-satunya formula yang distabilkan dengan teknologi peptida dan 100 persen bebas dari bahan berbasis manusia atau hewan. "Kompleks Teknologi Pertukaran Peptida (PET) baru adalah peptida yang memperluas kemampuan botulinum A (Botoks) untuk menghentikan serat otot berkontraksi," jelas Dr Ellen Marmur yang berbasis di AS.
Durasi Efeknya Lebih Lama
Alasan utama Daxxify diperkirakan jadi populer dengan sangat cepat adalah durasi efeknya. Dr Edward Chamata menjelaskan bahwa sebagian besar neuromodulator menawarkan hasil yang dapat bertahan hingga tiga bulan, namun Daxxify menjanjikan umur yang lebih panjang.
"Studi klinis telah menunjukkan Daxxify bertahan enam bulan, bahkan hingga sembilan bulan pada beberapa pasien," kata Chamata. Dalam jangka panjang, ini dapat membawa manfaat yang signifikan bagi pasien karena berbagai alasan.
"Yang terbesar adalah lebih jarang menusuk dengan jarum suntik karena frekuensi perawatan untuk mempertahankan hasil lebih sedikit," kata Chamata. Hal ini lebih nyaman bagi pasien, karena lebih sedikit kunjungan klinik diperlukan untuk mempertahankan hasil injeksi.
Sementara, neuromodulator lain dikembangkan dengan albumin serum manusia, protein paling melimpah dalam plasma darah manusia, formulasi Daxxify dibuat dari peptida atau asam amino. Menurut Chamata, ini memungkinkan formula jadi lebih stabil.
FDA telah menyetujui penggunaan Daxxify pada garis glabellar di wajah, yakni garis vertikal yang muncul di antara alis saat Anda mengerutkan kening. "(Tapi) jangan kaget jika mendapatkan persetujuan untuk penggunaan lain dalam waktu dekat," kata Chamata.
Advertisement
Berapa Harganya?
Belum ada harga yang diungkapkan untuk prosedur kosmetika itu. Namun meski umur panjang Daxxify mungkin berarti lebih sedikit kunjungan ke kantor dokter kulit, itu tidak berarti Anda akan dapat menghemat banyak uang.
Pasalnya, Daxxify diperkirakan akan lebih mahal daripada neuromodulator lain. Selain, ada kemungkinan pengguna Daxxify akan mengalami kegagalan karena mereka hanya perlu menyelesaikan prosedur sekali atau dua kali per tahun.
Menurut uji klinis, Daxxify aman dan dapat ditoleransi dengan baik oleh manusia. Meski begitu, ada efek samping yang paling umum dilaporkan selama uji coba adalah sakit kepala ringan, kelopak mata terkulai sementara, dan kekakuan otot.
Ini merupakan efek yang hampir sama yang akan Anda dapatkan dari neuromodulator suntik lain. Daxxify saat ini belum ada di pasaran, tapi para dokter kulit memperkirakan injeksi kosmetika itu akan tersedia secara luas di sebagian besar klinik pada 2023.
Pahami Bahaya Botoks
Seorang dokter kosmetik, Rosh, telah mengungkap alasan menakutkan botoks bisa menjadi keputusan salah jika Anda mulai melakukannya terlalu dini atau di usia yang masih sangat muda. Informasi itu dibagikan lewat video di akun TikTok miliknya.
Dalam videonya, seperti dilansir The Sun, dr. Rosh mendemonstrasikan bagaimana botoks justru dapat menyebabkan penyok di dahi. "Jadi, ia (seorang pasien) suntik Botoks, tapi ia sudah terlalu sering melakukannya," ucapnya pada seorang pasien yang jadi modelnya.
Perempuan tersebut kemudian mengangkat dahinya dan menjelaskan bahwa si pasien telah kehilangan bentuk dahi normalnya, yang menyebabkan sedikit lekukan di tengah. Meski perempuan ini tidak melakukan botoks selama lebih dari lima bulan, ototnya yang berhenti bekerja menyebabkan indentasi.
Seiring waktu, lekukan ini disebut bisa jadi lebih buruk dan benar-benar membuat seseorang justru terlihat lebih tua dari usia sebenarnya. Fabulous juga telah melaporkan bagaimana botoks yang gagal menyebabkan mata seorang perempuan jadi turun.
Advertisement