Thai Airways Usut Kasus Nampan Makan Penumpang Tak Diambil Awak Kabin sampai Pesawat Mendarat

Penumpang Thai Airways mengaku dilewatkan awak kabin begitu saja meski nampan makan mereka tetap ada di atas meja lipat.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 21 Feb 2023, 08:01 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2023, 08:01 WIB
Thai Airways Selidiki Insiden Awak Kabin Tak Angkut Makanan Penumpang hingga Pesawat Mendarat
Ilustrasi pesawat.(dok. Shamia Casiano/pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Thai Airways 'mendesak menginvestigasi' insiden yang melibatkan awak kabin mereka. Mereka diduga abai mengumpulkan nampan makanan penumpang sebelum pesawat yang terbang dari Singapura mendarat di Bangkok.

Insiden menjadi perhatian setelah akun TikTok praewa_panicha mengunggah video pengalamannya pada Jumat, 17 Februari 2023. Ia menunjukkan nampan makannya dan penumpang lain dalam baris yang sama, dibiarkan saja di meja lipat, yang biasanya diambil awak kabin agar meja bisa dilipat ke tempat semula.

Sebuah botol minum juga terlihat jatuh. Video tersebut berhasil menarik perhatian dengan mendapatkan 7.000 likes dan lebih dari 400 komentar sejak diunggah.

Praewa mengaku ia sudah menekan tombol panggil, tetapi tidak satu pun awak kabin mendekat. Karena itu, seorang warganet merasa aneh karena tidak ada satu pun pertugas yang mengecek meja sudah dilipat ke posisi semula, seperti standar operasi biasanya.

Praewa kembali mengunggah video pada Sabtu, 18 Februari 2023. Ia menjelaskan pengalamannya lebih detail dengan menjelaskan bahwa baki makan tetap dibiarkan begitu saja meski salah satu awak kabin lewat untuk mengingatkan penumpang agar memakai sabuk pengaman.

Dia dan temannya semakin terkejut ketika mendengar pilot menginstruksikan awak kabin bersiap-siap untuk mendarat meski nampan mereka tetap ada di meja. Ia juga menyebut para penumpang terpaksa memegang nampan di tempatnya agar tidak berantakan.

Dalam sebuah komentar, dia juga mengatakan bahwa mereka memberi tahu anggota kru tentang nampan makan yang tidak diambil setelah pesawat mendarat. "Dia terkejut," tulisnya, dikutip dari Chanel News Asia, Senin (20/2/2023). "Kemudian (dia) minta maaf."

 

Tanggapan Thai Airways

Penumpang Pesawat Dilakban di Kursi Usai Lecehkan Pramugari, Maskapai Malah Jatuhkan Skors
Ilustrasi dalam pesawat. (dok. Suhyeon Choi/Unsplash.com)

Thai Airways pun menanggapi insiden itu lewat pernyataan yang diunggah via Facebook pada Sabtu, 18 Februari 2023. "(Thai Airways) tidak akan berpuas diri dalam menyelidiki insiden ini yang mungkin terjadi karena banyak faktor," tulisnya.

"Perusahaan saat ini sedang dalam proses penyelidikan mendesak untuk menemukan faktanya."

Thai Airways menambahkan bahwa pihaknya mengutamakan keselamatan penumpang. Awak kabin memiliki checklist untuk memastikan ketertiban kabin sebelum lepas landas dan mendarat, serta harus memenuhi standar keselamatan penerbangan internasional, katanya.

Terkait keselamatan, posisi kursi pesawat ternyata memiliki risiko keamanan yang berbeda-beda. Melansir CNN, Kamis, 9 Februari 2023, kursi yang aman adalah kursi tengah yang ada di barisan belakang pesawat. Kesimpulan itu diperoleh berdasarkan data statistik.

Hasil investigasi Time yang mengusut sejarah kecelakaan pesawat dalam 35 tahun menemukan bahwa kursi tengah di barisan belakang pesawat tercatat memiliki tingkat kematian terendah, 28 persen, dibandingkan dengan kursi di lorong tengah yang tingkat fatalitasnya mencapai 44 persen.

Hal ini menjadi masuk akal karena ketika duduk di sebelah baris pintu darurat pesawat akan memberikan akses pintu keluar tercepat, asalkan tidak ada api. Sementara, mendekat ke bagian depan berarti Anda akan terkena dampak lebih dulu sebelum hal tersebut terjadi di bagian belakang.

Ada Anomali

20160412-pesawat terbang
Ilustrasi pesawat terbang lepas landas dari bandara.

Doug Drury, profesor sekaligus Kepala Penerbangan di Universitas Central Queensland menyebutkan "Adapun mengapa kursi tengah lebih aman daripada kursi jendela atau lorong, seperti yang Anda duga, karena penyangga disediakan dengan adanya orang di kedua sisinya," katanya. 

Walau begitu, situasi anomali tetap bisa terjadi saat kecelakaan terjadi. Peristiwa kecelakaan pesawat United Flight 232 pada 1989 di Siouz, Iowa, contohnya. Sebanyak 184 dari 269 penumpang yang selamat, sebagian besar duduk di kursi belakang first class dan di bagian depan pesawat.

Jenis keadaan darurat juga akan menentukan kelangsungan hidup. Pilot dilatih untuk meminimalisir potensi risiko dalam keadaan darurat sebaik mungkin. Mereka akan berusaha menghindari menabrak gunung dan mencari tempat yang datar, seperti lapangan terbuka, untuk mendarat senormal mungkin.  

Misalnya pada penerbangan Air New Zealand TE901 yang menabrak lereng Gunung Erebus di Antartika. Hal ini dilakukan pilot untuk mengurangi peluang bertahan hidup secara eksponensial.

Teknik pendaratan di air membutuhkan penilaian kondisi permukaan dan usaha untuk mendarat di antara gelombang pada sudut pendaratan normal. Mendarat di laut terlebih dahulu juga mengurangi peluang untuk bertahan hidup, seperti insiden yang menimpa Air France Nomor Penerbangan 447 pada 2009 yang mengakibatkan 228 penumpang dan awak tewas.

Masih Paling Aman

Pesawat - Vania
Ilustrasi Pesawat/https://unsplash.com/Leio Mclaren

Hingga saat ini, pesawat terbang masih dianggap sebagai moda transportasi yang paling aman. Pada 2019, ada kurang dari 70 juta penerbangan secara global dengan kematian 287 jiwa. Menurut analisis data sensus Dewan Keamanan Nasional AS, kemungkinan kematian di pesawat adalah sekitar 1 banding 205.552, jauh lebih rendah dibandingkan dengan 1 banding 102 di dalam mobil.

Melansir kanal Citizen6 di Liputan6.com, walaupun pesawat dilengkapi alat keselamatan seperti pelampung hingga masker oksigen, tetapi tidak memiliki parasut. British Parachute Association Phil Edwards menjebut, pesawat jet modern melaju dengan sangat cepat. Itu artinya, ketika penumpang melompat dari pintu darurat untuk mengenakan parasut, kemungkinan besar badan seseorang akan terkena baling-baling atau badan bisa hancur ketika angin menghantam tubuh.

Selain itu, penggunaan parasut membutuhkan latihan yang lama. Terjun payung tidak semudah seperti di film. Terjun payung biasanya memiliki beberapa dasar latihan. Latihan yang dimaksud berawal dari terjun payung tandem, di mana seseorang diikat ke seorang ahli selama terjun payung.

Untuk pelatihan terjun payung bersama ahli sekali pun, setidaknya butuh waktu setengah jam untuk mendapatkan latihan dan instruksi dasar. Alasan lainnya adalah pesawat komersil selalu berada di ketinggian lebih dari 35.000 kaki sementara terjun payung paling tinggi hanya mencapai 10.000 kaki di atas tanah.

 

Infografis Pesawat Susi Air Dibakar di Nduga Papua Diduga Ulah KKB. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Pesawat Susi Air Dibakar di Nduga Papua Diduga Ulah KKB. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya