Liputan6.com, Jakarta - Maskapai Lion Air menyatakan bahwa mainan lato-lato tidak termasuk dalam barang-barang yang dilarang untuk dibawa dalam penerbangan. Penumpang pesawat bisa membawanya masuk ke pesawat sesuai Keputusan Menteri Perhubungan 211 Tahun 2020 tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional.
"Akan tetapi perlu diperhatikan dan diingat, lato-lato tidak boleh dimainkan selama penerbangan karena akan mengganggu kenyamanan dan keselamatan penumpang lain dari bunyi dan dampak gerakan yang ditimbulkan," kata Danang Mandala Prihantoro, Corporate Communications Strategic PT Lion Air Group, dalam pesan singkat kepada Liputan6.com, Rabu (15/2/2023).
Ia menyatakan bahwa pihaknya mewajibkan setiap penumpang untuk mengikuti ketentuan yang berlaku. Hal itu agar perjalanan udara bisa menyenangkan buat semua orang. Sejauh ini, Danang mengaku pihaknya belum mendapatkan keluhan dari penumpang terkait main lato-lato di dalam pesawat.
Advertisement
Baca Juga
Bukan sekali ini mainan lato-lato dilarang untuk dimainkan di sebuah tempat. Penyebabnya terutama karena suara yang ditimbulkan dirasa mengganggu oleh sebagian orang dan membuat orang lain susah fokus.
Karena itu, Dinas Pendidikan Kota Palembang mengeluarkan larangan membawa lato-lato ke sekolah bagi siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Larangan tersebut tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor: 420/0191/Disdik/2023 pada Senin, 16 Januari 2023.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Palembang, Ansori menyebut anak-anak kerap kali bermain lato-lato tanpa mengenal waktu. Bahkan, tak sedikit pula yang membawanya ke sekolah sehingga fokus siswa terganggu selama berada menjalani proses belajar mengajar.
"Supaya tidak mengganggu pelajaran sehingga siswa dilarang membawa lato-lato ke sekolah," katanya, Rabu, 18 Januari 2023, dikutip dari kanal Regional Liputan6.com.
Peran Guru dan Orangtua
Ansori meminta para guru untuk aktif memeriksa siswa secara rutin terkait mainan tersebut. "Guru bisa bertindak tegas dengan merazia atau menyita langsung lato-lato milik siswa," jelas Ansori.
Larangan itu juga meminta partisipasi dari wali siswa yang tertulis dalam poin ketiga. Orangtua, berdasarkan surat edaran itu, diimbau untuk lebih mengawasi dan memastikan keamanan anak-anaknya dalam melakukan berbagai aktivitas agar tidak membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar.
"Surat edaran sudah kami keluarkan harapannya orang tua siswa mengawasi anaknya untuk tidak lagi membawa lato-lato ke sekolah," ujar Ansori.
Sementara itu, poin pertama berbunyi soal menginstruksikan satuan pendidikan untuk melarang peserta didik membawa alat permainan Lato-lato atau barang mainan lainnya yang membahayakan ke sekolah. Dalam poin kedua disampaikan bahwa pihak sekolah berhak mengambil mainan tersebut jika ditemukan siswa membawa lato-lato atau barang mainan lainnya yang membahayakan ke sekolah.
Di sisi lain, anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Aris Adi Leksono mengingatkan agar larangan membawa lato-lato ke sekolah tidak sampai merampas hak anak untuk bermain. Larangan pun diminta untuk dikaji lebih mendalam.
Advertisement
Plus Permainan Lato-Lato
Mengutip kanal Health Liputan6.com, pemerhati anak Retno Listyarti menyebut permainan yang dimainkan dengan membenturkan dua bola keras itu bisa menjadi alternatif bagi anak-anak untuk sejenak meninggalkan gawai. Keasyikan memainkan lato-lato adalah ketika berhasil membenturkan dua bandulnya dalam posisi seimbang secara berulang-ulang, hingga menimbulkan efek gerakan seimbang serta bunyi beraturan.
"Di situlah kepuasannya. Semakin lama seorang anak bisa memainkan lato-lato, maka ia semakin bangga dan menjadi candu, sehingga ingin terus memainkan," kata Retno melalui keterangan tertulis, dikutip Senin, 16 Januari 2022.
Beberapa hal positif yang bisa didapat dari main lato-lato selain mengurangi penggunaan gawai adalah:
- Permainan lato-lato bisa menstimulasi kemampuan motorik anak, meningkatkan fungsi koordinasi antara kemampuan kognitif dan motorik. Fungsi koordinasi antara kognitif dan motorik halus di tangan anak ini terjadi ketika anak berusaha memainkan lato-lato hingga menimbulkan bunyi “etek-etek”
- Melatih anak untuk fokus dan konsentrasi
- Melatih anak menjaga keseimbangan
- Berpotensi memunculkan sikap kompetitif atau mendorong anak untuk mencapai target untuk berjuang sampai bisa memenangkan momen itu
- Permainan lato-lato juga dapat menjadi healing secara sederhana, karena permainan ini mampu membuat anak-anak yang memainkannya tertawa, merasakan senang, dengan harga yang murah dan terjangkau.
Dampak Negatif
Di sisi lain, permainan ini juga bisa menyebabkan cedera. Belum lama, viral di media sosial tentang seorang anak berinisial AN kelas 2 SD di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, mengalami luka pada mata akibat bermain lato-lato bersama kawan-kawannya. Saat sedang dimainkan dengan kencang, lato-lato yang saling beradu itu pecah dan serpihannya mengenai mata AN.
Ia saat itu bermain lato-lato di rumah temannya. AN kemudian pulang ke rumah dalam keadaan mata sudah merah. Setelah ditanya ayahnya, AN mengatakan lato-lato pecah dan serpihannya mengenai matanya.
Bocah itu pun langsung dibawa ke rumah sakit. Ayah AN menyampaikan bahwa anaknya tidak mengalami kebutaan, matanya hanya kabur karena efek operasi mengambil serpihan lato-lato.
Lato-lato juga pernah populer di Amerika dengan nama Clankers. Kala itu, bahannya menggunakan kaca sehingga ketika pecah, pecahannya menyebar dan berpotensi melukai banyak orang di sekitar selain pemainnya sendiri. Karena terbukti memakan korban, permainan ini dilarang oleh pemerintah setempat pada 1970-an.
Advertisement