6 Fakta Menarik Masjid Istiqlal, Mahakarya Arsitek Protestan yang Jadi Simbol Penaklukan Penjajahan

Masjid Istiqlal yang terletak di Jakarta Pusat dinobatkan sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara dan masjid termegah keempat di dunia. Berikut adalah 6 fakta Masjid Istiqlal yang dirangkum Liputan6.com

oleh Dyra Daniera diperbarui 10 Apr 2023, 18:01 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2023, 18:01 WIB
Masjid Istiqlal
Masjid Istiqlal. (Dok. Liputan6.com/Dyra Daniera)

Liputan6.com, Jakarta - Masjid Istiqlal tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah umat muslim, tetapi juga salah satu ikon penting Jakarta dan Indonesia. Masjid yang terletak di Jakarta Pusat ini bahkan dinobatkan sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara dan masjid termegah keempat di dunia. 

Dalam kegiatan wisata religi bersama Dinas Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta, pada Minggu, 2 April 2023, Didi Hadian selaku pengurus Humas dan Protokol Masjid Istiqlal, menceritakan fakta menarik Masjid Istiqlal. Berikut adalah 6 fakta menarik Masjid Istiqlal yang dirangkum Liputan6.com

1. Masjid Istiqlal Dibangun Selama 17 Tahun

Masjid Istiqlal memiliki sejarah yang panjang, dimulai setelah Indonesia merdeka. Saat itu, ibu kota Indonesia yang mayoritas muslim belum memiliki masjid besar. "Justru adanya Gereja Imanuel, Gereja Katedral, dan gereja-gereja lain," ujar Didi Hadian, protokol Masjid Istiqlal.

Kegelisahan umat Islam Indonesia mengenai hal tersebut merupakan awal tercetusnya ide mendirikan sebuah masjid besar. KH Wahid Hasyim, menteri agama Republik Indonesia pertama, bersama tokoh-tokoh muslim lainnya memiliki ide membangun masjid di ibu kota negara. Pada 1953, Yayasan Masjid Istiqlal didirikan olehnya bersama H Agus Salim,  Tjokroaminoto, Ir Sofwan dan Ahmad Dahlan untuk membahas ide pembangunan masjid nasional. 

"Selanjutnya, Tjokroaminoto bersama Ahmad Dahlan pun menyampaikan rencana pembangunan masjid tersebut kepada Ir Sukarno selaku Presiden Indonesia saat itu ke Istana Bogor," jelas Didi.

Pembangunan Masjid Istiqlal memakan waktu 17 tahun, dimulai pada 24 Agustus 1961 dan diresmikan oleh Soeharto pada 22 Februari 1978. Pembangunan sempat mangkrak pada 1965 karena kegaduhan politik nasional dan terpecahnya fokus karena di saat yang bersamaan, sedang dibangun pula Monumen Nasional dan Stadion Gelora Bung Karno.

Lalu, Mayor TNI Yunan Helmy Nasution tergugah melihat mangkraknya pembangunan tersebut dan meminta melanjutkan. Pada 1966, Menteri Agama KH M Dahlan kembali mempelopori pembangunan masjid ini. 

Pembangunan masjid Istiqlal memakan anggaran negara sebesar 12 juta dolar AS atau sekitar Rp8 miliar waktu itu. Masjid yang megah ini menjadi simbol keberagaman dan kerukunan umat beragama di Indonesia hingga saat ini.

2. Karya Arsitek Protestan

Masjid Istiqlal
Masjid Istiqlal. (Dok. Liputan6.com/Dyra Daniera)

Sebelum mulai dibangun pada 1961, diadakan kompetisi nasional maket istiqlal pada 1955. Dalam kompetisi ini, terdapat 27 peserta yang menyerahkan sketsa dan maketnya, namun hanya 22 peserta yang memenuhi persyaratan lomba.

Dewan Juri kompetisi tersebut terdiri dari para arsitek dan ulama terkenal, dengan Presiden Soekarno sebagai ketua. Setelah menilai dan mengevaluasi hasil karya para peserta, akhirnya Fredrerich Silaban, seorang Kristen Protestan asal Medan, Sumatra Utara, terpilih sebagai pemenang pertama.

"Saat itu tidak boleh mencantumkan nama arsitek, tapi hanya slogan atau sandi maket," jelas Didi. Penetapan pemenang maket tersebut dilakukan di Istana Merdeka. F. Silaban dianugerahkan sebuah medali emas 75 gram dan uang Rp25.000.

Menariknya, Masjid Istiqlal dibangun di atas reruntuhan benteng pertahanan Belanda, di sebelah taman Wilhelmina. Hal ini merupakan keputusan Soekarno untuk mewujudkan kalimat “penjajahan di atas dunia harus dihapuskan”. Karena itu, Masjid Istiqlal adalah simbol penaklukan penjajahan.

3. Penuh Simbol Nasionalis dan Agama Tersembunyi

Masjid Istiqlal yang diprakarsai oleh Presiden Pertama Indonesia, merupakan sebuah tempat ibadah yang penuh dengan simbol nasionalisme tersembunyi. Nama Istiqlal diambil dari bahasa Arab yang berarti "merdeka". 

"Lokasinya terletak di ring 1, dekat dengan istana kepresidenan, kantor militer, dan Monumen Nasional (Monas). Selain itu, masjid ini bersebelahan dengan Gereja Katedral Jakarta yang melambangkan toleransi di Indonesia," ujar Didi.

Desain masjid ini memiliki simbolisme yang kuat. Kubah utama berwarna hijau keemasan memiliki diameter 45 meter, melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia pada 1945. Kubah kedua dengan diameter 8 meter melambangkan bulan Agustus, bulan kemerdekaan Indonesia. Sementara itu, bulan bintang sebagai simbol Islam memiliki tiang setinggi 17 meter, yang melambangkan tanggal kemerdekaan Indonesia.

Tidak hanya menyimbolkan nasionalisme, Istiqlal juga memiliki simbol keagamaan. "Istiqlal punya satu menara saja, menyimbolkan Allah itu satu," kata Didi. Menara itu memiliki tinggi 6666 cm, melambangkan jumlah ayat Al-Quran. Mahkota menara memiliki tinggi 30 meter, menyimbolkan jumlah juz Al-Quran. Totalnya menara setinggi 114 meter itu menyimbolkan jumlah surat di Al-Quran. 

Di dalam masjid terdapat 12 tiang besar yang melambangkan tanggal lahir Nabi Muhammad SAW. Pada 2021, sebuah terowongan bawah tanah dibangun untuk menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral Jakarta sebagai simbol toleransi di Indonesia.

4. Bedug Raksasa Pemberian Ibu Tien Soeharto

Bedug Masjid Istiqlal
Bedug di Masjid Istiqlal pemberian Ibu Tien Soeharto. (Dok. Liputan6.com/Dyra Daniera)

Masjid Istiqlal memiliki salah satu bedug raksasa yang menjadi satu-satunya di dunia. "Ini adalah bukti kearifan lokal zaman dulu sebagai tanda waktu salat. Dulu belum ada jam," ujar Didi. Ia melanjutkan, "Bedug dan kentongan ini bisa kedengeran sampe ladang san pegunungan yang jauh letaknya." Jika bedug berfungsi sebagai penanda jam, azan berfungsi sebagai panggilan salat. 

Bedug raksasa ini hadiah dari Ibu Tien Soeharto pada saat peresmian Istiqlal pada 22 Februari 1978. Dalam pembuatannya, Presiden Soeharto menginstruksikan pengrajin agar bedug tersebut dibuat tepat dalam waktu 60 hari.

Tiang penyangga bedug dibuat dengan kayu jati randublatung, dan badan bedug menggunakan satu batang pohon meranti, yaitu batang pohon terkuat. Sementara itu, bagian depan dan belakang bedug menggunakan kulit sapi, dengan sebelah depan kulit sapi pejantan, dan bagian belakang kulit sapi betina.

"Ibu Tien punya filosofi, kalau laki-laki yang harus bekerja keras, dan ibu-ibu tinggal menikmati jerih payah suaminya. Kan bagian belakang enggak boleh dipikul," ungkap Didi. Bedug dengan panjang 3 meter, diameter 2,7 meter, dan berat 3 ton ini kini tidak lagi digunakan dan menjadi pajangan serta pembelajaran bagi generasi muda mengenai sejarah dan budaya Indonesia.

5. Memiliki Ventilasi Terbaik

Bangunan Masjid Istiqlal memiliki ventilasi yang bagus dan patut diapresiasi. Hal ini karena dinding bangunan utama masjid hanya terdapat pada bagian depan saja, sedangkan pada bagian kanan, kiri, dan belakang kosong sehingga angin bisa bebas keluar masuk. 

"UNICEF pada tahun 2020 mengunjungi Masjid Istiqlal dan memberi tahu bahwa di Jakarta, hanya udara di masjid Istiqlal yang punya zero partikel Covid-19," jelas Didi.

Meskipun tidak ada AC di dalam masjid, suhu di dalamnya tetap dingin karena pemilihan bahan bangunan yang menyejukkan, yaitu stainless steel yang diimpor dari Jerman dan marmer. "Tadinya marmer maunya dari Italia, cuma presiden ingin mendorong produk lokal sehingga mengambil marmer dari Indonesia, yaitu dari gunung di Tulungagung, Jawa Timur," ungkap Didi. Marmer ini juga dipakai di Monumen Nasional dan Stadion GBK.

Perawatan bangunan masjid tidak sulit dilakukan. Lantai marmer dapat dibersihkan dengan lap kering atau dibasahi sedikit saja. Selain itu, perancang bangunan juga mempertimbangkan efisiensi listrik dan membuat pencahayaan natural sehingga tidak perlu banyak menggunakan lampu.

Pada 2020, PUPR merenovasi masjid Istiqlal setelah 42 tahun berdiri karena marmer terlihat tua dan kumuh. "Tapi tidak mengubah bentuk karena Istiqlal merupakan cagar budaya. Hanya menambah ruang publik dan meng-glowing-kan." Butuh waktu 1 tahun 7 bulan dan memakan biaya sekitar Rp500 miliar untuk merenovasi Masjid Istiqlal.

6. Program Selama Ramadhan

Masjid Istiqlal
Kajian Zuhur di Masjid Istiqlal. (Dok. Liputan6.com/Dyra Daniera)

Terdapat berbagai kegiatan yang diselenggarakan setiap harinya selama bulan Ramadhan di Masjid Istiqlal, termasuk pengajian subuh, kajian dzuhur, kajian ashar yang disebut kajian Hawamisy, dan buka puasa bersama. 

"Setiap hari kita menyediakan kurang lebih kalo hari biasa sih 3000-4000 nasi kotak ya. Kalo hari Sabtu Minggu 5000-6000. Yang dateng bisa melebihi, kadang-kadang kita gak cukup juga," ungkap Yusuf, pengurus biro Humas Masjid Istiqlal kepada Liputan6.com

"Nanti sepuluh hari terakhir kita ada Qiyamul Lail ya. Itiqaf. Terus nanti bakal ada Nuzulul Quran juga sih biasanya, nanti ada acara biasanya pengajian," lanjut Yusuf. 

Masjid Istiqlal juga menyediakan tempat bagi jamaah yang ingin menitipkan zakat, infaq, dan sodaqoh, yang akan ditampung Baznas. Ada tujuh orang imam harian yang bergantian setiap hari, dan satu imam besar di Masjid Istiqlal, yaitu Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar. Untuk saat ini, Masjid Istiqlal belum memutuskan khatib dan imam untuk sholat Id mendatang. 

Masjid Istiqlal terbuka untuk umum dari jam 4 subuh hingga 10 malam. Sementara, Itiqaf akan berlangsung selama 24 jam selama sepuluh hari terakhir Ramadan.

 

Infografis: Masjid-Masjid Besar di Indonesia
Infografis: Masjid-Masjid Besar di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya