Liputan6.com, Jakarta - Jalan-jalan berpemandu bukan hal asing. Namun, Sebumi punya konsep berbeda dalam menjajakan tur wisata yang digelar di Jogja, yakni Jogja Heritage Green Tour (JHGT). Tidak hanya berjalan-jalan, para peserta tur juga diajak belajar sisi kota yang mempraktikkan soal hidup berkelanjutan.
Setelah sukses dengan JHGT pada 24 Juni 2023, Sebumi menyelenggarakan kembali pogram tur wisata hijau pada Sabtu, 15 Juli 2023, yang dirancang untuk mengungkapkan sisi kekratonan Jogjakarta dan hubungannya dengan alam.
Jogja Heritage Green Tour: Exploring the Sustainable Heritage City bertujuan untuk mengenalkan gaya hidup berkelanjutan yang ada di wilayah Keraton Jogja. Sebumi ingin menginspirasi masyarakat dengan konsep keberlanjutan yang ada di Jogja, dan dalam tur ini, mereka juga mengeksplorasi aspek historis dan budayanya.
Advertisement
Tur ini dilakukan dengan berjalan kaki. Mereka mendatangi contoh praktik keberlanjutan di lingkungan keraton. Sebagai contoh, bangunan-bangunan di Keraton Ngayogyakarta dibangun dengan banyak ventilasi, drainase yang baik, dan penanaman pohon yang memiliki nilai ketahanan pangan.
"Kalau untuk Jogja sendiri yang kita angkat itu adalah hubungan antara budaya Jawa, terutama dari Kekratonan ini dengan gaya hidup berkelanjutan atau dengan alam yang bisa kita temui," kata Dwinda Nafisah, PIC program Green Tour Sebumi dalam wawancara dengan Liputan6.com pada Jumat, 14 Juli 2023.
Tur dimulai dari Titik 0 Km Jogjakarta, yang dianggap sebagai sumbu imajiner antara Gunung Merapi, Kraton Ngayogyakarta, dan Laut Selatan. Peserta tur melanjutkan perjalanan untuk melihat warisan budaya dan nilai-nilai keberlanjutan yang ada di Kraton Ngayogyakarta dan Taman Sari.
Dalam tur ini, mereka diajak untuk meminum jamu dan kombucha. Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri Gang Kauman, sebuah pemukiman yang dibangun dengan memperhatikan prinsip-prinsip biopori dan keberlanjutan oleh masyarakat setempat.
Libatkan Warga Lokal
Sebumi, dalam upaya mempromosikan program ini, menggunakan platform Instagram mereka @sebumi.id. Jumlah peserta dalam setiap tur dibatasi maksimal antara 15-20 orang, dengan pertimbangan kenyamanan, pendekatan edukasi yang interaktif dan intim. Hal ini dilakukan untuk menghindari turisme massal dan membuat para peserta lebih fokus dalam menyimak penjelasan pemandu wisata.
Sebelum mengunjungi suatu tempat, Sebumi akan mempertimbangkan beragam hal seperti apakah ada cerita lokal yang dapat dikaitkan dengan gaya hidup berkelanjutan pada tempat tersebut. Mereka pernah bekerja sama dengan para relawan dan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani), dan melibatkan aktivitas seperti menghias pot tanaman dan mengajak peserta tur untuk berkebun.
Pemandu merupakan pengelola Sebumi yang telah dilatih sebelumnya. Tur ini difokuskan pada interaksi peserta dengan masyarakat lokal, dan vendor-vendor seperti penjual jamu memiliki kemampuan untuk menyampaikan informasi secara jelas dan akurat kepada peserta, tanpa adanya kesalahan informasi.
"Salah satu alasan kami memilih vendor adalah karena kami ingin menciptakan interaksi bukan hanya sebagai tamu yang datang dan membeli. Kami ingin terlibat dalam prosesnya dan mendapatkan penjelasan edukatif langsung dari vendor tersebut," ungkap Dwinda.
Para peserta yang hadir akan dibagikan E-Guide Book yang berisi aturan dan petunjuk, termasuk tentang larangan membuang sampah sembarangan, disarankan membawa tas belanja sendiri, dan menghormati penduduk lokal. Setelah program selesai, peserta akan dibagikan formulir berisi umpan balik kepada pengelola tur demi menjaga hubungan baik antara vendor dan peserta, serta meningkatkan kualitas program di masa depan.
Advertisement
Dua Kota Lainnya
Selain Jogjakarta, Sebumi juga menggelar seri "Green Tour" di Jakarta dan Bali. Di Jakarta, Sebumi bekerja sama dengan JakLingko untuk memperkenalkan sisi keberlanjutan ibu kota. Tur pertama dengan tema Emerging Level "Sustainable City of the Future" dilaksanakan pada Sabtu, 25 Juni 2022, di Blok M, Jakarta Selatan.
"Kita biasanya temanya itu adalah melihat sisi sustainability yang ada di Jakarta dari problem-problemnya Jakarta seperti kemacetan. Akhirnya, kita tur dengan menggunanakan transportasi umum," jelas Dwinda.
Dengan menggunakan transportasi umum JakLingko, peserta tur akan melihat berbagai aspek keberlanjutan kota Jakarta. Tur dirancang untuk memberikan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana Jakarta sedang mengembangkan diri sebagai kota yang berkelanjutan.
Untuk tur di Bali, tema yang diangkat adalah "Bali Harmony Green Tour". Peserta diajak menemukan kembali kegiatan ekowisata di Bali yang telah terkenal dengan pariwisata massalnya, terutama di kawasan Kuta-Legian. Peserta juga belajar tentang kearifan lokal Bali dan upaya yang dilakukan untuk mempromosikan konservasi dan keberlanjutan dengan melihat melalui lensa sembilan aspek gaya hidup berkelanjutan Sebumi, yang meliputi keanekaragaman hayati, limbah, makanan, air, energi, tempat tinggal, transportasi, fesyen, dan kesadaran batin.
Dimulai dari Platform
Dilansir dari laman resminya yaitu sebumi.id, Sebumi awalnya adalah sebuah platform yang didirikan pada 2018 sebagai pelopor perjalanan bebas limbah ke taman nasional di seluruh Indonesia. Seiring berjalannya waktu, Sebumi berkembang menjadi sebuah platform yang berfokus pada tiga pilar, yakni edukasi, pengalaman, dan adopsi, dengan tujuan akhir untuk mendorong masyarakat Indonesia dalam menerapkan gaya hidup berkelanjutan.
Dalam waktu hanya empat tahun, Sebumi berhasil mengkompensasi 397,5 ton karbon dengan menanam 1.520 pohon serta secara aktif memberikan edukasi tentang konservasi dan keberlanjutan kepada lebih dari 9.280 orang. Sebumi juga membina dan mengembangkan 10 komunitas di seluruh Indonesia serta mengumpulkan dana sebesar Rp135 juta untuk berbagai kegiatan sosial dan konservasi di berbagai wilayah.
Sebumi memperluas kehadirannya dalam seri "Green Tour" yang diselenggarakan di tiga kota, yaitu Jakarta, Jogjakarta, dan Bali. Sebumi menawarkan empat jenis pengalaman yang berbeda, termasuk Sebumi merimba, Sebumi melaut, Sebumi mendaki, dan Sebumi Virtual Tours.
Advertisement