Liputan6.com, Jakarta - Bila anak seusianya banyak yang kecanduan gawai, Yusuf Wikrama Tungga lebih menyenangi wayang, khususnya wayang kulit. Warisan budaya yang pertunjukannya mulai jarang ditemui nyatanya berhasil menarik perhatiannya. Bocah kelahiran Semarang, 7 Juni 2015 itu bahkan serius menekuni dunia pedalangan.
Siswa kelas 3 SD Hidayatullah Semarang itu mulai jatuh cinta dengan wayang sejak menonton pertunjukan di RRI Semarang, dua tahun lalu. Ia pun makin rutin menonton dan selalu membawa koleksi wayangnya ke mana pun ia pergi. Yusuf juga kerap meminta bundanya, Putranti Laksitareni, untuk mendongengkan Album Kisah Wayang sebagai pengantar tidur malam.Â
Baca Juga
Kisah-kisah wayang membuatnya main penasaran. Ia pun meminta dicarikan sanggar untuk mendalami wayang pada bundanya. Putranti terkejut dengan permintaan itu mengingat tak ada keluarga mereka yang mendalami seni tradisi itu.
Advertisement
Meski begitu, Putranti tetap merespons positif dan mencarikan sanggar untuk putranya. Yusuf mulai bergabung di Sanggar Sindhu Laras Bocah Semarang setahun lalu. Sanggar tersebut dipilihnya karena punya rekam jejak mencetak dalang cilik berprestasi, salah satunya dalam Festival Dalang Anak 2022 yang digelar oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang.
"Orangtua mempunyai peran penting dalam suksesnya bakat anak. Bagaimana saya mendampingi Yusuf konsisten latihan. Mendorong dia untuk tetap bersemangat pada kegiatan yang dia pilih. Jadi waktu, tenaga dan perhatian orangtua ini menjadi beberapa hal yang memotivasi anak untuk terus berlatih," kata Putranti dalam keterangan tertulis kepada Liputan6.com, Selasa, 15 Agustus 2023.
Bercita-cita Mendalang di Luar Negeri
Yusuf rutin berlatih setiap minggu. Ia juga sempat mengikuti latihan intensif dengan memanfaatkan masa liburan sekolah untuk memperkaya teknik memainkan wayang.Â
Beberapa teknik bermain wayang yang sudah dikuasai yaitu teknik sabetan perang wayang kulit dan Laras Slendro Patet Nem. Yusuf juga fasih pada suluk-suluk wayang.Â
Melestarikan seni wayang dan menjadi dalang kini menjadi keinginan terbesar Yusuf. Menurutnya, wayang tidak hanya sekadar cerita dongeng yang seru, tetapi juga banyak nilai-nilai kehidupan yang bisa dipelajari. Selain itu, wayang membuat Yusuf bisa belajar mengenai tuntunan hidup seperti nilai menghormati, gotong royong dan sopan santun yang juga bisa dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari.
"Saya mau jadi dalang seperti Ki Anom Suroto, saya juga mau bisa main wayang sampai ke luar negeri dan mengenalkannya biar semua tahu dan suka karena semua ceritanya mengajarkan hal yang bagus," ucapnya.
Mengenai seni pertunjukan wayang, Yusuf telah menguasai beberapa lakon seperti Sang Gatot Kaca, Rahwana Lapar, dan Gatotkaca Satriya. Yusuf cenderung suka memainkan wayang kulit kontemporer, yaitu perpaduan cerita wayang tradisional dengan penggunaan bahasa campuran Jawa – Indonesia sehingga mudah dipahami oleh penonton sebayanya.
Â
Advertisement
Bakal Tampil di TV
Meski memodifikasi cerita, Yusuf mengaku tidak meninggalkan pakem-pakem wayang kulit yang ada. Setelah menekuni dunia wayang dan dalam selama beberapa tahun, Yusuf pun tampil di berbagai acara budaya di Semarang.
Salah satu pagelaran terbesarnya adalah saat perayaan 1 Muharam di Gunung Santri Semarang, Juli 2023. Ia pentas bersama tujuh dalang lain yang berusia lebih tua. Pagelaran tersebut sukses ditonton lebih dari 400 tamu undangan.
Yusuf juga kerap tampil di berbagai kegiatan budaya sekolah dengan menampilkan kepiawaiannya menjadi dalang. Terbaru, ia akan tampil di stasiun televisi Mentari TV pada hari ini, 19 Agustus 2023, pukul 19.30 WIB, atau bisa ditonton melalui streaming via Vidio.com.
Mengutip kanal Hot Liputan6.com, wayang adalah seni pertunjukan yang ditetapkan UNESCO sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Jenis-jenis wayang bisa dibagi berdasarkan bentuk wayangnya. Selain wayang yang terbuat dari kulit yang sudah terkenal, ada juga wayang orang yang menggunakan manusia sebagai tokoh pewayangan. Walaupun kebanyakan berada Pulau Jawa, wayang juga ada di Sumatera, Bali, hingga Nusa Tenggara.
Seputar Wayang Kulit
Wayang kulit dikenal lewat bentuknya yang pipih dan terbuat dari kulit kerbau atau kambing. Lengan dan kakinya bisa digerakkan. Di Bali dan Jawa, pertunjukan wayang kulit sering kali menggabungkan cerita-cerita Hindu dengan Budha dan Islam. Selain kisah-kisah religius, cerita-cerita rakyat serta mitos sering digunakan.
Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir.
Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar. Secara umum, wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan).
Advertisement