Liputan6.com, Jakarta - Apa yang kita lakukan saat kita berusia 10 tahun? Sebagian besar dari kita pasti akan menjawab bermain, mengeksplorasi dunia, dan belajar di sekolah tanpa beban. Namun, tampaknya ada beberapa anak seperti Chaterine Liu dan Michelle Liu, yang telah menemukan hasrat dan panggilan hatinya di usia yang sangat muda.
Dua kakak beradik ini tidak seperti anak-anak seusianya. Sementara teman-teman sebayanya mungkin sibuk bermain layangan atau video games, keduanya tengah mempersiapkan koleksi fesyen yang akan ditampilkan di salah satu panggung mode paling bergengsi di dunia.
Front Row Paris, acara fashion yang selalu dinanti-nanti oleh para pecinta mode, tahun ini akan menjadi saksi bisu pencapaian luar biasa dari dua gadis muda ini. Mereka akan memamerkan kreasi-kreasi mereka pada 2 September 2023 di The Westin Hotel Vendome Paris.
Advertisement
Chaterine, yang baru berusia 10 tahun, adalah desainer muda berbakat di balik beberapa potongan koleksi tersebut. Sementara itu, Michelle, yang berusia 14 tahun, memberikan kontribusi dengan pengalamannya yang lebih panjang dalam dunia desain dan mengajari adiknya banyak hal.
"Kita belajar sendiri di rumah. Biasanya tuh kalau sehabis pulang sekolah suka belajar sendiri gambar," ungkap Michelle saat ditemui di Jakarta Pusat pada Kamis, 24 Agustus 2023 ketika ditanya darimana mereka punya kemampuan mendesain.
Mengenyam pendidikan di SD dan SMP Bintang Mulia Bandung, Chaterine dan Michelle menyatakan bahwa mereka mendapat dukungan dari sekolah dan aktivitas mereka di Front Row Paris 2023 nanti tidak menghambat proses belajar mereka. "Sekolah udah ngizinin juga terus sekolah juga ngesupport kita," ucap Michelle.
Masing-Masing Koleksi Berciri Khas
Koleksi yang akan Michelle perkenalkan di Paris bukan sembarang koleksi. Terinspirasi dari Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan yang dikenal sebagai "Kemenangan yang Gilang Gemilang", Michelle memadukan unsur-unsur kekayaan budaya kerajaan tersebut ke dalam setiap helai pakaian yang ia ciptakan.
Kerajaan Sriwijaya, yang dikenal memiliki toleransi tinggi dan pernah mendominasi jalur perdagangan jalan sutra, menjadi sumber inspirasi dalam nuansa dan filosofi koleksi Michelle. Dengan memadukan kain tenun Palembang yang eksotis dengan motif emas yang menawan, Michelle menciptakan tampilan yang memikat dan mewah.
Rancangan-rancangannya, yang didominasi oleh look ready to wear, mencakup blazer yang dihiasi ornamen menawan. Warna dominan merah dan emas yang digunakannya tidak hanya merepresentasikan kejayaan Sriwijaya, tetapi juga kebanggaannya terhadap budaya Indonesia. Melalui koleksi ini, Michelle bermaksud mengenalkan budaya Indonesia di kancah internasional dengan menampilkan look coat, dress, dan blazzer yang memukau.
Chaterine, meski lebih muda empat tahun dari kakaknya, tidak kalah memikat dalam mendesain. Inspirasi utamanya berasal dari sifat-sifat anak remaja, yaitu ceria dan energetik. Pilihan kain troso khas Jepara menandakan kecintaannya pada tradisi dan budaya lokal, sekaligus menampilkan sisi modern yang dinamis.
Chaterine menampilkan empat look utama dalam koleksi ini. Ada blazer yang menonjolkan karakteristik kain troso, blouse yang feminin, skirt yang anggun, dan coat yang menambahkan sentuhan elegan.
"Gak ada, kami saling tolong," kata Chaterine lucu saat ditanya mengenai kesulitan yang dihadapi saat melakukan rancangan dalam kesempatan yang sama pada Kamis, 24 Agustus 2023.
Advertisement
Kiprah Indonesia di Front Row Paris 2023
Front Row Paris, 2023 yang akan digelar oleh Indonesian Fashion Chamber (IFC) dan Ditali Cipta Kreatif pada 2 September 2023 di The Westin Paris-Vendome, Paris, Perancis, merupakan sebuah ajang tahunan untuk fesyen. Ini adalah penyelenggaraan keempat dari acara ini yang bertujuan untuk menampilkan keistimewaan fesyen Indonesia dan memperkenalkan kemampuan desainer serta merek fesyen Indonesia yang siap menguasai pasar internasional, terutama di Eropa, pusat industri fesyen global.
Dalam edisi tahun ini, Front Row Paris akan menampilkan kreasi dari 13 desainer dan label fesyen Indonesia, antara lain Deden Siswanto, Hikmat Fashion, Oleanderbyribie, Rose.Ma.Lina X Sofie, Michelle Liu, BBPPMPV BISPAR X SMKN 4 Balikpapan, Lidia Hadiwinoto, Chatrine Liu, Shannelom Yuma, Binus International Fashion Design, Sofie, Ali Charisma, dan Ivan Gunawan untuk Trunk Show. Delapan desainer lainnya dari IN2MF In Paris yaitu Itang Yunasz, Khanaan, Syukriah Rusydi, kami., Sanet Sabintang, Wening Angga, Thiffa Qaisty, dan Anggia Handmade.
Koleksi yang akan ditampilkan akan menyoroti kekayaan konten lokal dengan memadukannya dengan tren fesyen global, mulai dari pakaian tradisional hingga pakaian muslim. Acara ini juga akan memfokuskan pada sustainable fashion.
Pada tahun ini juga, Front Row Paris akan berkolaborasi dengan Indonesia International Modest Fashion Festival (IN2MF). Kolaborasi ini melibatkan Bank Indonesia, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) RI, dan IFC untuk menggelar IN2MF in Paris, yang akan menyoroti keindahan wastra Indonesia dalam desain yang inovatif dan berkelanjutan.
Misi IFC di Front Row Paris
Sementara itu, latar belakang IFC dalam mempromosikan industri fesyen Indonesia di kancah internasional bukanlah tanpa alasan. Berawal dari bisnis ekspor di Hongkong yang telah berlangsung selama 15 tahun dan penetrasi di Paris selama 6 tahun, IFC memiliki visi jangka panjang untuk pemerataan kota fesyen di seluruh dunia. Dengan memperkenalkan beberapa desainer Indonesia, IFC ingin menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam dunia fesyen dan layak mendapat tempat di panggung internasional.
Lebih dari itu, misi IFC adalah untuk mengkurasi desainer agar dapat berkembang bersama-sama. Dengan memberikan platform internasional ini, IFC berharap agar desainer Indonesia tidak hanya sekadar dikenal, namun juga dapat memperlihatkan "the colour of desainer Indonesia", yakni keunikan dan identitas budaya yang mendalam dalam setiap karya mereka.
"Jadi, tidak kebarat-baratan istilahnya. Kita adalah konsisten yang memang brand-nya modist di Indonesia, di sana presentasinya juga kekal, tidak dirubah, yang konvensional tetap konvensional," kata Ali Charisma saat jumpa pers di Jakarta Selatan pada Kamis, 24 Agustus 2023.
Dengan berbagai usaha yang telah ditempuh oleh IFC, harapannya adalah agar Eropa, serta dunia internasional lainnya, dapat melihat dengan jelas apa yang sesungguhnya terjadi di industri fesyen Indonesia.
Advertisement