Liputan6.com, Jakarta - Gunung Bromo yang dalam bahasa Tengger dieja "Brama" dan disebut Kaldera Tengger merupakan sebuah gunung berapi aktif di Jawa Timur, Indonesia. Gunung Bromo memiliki ketinggian 2.329 Mdpl. Gunung Bromo terkenal sebagai objek wisata utama di Jawa Timur.
Sebagai sebuah objek wisata, Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif. Gunung Bromo termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.
Advertisement
Baca Juga
Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah sekitar 800 meter dari utara hingga selatan dan sekitar 600 meter ke timur dan barat. Adapun daerah bahayanya berbentuk lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
Advertisement
Selama abad 20 dan abad 21, Gunung Bromo telah meletus sebanyak beberapa kali, dengan interval waktu yang teratur, yaitu 30 tahun. Letusan terbesar terjadi 1974, sedangkan letusan terakhir terjadi pada 19 Juli 2019. Setelahnya, Gunung Bromo sempat berstatus awas dan tentu ada pembatasan hingga penutupan aktivitas wisata di kawasannya.Â
Masih banyak hal mengenai Gunung Bromo selain letaknya. Berikut enam fakta menarik Gunung Bromo yang dirangkum Liputan6.com pada Selasa, 29 Agustus 2023.
1. Asal Nama Gunung BromoÂ
Nama Bromo berasal dari nama dewa utama dalam agama Hindu, Brahma. Hal ini berkaitan juga dengan statusnya yang penting bagi penduduk sekitar Gunung Bromo, suku Tengger, Gunung Bromo atau Gunung Brahma dipercaya sebagai gunung suci.Â
2. Gunung Bromo Dulunya Lautan Pasir
Gunung Bromo termasuk gunung berapi dengan tipe kerucut bara, yakni terbentuk dari bara basal dan abu vulkanik piroklastik yang berasal dari sebuah letusan besar atau eksplosif. Berdasarkan cerita sejarah, Gunung Bromo beserta lautan pasir bermula dari dua buah gunung yang saling berhimpitan antara satu dengan lainnya.
Keduanya bernama Gunung Tengger dan menjadi gunung terbesar dan tertinggi saat itu. Terjadi sebuah letusan yang menyebabkan material vulkanik terlempar ke arah tenggara dan membentuk lembah besar dan dalam.
3. Rutin Menyelenggarakan Upacara Adat
Setiap setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo dan dilanjutkan ke puncak Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 pada bulan kesepuluh menurut penanggalan Jawa.
Upacara Yadnya Kasada di Gunung Bromo adalah sebuah upacara persembahan atas hasil bumi. Nantinya hasil bumi tersebut akan dilempar ke dalam kawah Gunung Bromo sebagai bentuk syukur.Suku Tengger merupakan keturunan dari masyarakat Kerajaan Majapahit yang mengungsi ketika kerajaan tersebut runtuh.
Advertisement
4. Tur Bromo Melihat Matahari Terbit
Mengutip dari laman My Adventures Across The World, Selasa, 29 Agustus 2023, tur khas Gunung Bromo terdiri dari melihat matahari terbit di atasnya, dan kemudian melakukan trekking ke kawah. Titik terbaik untuk melihat matahari terbit di atas Gunung Bromo adalah Gunung Penanjakan.
Jeep dan mobil biasanya menurunkan penumpang sedekat mungkin dengan pintu masuk dekat tempat melihat matahari terbit, dari sana wisatawan harus berjalan kaki hingga ke titik pengamatan. Namun jangan kaget, karena ada ratusan wisatawan lain yang datang sehingga pasti ramai dengan mobil dan jeep yang diparkir di setiap sisi jalan.Â
5. Punya 2.000 Anak Tangga Menuju Puncak Bromoq
Pada bagian kaki Gunung Bromo terdapat sebuah Pura Hindu bernama Pura Luhur Ponten. Pura tersebut dibangun pada tahun 2000 dan dijadikan sebagai tempat sembahyang umat Hindu Tengger. Terdapat lebih dari 200 anak tangga yang dibuat khusus untuk mendaki Gunung Bromo.
Anak tangga ini dibuat untuk mempermudah para wisatawan ataupun Suku Tengger yang ingin mencapai kawasan kawah Bromo. Terdapat sebuah kawasan area bukit yang disebut Bukit Teletubbies. Kawasan ini berada di bagian selatan dari Gunung Bromo tepatnya di Jemplang.
6. Fenomena Embun Berubah Es
Gunung Bromo berada dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang. Sama dengan Gunung Tengger dan Gunung Semeru, Gunung Bromo masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sejak tahun 1982.Â
Setiap mengalami pergantian musim dari hujan ke kemarau, di Gunung Bromo muncul fenomena alam berupa embun es atau embun upas. Fenomena ini terjadi akibat terjadi penurunan suhu udara yang amat ekstrim sehingga menyebabkan embun berubah menjadi es.
Fenomena alam ini memberikan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang datang berwisata ke Gunung Bromo.Berada di dataran tinggi, suhu udara di Gunung Bromo terbilang dingin. Suhu udara bisa mencapai suhu 3-20 derajat celcius, bahkan pada kondisi tertentu suhu udara dapat mencapai di bawah 0 derajat celcius.
Ada sebuah wilayah bernama Pasir Berbisik yaitu berupa lautan pasir yang terbentang sepanjang 10 km. Penduduk Tengger menyebut kawasan sebagai Segara Wedi. Pasir Berbisik sendiri diberikan lantaran kawasan tersebut pernah dijadikan sebagai lokasi syuting sebuah film. Tak hanya itu, ketika angin berhembus pasir-pasir akan berterbangan serta mengeluarkan suara seperti orang berbisik.
Â
Advertisement