6 Fakta Menarik Gunung Masurai di Jambi yang Satu Kawasan dengan Gunung Kerinci

Gunung Masurai saat ini dijadikan sebagai kawasan hutan konservasi, yakni kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Gunung ini merupakan sisa gunung api kompleks yang sangat luas dan besar dengan setengah kaldera tersisa di bagian timur.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 15 Nov 2023, 08:30 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2023, 08:30 WIB
Gunung Masurai di Jambi berada di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat
Gunung Masurai di Jambi berada di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. (Dok: Instagram @ongat__)

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Masurai merupakan gunung yang terletak di pulau Sumatra, Indonesia. Gunung yang berstatus tidak aktif ini secara administatif terletak dalam tiga wilayah kecamatan di kabupaten Merangin, Jambi, yaitu kecamatan Lembah Masurai, Jangkat dan Sungai Tenang.

Gunung Masurai saat ini dijadikan sebagai kawasan hutan konservasi, yakni kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Gunung Masurai berada di sebelah barat daya dari kota Bangko dengan jarak sekitar 110 km. 

Mengutip dari laman Gunung Bagging, Selasa, 14 November 2023, titik awal pendakiannya adalah Sungai Lalang dengan ketinggian 1.365 mdpl yang ditempuh selama 3 jam perjalanan dari Bangko melalui jalan raya Trans-Sumatera atau lebih dari 4 jam dari bandara Muara Bungo.

Masih banyak hal mengenai Gunung Masurai selain lokasinya. Berikut enam fakta menarik Gunung Masurai yang dirangkum Liputan6.com pada Selasa, 14 November 2023.

1. Kalderanya Membentuk Danau Vulkanik

Gunung ini merupakan sisa gunung api kompleks yang sangat luas dan besar dengan setengah kaldera tersisa dibagian timur. Adapun di sebelah barat muncul dua kerucut, dengan satu di antaranya memiliki dua buah danau vulkanik yang indah yaitu Danau Kumbang dan Danau Mabuk. 

Ada dua alasan yang jelas mengapa danau ini disebut Danau Mabuk. Pertama karena jalur ke sana sangat sulit sehingga membuat siapapun 'mabuk', kedua karena angin tertentu yang bertiup di atas danau dan membuat ikan 'mabuk' dan mudah untuk berenang.

Danau Mabuk sendiri baru ditemukan tahun 1997 oleh ekspedisi AM dan kemudian dibuka jalan ke tepi danau pada tahun 1998. Titik triangulasi atau batu pilar yang dibangun Belanda tahun 1934 telah hancur dan lubang dan pecahan semennya masih berserakan di Puncak Utama.

 

2. Belum Banyak Dijamah Pendaki

Gunung Masurai terlihat dari Desa Sungai Lalang, Kecamatan Lembah Masurai, Kabupaten Merangin, Jambi. (Liputan6.com/Gresi Plasmanto)
Gunung Masurai terlihat dari Desa Sungai Lalang, Kecamatan Lembah Masurai, Kabupaten Merangin, Jambi. (Liputan6.com/Gresi Plasmanto)

Memiliki ketinggian 2.935 mdpl, Gunung Masurai dikenal sebagai surganya pendaki. Lantaran masih kalah populer dengan Gunung Kerinci yang merupakan Gunung Api tertinggi di Indonesia dan juga terletak di Jambi, masih jarang pendaki menaklukkan gunung ini.

Namun justru karena jalur yang belum banyak dikenal adalah tantangan tersendiri untuk para pemacu adrenalin di pegunungan. Apalagi Gunung Masurai memiliki panorama istimewa berkat danau vulkaniknya. 

3. Jalur Pendakian Hanya dari Desa Sungai Lalang

Pendakian Masurai dapat ditempuh dengan perjalanan dari Jambi menuju Kota Bangko, ibu kota Kabupaten Merangin dengan menggunakan jalur darat dengan waktu sekitar enam jam. Setibanya di Bangko perjalanan dilanjutkan menuju ke Desa Sungai Lalang, Kecamatan Lembah Masurai.

Saat ini pendakian hanya bisa dilalui lewat satu jalur resmi di desa Sungai Lalang. Dari desa ini pendaki harus menuju ke pintu rimba jalur pendakian di ketinggian 1.618 mdpl. Untuk sampai pintu rimba diperlukan waktu sekitar satu jam dengan trek melewati hamparan perkebunan penduduk.

4. Mata Air Masurai Sumber Kehidupan Penduduk Setempat

Gunung Masurai
Kawah Gunung Masurai yang berada di lokasi geopark Merangin. Foto: andespure.blogspot.com

Ekspedisi ke Gunung Masurai pertama kali dirintis oleh peneliti Jepang pada 1988 dan kemudian tahun 1994. Terdapat dua rombongan ekspedisi Mapala Siginjai Unja dan Wanala Elang Gunung Jambi sampai ke Puncak Utama di ketinggian 2.980 mdpl.

Gunung ini juga memancarkan beberapa sumber mata air yang telah dikenal oleh banyak orang dan masyarakat umum sebagai mata air Batang Tembesi. Mata air ini mengairi sumber-sumber penghidupan masyarakat desa yang bermukim dan bertempat tinggal di sekitar kaki gunung tersebut.

Batang Tembesi adalah salah satu sungai utama di antara sekian banyak sungai yang bermuara ke sungai utama yang ada di provinsi Jambi dengan kata lain merupakan Sub DAS Batanghari. Selain itu, masih ada juga beberapa sumber mata air seperti yang terletak di sisi selatannya. Sebab itu juga keberadaan sumber mata air yang bersumber dari gunung ini sangatlah dijaga keberadaan dan kelestariannya oleh masyarakat setempat.  

6. Pendakian Masurai Melewati Perkebunan Kopi

Gunung Masurai berada di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat
Gunung Masurai berada di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. (Dok: @telo_godok57)

Pendakian Jalur ini melewati perkebunan kopi dan memakan waktu total kurang lebih 6 jam untuk mencapai Puncak 1, yang bukan merupakan puncak tertinggi namun merupakan tempat berkemah yang direkomendasikan untuk rombongan kecil.

Terdapat banyak jalan setapak yang melintasi perkebunan kopi sehingga Anda memerlukan pemandu yang berpengalaman atau Anda harus bertanya kepada penduduk lokal yang bekerja di perkebunan tersebut mengenai rute yang tepat menuju Pintu Rimba 'pintu masuk hutan', di ketinggian 1.697 mdpl yang harus Anda capai setelah sekitar 2 jam dari Sungai Lalang.

Pintu Rimba ditandai dengan papan kayu besar bercat merah dan hijau serta aturan akal sehat tentang perilaku bertanggung jawab saat trekking. Bagian ini mungkin yang paling janggal karena terdapat beberapa batang kayu besar dan licin di kedua sisi Pintu Rimba yang memerlukan negosiasi yang cermat agar tidak tergelincir.

6. Butuh Setidaknya 5 Hari Perjalanan 

Jika berangkat dari Jakarta pulang dan pergi, maka dibutuhkan waktu sekitar 5 hari. Hari pertama menuju Bangko menggunakan pesawat terbang ke Muara Bungo.

Hari kedua perjalanan dari Bangko ke Sungai Lalang dan sampai ke Puncak 1 (camp). Kemudian hari ketiga, menuju puncak dan danau/danau (camp).

Pada hari keempat, Anda kembali ke Sungai Lalang dan kembali ke Bangko. Lalu pada hari kelima, kembali ke Jakarta dari Muara Bungo atau mungkin Lubuk Linggau atau Jambi.

Secara teknis, Anda bisa turun gunung dan kembali ke Bangko pada Hari ke-3 jika memang diperlukan, misalnya hanya ingin mengunjungi puncak dan tidak repot dengan Danau Kumbang. Ini berarti hanya berkemah satu malam, tetapi pendakian akan menjadi perjalanan yang terburu-buru mengingat lamanya jarak yang ditempuh.

 

Infografis Gunung Merapi Kembali Erupsi dan Potensi Bahaya Letusan. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Gunung Merapi Kembali Erupsi dan Potensi Bahaya Letusan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya