Kecil-Kecil Bikin Ngeri, Mikroplastik Kini Ditemukan di Jaringan Otak Manusia

Jumlah mikroplastik yang ditemukan di sampel otak manusia 10 hingga 20 kali lebih banyak daripada di organ lain seperti ginjal dan hati.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 24 Agu 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2024, 10:00 WIB
Ilustrasi pembagian otak manusia
Intelligent quotient (IQ) adalah sebuah pengukuran atas sifat kecerdasan yang dimiliki setiap orang. (Foto: Pexels/meo)

Liputan6.com, Jakarta - Keberadaan mikroplatik makin mengkhawatirkan. Dalam berbagai penelitian terbaru, plastik berdiameter sekitar 5mm itu ditemukan di jaringan otak manusia, setelah sebelumnya ditemukan di berbagai organ dalam

Penulis utama studi tersebut, Matthew Campen, seorang ahli toksikologi dan profesor ilmu farmasi di Universitas New Mexico, mengatakan temuan ini 'cukup mengkhawatirkan'.

"Ada jauh lebih banyak plastik di otak kita daripada yang pernah saya bayangkan atau yang saya rasa nyaman." "Saya tidak tahu berapa banyak lagi plastik yang dapat dimasukkan ke dalam otak kita tanpa menimbulkan masalah," tambah Campen, dikutip dari People, Sabtu (24/8/2024).

Riset Campen lainnya meneliti 12 sampel otak dari orang-orang yang meninggal karena demensia, termasuk penyakit Alzheimer. Ia menemukan otak pasien tersebut mengandung mikroplastik 10 kali lebih banyak, berdasarkan beratnya, dibandingkan sampel sehat.

Selain itu, selama periode delapan tahun, dari 2016 hingga 2024, sampel otak menunjukkan total mikroplastik 50 persen lebih tinggi,  yang mencerminkan peningkatan serupa dalam jumlah mikroplastik yang ditemukan di lingkungan. "Anda dapat menarik batasannya – batasan ini akan semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Ini konsisten dengan apa yang Anda lihat di lingkungan sekitar," imbuhnya.

Penelitian itu menambah fakta bahwa mikroplastik makin merasuki tubuh manusia. Ini memperkuat temuan dalam riset National Institutes of Health yang dipublikasikan Mei 2024 tentang 91 sampel otak rata-rata mengandung sekitar 10 hingga 20 kali lebih banyak dibandingkan organ lainnya, seperti hati dan ginjal. Penelitian itu menyimpulkan bahwa otak adalah 'salah satu sampel jaringan yang paling banyak tercemar plastik."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ragam Riset Temuan Mikroplastik di Organ Dalam Manusia

Ilustrasi Mikroplastik
Ilmuwan Temukan Sembilan Jenis Mikroplastik di Jantung Manusia (Sumber: Ilustrasi Depositphoto)

Dalam studi Journal of Hazardous Materials pada Juli 2024, mikroplastik ditemukan di 16 sampel sumsum tulang yang diperiksa. Setiap sampel mengandung polistiren, jenis plastik yang digunakan untuk styrofoam,  dan hampir semuanya mengandung polietilen, jenis plastik yang digunakan untuk bungkus makanan bening dan botol deterjen. Mikroplastik juga ditemukan di seluruh 45 sampel penelitian yang meneliti pasien yang menjalani operasi lutut atau pinggul.

Riset lain meneliti 312 pasien yang telah menghilangkan timbunan lemak, atau plak, dari arteri karotisnya. Dari jumlah tersebut, hampir 60 persen sampel mengandung mikroplastik – dan subjek tersebut 2,1 kali lebih mungkin mengalami serangan jantung, stroke, atau kematian.

Saat ini, Amerika Serikat belum menetapkan standar pemerintah untuk partikel plastik dalam makanan atau air. Namun, Badan Perlindungan Lingkungan menguraikan pedoman untuk mengukurnya dan, sejak 2018, telah mengeluarkan dana hibah untuk membantu para peneliti mengembangkan cara baru untuk mendeteksi dan mengukur mikroplastik secara efisien.

Di sisi lain, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengeluarkan pernyataan kontroversial dengan mengatakan, "Bukti ilmiah saat ini tidak menunjukkan bahwa tingkat mikroplastik atau nanoplastik yang terdeteksi dalam makanan menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia."

 

 


Seruan Peneliti soal Darurat Mikroplastik

Ilustrasi mikroplastik di lautan (dok. Samsung Electronics)
Ilustrasi mikroplastik di lautan (dok. Samsung Electronics)

Meski begitu, para peneliti menyerukan langkah-langkah yang lebih agresif untuk mengurangi polusi plastik di lingkungan. "Sekarang sangat penting untuk mengumumkan keadaan darurat global," kata Sedat Gündoğdu, yang mempelajari mikroplastik di Universitas Cukurova di Turki, menurut The Guardian.

Meskipun dampak kesehatan yang sebenarnya pada manusia belum sepenuhnya diketahui, penelitian menemukan bahwa mikroplastik dapat menyebabkan stres oksidatif, yang memicu kerusakan sel, peradangan, atau penyakit kardiovaskular. Melalui penelitian pada hewan baru-baru ini, para peneliti menemukan bahwa mikroplastik juga dapat menyebabkan masalah kesuburan, gangguan pembelajaran dan memori, berbagai jenis kanker, serta gangguan endokrin dan sistem kekebalan tubuh.

Penumpukan potongan-potongan kecil di beberapa organ manusia 'menakutkan', kata Bethanie Carney Almroth, ahli ekotoksikologi di Universitas Gothenburg di Swedia, kepada The Guardian. Para peneliti pun menyarankan masyarakat untuk mengurangi paparannya dengan menghindari penggunaan plastik dalam persiapan makanan (misalnya microwave) dan penumpukan debu. Selain itu, beberapa peneliti menyarankan untuk mengurangi makan daging, terutama produk olahan.

 


Daur Ulang Tak Cukup untuk Atasi Polusi Plastik

Waspadai cemaran mikroplastik yang berbahaya bagi makhluk hidup
Waspadai cemaran mikroplastik yang berbahaya bagi makhluk hidup. Document/Coway Indonesia.

Peliknya masalah plastik mednorong Kepala Lingkungan Hidup PBB memperingatkan bahwa manusia tidak bisa hanya mendaur ulang untuk keluar dari permasalahan sampah tersebut. Mengutip laman Japan Today, Kamis, 5 Oktober 2023, dia menyerukan pemikiran ulang total mengenai cara orang-orang menggunakan plastik.

"Ada banyak jalan menuju solusi. Tapi saya pikir semua orang menyadari bahwa status quo bukanlah sebuah pilihan," sebut Inger Andersen, direktur Program Lingkungan Hidup PBB, dalam sebuah wawancara dengan AFP.

Andersen menyampaikan hal tersebut dua minggu setelah publikasi rancangan pertama Plastic Treaty, yaitu perjanjian internasional masa depan mengenai polusi plastik, yang didukung pula Indonesia turut. Perjanjian itu diperkirakan akan selesai pada akhir 2024, mencerminkan berbagai ambisi dari 175 negara yang terlibat.

Utamanya kesenjangan antara mereka yang mendukung pengurangan produksi polimer mentah dan mereka yang bersikeras menggunakan kembali dan mendaur ulang. Pertama, Andersen mengatakan tujuannya adalah untuk menghilangkan sebanyak mungkin plastik sekali pakai.

"Menghilangkan hal-hal yang sejujurnya tidak diperlukan, seperti benda-benda yang dibungkus plastik yang sama sekali tidak ada gunanya, bahkan mungkin dibungkus oleh alam sendiri, seperti sebuah jeruk atau pisang," katanya. 

Saat memasuki supermarket, dia langsung pergi ke lorong sabun untuk melihat apakah versi padat tersedia. "Kita juga harus mengurangi keseluruhan pasokan polimer mentah baru," sebutnya, sambil mencatat bahwa ini adalah salah satu opsi dalam rancangan teks perjanjian tersebut. 

Bahaya Sampah Plastik di Laut
Infografis bahaya sampah plastik di laut. (dok. TKN PSL)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya