Liputan6.com, Jakarta - Kepergian AKBP Pamudji untuk selamanya meninggalkan duka mendalam, khususnya bagi keluarga dan kerabatnya. Terlebih, nyawa Kepala Detasemen Markas Polda Metro Jaya itu direnggut anak buahnya sendiri, Brigadir Susanto.
Di mata para tetangga di kediamannya di Jalan Kamboja, Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur, mendiang Pamudji dikenal sangat ramah. Meski jarang terlihat di rumah, sosoknya yang santun begitu berbekas.
"Bapak memang jarang keluar rumah. Tapi warga di sini tahu dia semua. Orangnya baik, ramah," ujar Samin, salah seorang tetangga, Jakarta Timur, Rabu (19/3/2014).
Pamudji dikenal sangat menjunjung tinggi tugasnya. Hari-harinya selalu dihabiskan untuk tugas kerjanya. "Jam 5 pagi sudah berangkat. Pulang paling cepat jam 9 malam. Waktunya sudah habis buat dinas," ujar Samin.
Sikap low profile itu juga ditunjukkan Pamuji. Hampir tak pernah terlihat menggunakan sopir pribadi setiap kali bekerja. "Pasti nyupir sendiri kalau kerja," tandas Samin.
Pantauan Liputan6.com, para perwira menengah Polri silih berganti berdatangan ke rumah mewah bernuansa putih hijau itu. Rencananya, jasad AKBP Pamudji dimakamkan di TPU Cijantung, Jakarta Timur, tak jauh dari kediamannya.
Pamudji ditembak di ruang piket Pelayanan Masyarakat Polda Metro Jaya, Selasa 18 Maret malam. Pamuji seketika tewas akibat luka tembak tepat di atas telinga kirinya. Diduga, Pamuji ditembak anak buahnya, Brigadir Susanto.
Menurut keterangan salah satu saksi, Aiptu Dede Mulyani yang berada di lokasi bersama korban dan pelaku sebelum kejadian. Antara atasan dan anak buah itu sempat terjadi cekcok mulut beberapa saat sebelum terjadi penembakan.
"Menurut keterangan saksi, Aiptu Dede Mulyani 62100454 Danru Regu 2, sebelum kejadian terjadi penembakan terjadi percekcokan antara Brigadir Susanto dengan korban," terang Kepala Siaga Kompol Yani Suryani. (Ismoko Widjaya)
Baca Juga
Baca juga:
Advertisement