Yusran Sang Pengentas Buta Huruf di Desa Terpencil

Prihatin dengan warga buta huruf, pemuda asal Desa Batetangga, Yusran, berinisiatif menyelenggarakan pendidikan dasar secara cuma-cuma.

oleh Liputan6 diperbarui 08 Jun 2014, 13:20 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2014, 13:20 WIB
Sosok Yusran
Sosok Yusran

Liputan6.com, Polewali Mandar - Desa Batetangga, Kecamatan Binuang, Sulawesi Barat, 4 jam perjalanan darat dari Kota Polewali Mandar. Boleh dikata desa berpenduduk 200 jiwa ini tertinggal. Sejak 6 tahun lalu hampir seluruh warga desa buta aksara. Sekolah terdekat dicapai dengan 3 jam berkendara menggunakan sepeda motor, bahkan tak terjangkau oleh anak-anak desa.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (8/6/2014), seorang pemuda asal Desa Batetangga, Yusran, yang prihatin dengan kondisi itu berinisiatif menyelenggarakan pendidikan dasar secara cuma-cuma. Mulai pada 2010, Yusran mengumpulkan anak-anak di salah satu rumah untuk dididik.

Ayah Yusran adalah seorang petani yang tidak bisa membaca. Sebagai pemuda setempat, Yusran tahu betapa sulit mendapat akses pendidikan. Hanya karena tekat membaja, Yusran akhirnya mampu menyelesaikan sekolah dan menjadi sarjana pendidikan.

Sejak 2008, Yusran menjadi guru honorer, namun penghasilannya tidaklah seberapa. Walau begitu, Yusran tidak ingin kesulitan di masa kecilnya dialami anak-anak desa lainnya. Sekarang 3 kali seminggu, Yusran datang ke Desa Batetangga, mengajar baca tulis.

Siapa saja yang berminat termasuk warga dewasa boleh ikut. Soal dana, ditanggung sendiri oleh Yusran. Berkat Yusran, dalam 4 tahun sekitar 60 persen warga sudah melek huruf. Keberhasilan ini bukan tanpa hambatan. Setiap hari, tantangan selalu datang silih berganiti. Tapi pemuda lajang ini tidak pernah menyerah. Sepak terjang Yusran kemudian menyentuh hati warga setempat.

Pemuda 30 tahun ini bertekat, anak-anak desa terpencil sekalipun harus punya kesempatan maju melalui pendidikan. (Sun)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya