Pengamat: Pemerintah Bingung Tentukan Kebijakan BBM

"Ada salah perhitungan pada saat menentukan APBNP. Jadi ketika dipatok 46 juta kiloliter, tidak boleh lebih dari itu, kan lucu".

oleh Liputan6 diperbarui 27 Agu 2014, 14:03 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2014, 14:03 WIB
Purbaya Yudhi Sadewa

Liputan6.com, Jakarta - Antrean panjang pembeli BBM bersubsidi terjadi di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di sejumlah daerah di Tanah Air beberapa hari ini. Masyarakat resah lantaran sulit mendapatkan BBM bersubsidi karena pembatasan pasokan oleh PT Pertamina (Persero).

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Rabu (27/8/2014), maraknya antrean hingga menimbulkan keributan di sejumlah SPBU ini akhirnya membuat Pertamina mengambil keputusan baru.

Terhitung sejak Selasa 26 Agustus malam, Pertamina melakukan normalisasi pasokan BBM bersubsidi ke sejumlah SPBU. Ini dilakukan untuk memulihkan situasi. Namun demikian, penyaluran tetap akan dilakukan secara terukur dan terarah sesuai dengan kondisi masing-masing daerah.

Namun pengamat ekonomi Purbaya Yudhi Sadewa menilai langkah Pertamina dianggap sebagai kebingungan pemerintah dalam mengambil keputusan. Pemerintah seharusnya memperhitungkan dengan benar alokasi subsidi untuk BBM di RAPBN 2015. Dengan begitu, masyarakat tidak menjadi korban.

"Ada salah perhitungan pada saat menentukan APBNP (APBN Perubahan). Jadi ketika dipatok 46 juta kiloliter, tidak boleh lebih dari itu, kan lucu. Karena memang permintaannya bisa lebih dari itu. Jadi saya melihat ini kebingungan di kalangan perencana kebijakan fiskal maupun di DPR kita" kata Purbaya.

Selain opsi menaikkan harga BBM yang bisa mempengaruhi perekonomian, pemerintah juga seharusnya mampu menyerap sumber anggaran yang lain untuk mengakali keuangan negara. Namun semuanya harus dihitung dengan benar. Agar tidak lagi terulang perubahan kebijakan yang hanya membuat bingung masyarakat.

Sementara itu, meski pasokan BBM subsidi kembali normal, namun kelangkaan masih terjadi di SPBU Jalan Panjang, Jakarta Barat. BBM bersubsidi jenis premium dan solar di SPBU ini sudah habis sejak pagi tadi. Sejumlah kendaraan pun terpaksa beralih menggunakan BBM non-subsidi.

Kelangkaan BBM bersubsidi di SPBU ini sudah terjadi sejak 2 pekan terakhir. Sebelumnya, Pertamina memasok BBM bersubsidi di SPBU ini sebanyak 36 kiloliter per hari. Namun semenjak kebijakan pemerintah terkait pembatasan BBM subsidi, pasokan turun menjadi 16 kiloliter per hari.

Baca juga:

Pertamina Normalkan Pasokan BBM Subsidi Mulai Malam Ini

Menginap di SPBU Demi BBM Premium dan Solar

Pembatasan BBM, Mesin Diesel Petani Bangkalan Tak Beroperasi

(Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya