Kegigihan Tunadaksa yang Sukses dengan Pabrik Sandal Gunung

Jaelani, tunadaksa berkeliling puluhan kilometer setiap hari di atas sepeda motornya untuk memasarkan sandal ke pasar-pasar di Tangerang.

oleh Liputan6 diperbarui 10 Sep 2014, 14:16 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2014, 14:16 WIB
Pantang-Menyerah-140910
(Liputan 6 TV)

Liputan6.com, Banten - Jaelani, warga Desa Peusar Panongan, Tangerang, Banten lahir dengan kaki tidak tumbuh sempurna dan tidak bisa digunakan untuk berjalan (tunadaksa). Bungsu dari 9 bersaudara ini juga tumbuh dalam keluarga tidak mampu sehingga ia tidak tamat sekolah dasar, namun itu semua tidak mengurangi semangat Zaelani untuk maju.

Seperti dalam Pentang Menyerah yang ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Rabu (10/9/2014), berkat kerja kerasnya, Jaelani sekarang punya usaha kerajinan sandal gunung lengkap dengan mesin cetak sandal di dalam ruangan seluas 20 x 30 meter.

"Karena kan kalau saya pikir namanya kita jadi karyawan ya enggak ada buat masa depan ataupun hari tua gitu kan, ya cobalah saya belajar sendiri. Kenapa orang lain mampu, saya enggak mampu? Gitu kan. Tapi secara fisik memang kalau sudah ditakdirkan begini mau gimana," kata Jaelani.

Di pabrik kecilnya, Jaelani mempekerjakan 30 warga sekitar. Bukan sekadar proses produksi sandal, ini adalah suri tauladan Jaelani.

"Sekarang ini masuk ke pabrik juga agak susah gitu kan, 1 mungkin keterampilan juga harus bisa dan ijazah juga harus lengkap. Tapi kan untuk di sini kan kalau di home industry seperti ini ya tidak dipersulit lah untuk masalah pengalaman, yang penting mereka itu mau bekerja keras gitu kan." tambah Jaelani

Karena tempat pabrik kecil milik Jaelani, kondisi masyarakat dan keluarga setempet sedikit-sedikit semakin membaik.

"Ya bisa membantu aja gitu ke yang nganggur-nganggur, biasanya kan di pabrik harus ada lamaran atau apa kan. Tapi kalau di sini mah cuma kerajinan," ujar Odi Rohadi, salah satu karyawan warga Desa Peusar.

Tentu mengembangkan usaha tidak semudah membalikan telapak tangan. Telah sekitar 10 tahun Zaelani merintis usaha itu, boleh dikata tanpa modal kecuali semangat. Dulu Jaelani adalah buruh pembuang sampah benang di pabrik garmen kecil.

"Jadi kenek gitu, bantu-bantu tukang jahit, jadi tukang buang benang," ungkap Jaelani.

Sejak dulu, pria berusia 32 tersebut punya tekad kuat untuk maju. Di awal usaha, Jaelani berkeliling puluhan kilometer setiap hari di atas sepeda motor modifikasi untuk memasarkan sandal ke pasar-pasar di Tangerang.

"Banyak dulu orang sukanya enggak percaya bahwa saya pengen ada kemampuan, saya pengen mampu, pengen sukses, pengen jualan. Saya masuk ke toko itu dikira saya mau minta-minta, jadi orang yang punya toko itu ngasih duit saya tolak," ungkap pengalaman Jaelani.

Sekarang ayah 2 anak tersebut punya 2 buah mobil operasional, sandal-sandalnya pun dipasarkan ke kota-kota.

"Ya istilahnya jadi kita jangan nyerahlah walaupun dikasih kehidupan seperti ini dengan kondisi seperti ini. Kalau kita ada kempuan, apa yang kita pelajari, apa yang kita kembangkan itu pasti mampu," ujar Jaelani.

Kegigihan Jaelani, seorang tunadaksa yang patut dijadikan contoh untuk menyebarkan semangat hidup di balik kekurangan, tekad dan pantang menyerah menjadikannya menjadi sosok yang sukses berwirausaha meski dalam keadaan tidak sempurna.

"Jangan menyerah pada keadaan, kemampuan kuat, dan kerja keras adalah kunci kesuksesan," kata Jaelani. (Yus)

Baca juga:

Kebutaan Tak Menghalangi Keluarga Ini Hidup Mandiri

80 tahun Hasjim Djalal: Patriot yang Hidup Sederhana

Nenek Gendong Cucu Sejauh 5 Km Demi Sekolah

 

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya