Tombak Trisula Senjata Tradisional Palembang Simbol Kekuasaan hingga Kekuatan Gaib

Dalam sejarahnya, Palembang sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya dan kemudian Kesultanan Palembang Darussalam, merupakan daerah yang kaya akan warisan maritim dan militer

oleh Panji Prayitno Diperbarui 27 Apr 2025, 00:00 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2025, 00:00 WIB
Tombak Trisula Senjata Tradisional Palembang Sumatera Selatan Simbol Kekuasaan Hingga Kekuatan Gaib
Tombak Trisula senjata tradisional Sumatera Selatan. Foto (budayaindonesia.org)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Tombak Trisula merupakan salah satu senjata tradisional Palembang Sumatera Selatan yang sarat akan nilai budaya dan spiritual. Senjata ini memiliki bentuk yang unik dan mencolok, dengan mata tombak yang bercabang tiga menyerupai garpu besar, sehingga disebut trisula.

Dari bahasa Sanskerta yang berarti tiga tombak atau tiga ujung. Dalam budaya lokal, senjata tradisional ini bukan hanya sekadar alat tempur, tetapi juga simbol kekuasaan, perlindungan, serta kekuatan gaib yang dipercaya mampu menolak bala dan memberikan keberanian kepada pemiliknya.

Tombak Trisula kerap kali digunakan dalam upacara adat atau ritual spiritual, serta diturunkan secara turun-temurun oleh keluarga bangsawan atau tokoh masyarakat yang memiliki kedudukan penting di lingkungan sosialnya.

Dalam sejarahnya, Palembang sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya dan kemudian Kesultanan Palembang Darussalam, merupakan daerah yang kaya akan warisan maritim dan militer, di mana berbagai jenis senjata tradisional berkembang, termasuk tombak trisula yang diyakini memiliki pengaruh dari tradisi India dan Asia Tenggara secara lebih luas.

Secara fisik, Tombak Trisula memiliki bilah logam yang tajam di bagian tengah dan dua cabang di sisi kiri dan kanan yang lebih pendek, membentuk formasi menyerupai huruf “Y” dengan ujung yang sangat tajam. Gagangnya biasanya terbuat dari kayu keras seperti kayu nibung atau kayu kemuning yang dipercaya memiliki kekuatan mistis dan tahan lama.

Dalam beberapa versi yang lebih sakral, gagang tombak bahkan dihiasi dengan ukiran simbol-simbol tertentu atau dililit kain kuning sebagai perlambang kesucian dan perlindungan.

Ukuran tombak ini bervariasi, ada yang dibuat sepanjang lebih dari dua meter untuk keperluan upacara atau pajangan simbolik, namun ada juga yang dibuat lebih pendek untuk digunakan dalam bela diri tradisional.

Salah satu ciri khas utama dari senjata ini adalah bahwa ia tidak hanya dirancang untuk melukai lawan, tetapi juga untuk mencengkram dan menjatuhkan senjata musuh, berkat bentuk cabang sampingnya yang memungkinkan penguncian senjata lawan dalam pertarungan jarak dekat.

Upaya Pelestarian

Dalam konteks ini, Tombak Trisula menunjukkan bukan hanya kekuatan ofensif tetapi juga strategi pertahanan dan kecerdikan dalam pertempuran. Dalam konteks budaya dan spiritual masyarakat Palembang, Tombak Trisula memiliki makna yang mendalam.

Ia sering dianggap sebagai senjata pusaka yang memiliki kekuatan supranatural tertentu, apalagi jika telah melalui ritual penyematan atau pengisian oleh seorang pawang atau dukun kampung. Banyak masyarakat tua di Palembang meyakini bahwa tombak trisula bisa menjadi penjaga gaib rumah atau tempat suci, dan ditempatkan di lokasi-lokasi tertentu seperti di atas pintu rumah adat atau di pojok ruang utama sebagai penolak bala.

Selain itu, dalam beberapa tradisi kesenian seperti tari perang atau pertunjukan silat, senjata ini kadang dimunculkan sebagai bagian dari narasi simbolik tentang perjuangan antara kebaikan dan kejahatan.

Bahkan dalam beberapa cerita rakyat, trisula digambarkan sebagai senjata para pendekar sakti atau tokoh mistik yang mampu mengusir makhluk halus dan mengalahkan kekuatan hitam.

Keberadaan Tombak Trisula ini juga erat kaitannya dengan nilai-nilai filosofi yang diyakini masyarakat Palembang, di mana tiga ujung mata tombak sering dimaknai sebagai lambang dari keseimbangan antara pikiran, perasaan, dan tindakan, atau simbol dari kekuatan langit, bumi, dan manusia yang harus selaras dalam menjalani kehidupan.

Beberapa lembaga kebudayaan, museum daerah, dan komunitas pelestari warisan budaya mulai mendokumentasikan, merekonstruksi, dan memamerkan Tombak Trisula sebagai bagian dari koleksi yang memiliki nilai sejarah dan kebanggaan daerah. Di Palembang sendiri, senjata ini sering ditampilkan dalam pameran budaya, festival tradisional, atau menjadi bagian dari dekorasi simbolik dalam perayaan adat seperti sedekah dusun atau peringatan hari besar kebudayaan lokal.

Selain itu, senjata ini juga menjadi objek studi bagi para peneliti sejarah dan antropologi yang tertarik dengan simbolisme dan pengaruh akulturasi budaya dalam perkembangan senjata tradisional di Nusantara.

Dengan segala nilai historis, estetis, dan spiritual yang melekat pada Tombak Trisula, senjata khas Palembang ini layak mendapatkan perhatian dan pelestarian yang lebih serius, tidak hanya sebagai artefak masa lalu tetapi juga sebagai bagian penting dari identitas budaya bangsa Indonesia yang kaya dan beragam.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya