23 Stasiun KRL di Jabodetabek Resmi Berlakukan e-Parking

Sistem e-parking membuat arus keluar masuk parkir kendaraan menjadi lebih lancar.

oleh Bima Firmansyah diperbarui 01 Okt 2014, 21:21 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2014, 21:21 WIB
4foto-commuter-line-130930b.jpg
Dirut PT KAI -Ignatius Jonan saat menandatangai peresmian E- Ticketing Monitor Center (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Liputan6.com, Bogor - PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) hari ini resmi memberlakukan sistem elektronik parkir (e-Parking) di 23 stasiun yang tersebar di Jabodetabek. Sistem yang dilakukan oleh anak perusahaannya PT Reska Mulya Usaha (RMU) itu bekerja sama dengan 3 bank swasta nasional.

"Bukan hanya sekadar menekan kebocoran (penyimpangan), tetapi sistem ini juga mengurangi antrean kendaraan yang akan keluar masuk lokasi parkir," kata Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan pada sela-sela peluncuran e-parking di Stasiun Besar Bogor, Rabu (1/10/2014).

Jonan mencontohkan, area parkir di Stasiun Bogor setiap hari dipenuhi 6.000 hingga 7.000 sepeda motor. Selain itu, ada juga 1.500 mobil yang terparkir. Jika berlakukan sistem tunai, akan membuat kendaraan mengantre lebih lama. Terlebih harus menyiapkan kembalian pembayaran.

"Nah dengan menggunakan e-parking ini hanya memerlukan waktu maksimal 7 detik," ucap Jonan.

Sistem e-parking ini memanfaatkan kartu Flazz dari BCA, TapCash dari BNI, dan e-money dari Bank Mandiri. Dengan sistem ini, membuat arus pengguna parkir stasiun akan kian lancar. "Saat ini, sistem e-parking baru diberlakukan di Jabodetabek dan baru 23 stasiun," ungkap dia.

Akan tetapi, pihaknya berencana agar sistem ini bisa diberlakukan di luar Jabodetabek. Namun apakah sejumlah bank yang mempunyai kartu ini siap untuk itu? "Nanti kita pikirkan, apakah juga bisa untuk luar Jabodetabek," tutur dia.

Sistem e-parking lebih efektif diterapkan di stasiun yang menjadi feeder, bukan stasiun kecil. Meski demikian, ke depan PT KAI berencana menerapkan sistem yang sama di Daop Bandung.

"Sekarang baru 23 stasiun. Itu kita seleksi. Nanti bertahap, paling memungkinkan di Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta," tuturnya.

Menurut Jonan, saat ini transaksi nontunai di PT KAI mencapai angka Rp 5 miliar hingga Rp 7 miliar. Jumlah ini dianggap masih kecil ketimbang total transaksi tunai PT KAI, atau baru mencapai 30 persen.

PT KAI mengaku hal itu sulit diterapkan hingga di atas 60%. Hal ini karena sekitar 40 persennya, angkutan yang difasilitasi PT KAI itu merupakan angkutan barang.

"Untuk penumpang sudah sampai 70%, karena untuk kereta barang belum dapat dilakukan (secara nontunai) karena MoU-nya masih panjang," lanjutnya.

Direktur Operasional PT Reska Multi Usaha Porwanto Handri Nugraha mengatakan, kapasitas parkir Stasiun Besar Bogor cukup luas, yakni mencapai 8.000 kendaraan. Selain terjamin keamanannya, juga memudahkan pengguna transportasi massal.

Dengan sistem ini, hanya dibutuhkan 7 detik untuk masuk dan 3 detik untuk transaksi keluar.

"Sebenarnya cukup banyak potensi stasiun yang ada. Namun, lebih prospektif di stasiun feeder. Misalnya kita kembangkan ke arah barat sampai Rangkas, Tangerang, Cikarang, dan Tambun kalau sudah jadi jalur KRL ke sana," tuturnya.

Di lain pihak, Yanto, 35 tahun, salah seorang pengendara motor yang akan menggunakan KRL mengaku masih lebih memilih memarkirkan kendaraannya di luar lokasi parkir stasiun. Sebab harga parkir milik PT KAI lebih mahal.

"Saya pikir masih terlalu mahal, makanya tidak sedikit yang memilih parkir di luar meski dibilang parkir liar," kata Yanto.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya