Liputan6.com, Jakarta - Tesla kembali menegaskan dominasinya sebagai produsen mobil dengan kandungan lokal tertinggi di Amerika Serikat. Menurut indeks yang dirilis oleh Kogod School of Business di American University, Tesla Model 3 Performance menempati posisi teratas dengan 87,5 persen kandungan lokal. Posisi berikutnya adalah Tesla Model Y Long Range dan Model Y standar, dengan masing-masing 85 persen kandungan lokal.
Disitat dari Carscoops, selain model-model tersebut, Tesla Cybertruck juga mencatatkan 82,5 persen kandungan lokal, sementara Model S dan Model X masing-masing memiliki 80 persen kandungan lokal.
Baca Juga
Sedangkan untuk merek lain, yaitu Ford Mustang GT dan GT Premium juga menunjukkan angka serupa, menegaskan posisinya dalam daftar kendaraan dengan kandungan lokal tinggi.
Advertisement
Namun, dominasi Tesla sebagai model dengan kandungan lokal yang tinggi, tidak sepenuhnya tanpa tantangan.
Frank DuBois, penulis studi tersebut, mengungkapkan bahwa meskipun Tesla memiliki kandungan lokal tinggi, perusahaan mobil listrik ini masih mengandalkan sejumlah komponen dari Tiongkok, terutama untuk motor dan baterai.
Hal ini dapat membuat Tesla rentan terhadap tarif impor yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump.
Pemerintahan Donald Trump baru-baru ini memang telah mengumumkan tarif 25 persen untuk mobil dan suku cadang impor, yang dapat mempengaruhi produsen mobil yang bergantung kepada komponen luar negeri.
Tantangan Tesla
Meskipun Tesla memproduksi sebagian besar kendaraannya di Negeri Paman Sam, ketergantungan kepada beberapa suku cadang impor tetap menjadi perhatian.
Di sisi lain, produsen mobil tradisional seperti General Motors dan Ford menghadapi tantangan lebih besar akibat tarif ini, mengingat lebih bergantung kepada impor kendaraan dan suku cadang.
Saham GM dilaporkan turun 9 persen, sementara Ford mengalami penurunan sekitar 5 persen setelah pengumuman tarif tersebut.
Kondisi ini menunjukkan bahwa strategi produksi domestik Tesla memberikan keuntungan kompetitif di tengah kebijakan perdagangan yang proteksionis.
Namun, perusahaan tetap perlu mempertimbangkan diversifikasi rantai pasokan, untuk mengurangi risiko dari perubahan kebijakan perdagangan internasional.
Advertisement
