Liputan6.com, Jakarta - Demonstrasi mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) yang menolak kenaikan harga BBM bersubsidi berujung ricuh. Hal itu terjadi saat ratusan aparat kepolisian dari Satuan Sabhara Polrestabes Makassar dan Satuan Brimob Polda Sulsel membubarkan paksa aksi di depan kampus UNM tersebut.‎
Menanggapi aksi ricuh tersebut, Wakil Presiden Jusuf Kalla yang merupakan lulusan Universitas Hasanuddin Makassar itu menganggap unjuk rasa mahasiswa merupakan hal yang biasa terjadi di daerahnya.
"Di Makassar itu mahasiswa memang begitu, dinamisnya, apa saja didemo," ujar JK di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (14/11/2014).
Namun, dia menilai sebenarnya aksi unjuk rasa tersebut awalnya hanya dilakukan oleh sebagian kecil mahasiswa. Karena banyak mendapatkan perhatian dari media, jumlah mahasiswa yang mengikuti aksi itu pun semakin banyak. Sorotan media juga akhirnya membuat mahasiswa akhirnya bertindak anarkis.
"Tapi sebagian besar demo itu sebenarnya kecil, hanya 10 sampai 20 orang, ada yang besar di UNM. Begitu ada media mereka ngamuk-ngamuk. Begitu (wartawan) pergi, berhenti lagi." Itulah style Makassar," ucap JK.
JK pun mengaku turut mengikuti pemberitaan seputar kericuhan tersebut. Dia yakin berdasarkan apa yang dikatakan para rektor yang tergabung dalam Forum Rektor Makassar, kalau para pelaku unjuk rasa tersebut bukanlah para mahasiswa.
"Rektor kan kemarin semua datang, sampaikan itu bukan dari mahasiswa tapi itu sekelompok orang saja," kata dia.
‎Bentrok antara aparat kepolisian dan demonstran sendiri terjadi di depan kantor DPRD Sulawesi Selatan, di Jalan AP Pettarani. Satu mahasiswa ditahan dalam aksi tersebut. (Yus)