6 Fakta Menarik Masjid Katangka yang Jadi Simbol Perjuangan Kerajaan Gowa

Temukan enam fakta menarik tentang Masjid Katangka Gowa, tempat bersejarah yang kaya akan budaya dan sejarah perjuangan Kerajaan Gowa.

oleh Dyah Ayu Pamela Diperbarui 21 Mar 2025, 05:00 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2025, 05:00 WIB
Masjid Katangka Gowa di Sulawesi Selatan
Masjid Katangka Gowa di Sulawesi Selatan. (Dok: IG https://www.instagram.com/reel/C3uUHXqR0lM/?igsh=Y2ViNXpzb2E4ajRk)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Masjid Katangka, yang juga dikenal sebagai Masjid Tua Al Hilal atau Masjid Agung Syekh Yusuf merupakan salah satu situs bersejarah yang terletak di Jalan Syekh Yusuf, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Dikenal sebagai masjid tertua di Sulawesi, bangunan ini dibangun pada 1603 di masa pemerintahan Sultan Alauddin, Raja Gowa ke-14.

Masjid ini bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai benteng pertahanan terakhir Kerajaan Gowa melawan penjajahan Belanda. Sejarahnya yang kaya menjadikannya salah satu warisan budaya yang sangat penting di Indonesia.

Mengutip dari laman Dunia Masjid, Kamis, 20 Maret 2025, Masjid Katangka memiliki arsitektur yang unik, memadukan berbagai unsur budaya dari Arab, Eropa, Jawa, dan Tiongkok. Hal ini mencerminkan keragaman budaya yang ada pada masa itu. Misalnya, atap mimbar masjid memiliki ciri khas Jawa, sementara kaligrafi yang menghiasi dindingnya mengandung elemen Tiongkok.

Masih banyak hal mengenai Masjid tertua di Sulawesi Selatan yang menandai penyebaran Islam di daerah tersebut. Berikut adalah enam fakta menarik Masjid Katangka Gowa yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Sejarah dan Fungsi Awal

Masjid Katangka didirikan pada 1603 dalam konteks perjuangan Kerajaan Gowa melawan penjajahan. Pada masa itu, masjid ini berfungsi tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai benteng pertahanan yang terakhir bagi kerajaan. Ini menunjukkan betapa pentingnya peran masjid dalam sejarah perjuangan dan pertahanan Kerajaan Gowa.

Promosi 1

2. Arsitektur Multikultural

Fakta Masjid Katangka Gowa di Sulawesi Selatan. (Dok: IG https://www.instagram.com/reel/C3uUHXqR0lM/?igsh=Y2ViNXpzb2E4ajRk)
Masjid Katangka Gowa di Sulawesi Selatan. (Dok: IG https://www.instagram.com/reel/C3uUHXqR0lM/?igsh=Y2ViNXpzb2E4ajRk)  ... Selengkapnya

Keunikan Masjid Katangka terletak pada arsitektur multikulturalnya. Bangunan ini memadukan unsur-unsur dari berbagai budaya, termasuk Arab, Eropa, Jawa, dan Tiongkok. Misalnya saja pada atap mimbar yang terinspirasi dari arsitektur Jawa dan kaligrafi yang mengandung elemen Tiongkok.

Kombinasi ini menjadikan masjid ini sebagai bagunan yang mencolok dari interaksi budaya yang terjadi di masa lalu. Penggunaan berbagai unsur arsitektur dalam Masjid Katangka melambangkan penyatuan dan kerja sama antara berbagai kelompok etnis yang ada pada masa itu. Masjid ini menjadi pusat interaksi berbagai budaya, menciptakan ruang di mana orang-orang dari latar belakang yang berbeda dapat berkumpul dan beribadah bersama.

3. Bentuk Kubah dan Maknanya

Kubah masjid yang berbentuk tumpeng menunjukkan pengaruh budaya Jawa yang kuat dalam desainnya. Bentuk kerucut khas ini bukan hanya tentang estetika, tetapi juga memiliki makna mendalam yang terkait dengan tradisi dan kebudayaan lokal setempat.

4. Punya Perpustakaan

Masjid Katangka Gowa di Sulawesi Selatan. (Dok: IG https://www.instagram.com/reel/C3uUHXqR0lM/?igsh=Y2ViNXpzb2E4ajRk)
Masjid Katangka Gowa di Sulawesi Selatan. (Dok: IG https://www.instagram.com/reel/C3uUHXqR0lM/?igsh=Y2ViNXpzb2E4ajRk) ... Selengkapnya

Sebagai sebuah pemerintahan, Kerajaan Gowa terbilang maju. Ini terbukti dengan adanya perpustakan kerajaan yang memuat buku-buku tentang masalah pelayaran dan kelautan yang dihimpun oleh Raja Maluku bernama Sultan Mahmudsyah di area Masjid Katangka.

Peraturan kelautan itu dihimpunnya dari penuturan-penuturan pelaut Makasar yang berlayar sampai ke Sumbawa, Aceh, Peureulak, Singapura, Johor, dan Malaka. Dalam perpustakaan itu pula terdapat sebuah buku hikayat Karaeng Samarluka, seorang pelaut yang gagah berani.

Dikisahkan, pada 1420, Karaeng Samarluka bersama 200 kapal menyerang Malaka. Lantaran mengalami kekalahan, sebagian prajurit Angkatan Laut Kerajaan Gowa akhirnya ia melarikan diri ke Pasai.

Dalam pengembaraannya di Pulau Andalas (nama lain Pulau Sumatra), Karaeng Samarluka bertemu dengan seorang penyebar Islam yang bernama Abdul Ma’mur Khatib Tunggal bergelar Dato’ri Bandang, berasal dari Kota Tangah di Sumatra Barat. Atas bimbingan Dato’ri Bandang, Karaeng Samarluka akhirnya memeluk agama Islam.

5. Jumlah Pintu yang Unik

Masjid Katangka Gowa di Sulawesi Selatan. (Dok: IG https://www.instagram.com/reel/C3uUHXqR0lM/?igsh=Y2ViNXpzb2E4ajRk)
Masjid Katangka Gowa di Sulawesi Selatan. (Dok: IG https://www.instagram.com/reel/C3uUHXqR0lM/?igsh=Y2ViNXpzb2E4ajRk) ... Selengkapnya

Masjid Katangka memiliki lima pintu; dua di luar dan tiga di dalam. Meskipun makna spesifik dari jumlah pintu ini tidak dijelaskan secara rinci, hal ini menambah daya tarik arsitektur masjid dan memberikan nuansa unik bagi pengunjung.

6. Status Cagar Budaya

Masjid Katangka telah ditetapkan sebagai cagar budaya nasional pada tahun 1999. Penetapan ini menunjukkan pentingnya masjid ini sebagai situs sejarah dan warisan budaya Indonesia. Masjid ini juga telah mengalami beberapa renovasi untuk menjaga keasliannya, termasuk renovasi pada 1962, 1973, 1978, 1980, dan 2007.

Kehadiran Masjid Katangka tidak dapat dipisahkan dari sejarah penyebaran Islam di daerah Gowa. Sebelum kedatangan Islam, Gowa sudah menjadi kerajaan besar.

Menurut sejarah, kerajaan ini pernah dipimpin oleh seorang ratu yang bernama Tamanurunga. Dengan kisah yang kaya dan penuh makna, Masjid Katangka Gowa terus menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang sejarah dan budaya di Indonesia.

Infografis: Masjid-Masjid Besar di Indonesia
Infografis: Masjid-Masjid Besar di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya