Pengamat: Kurikulum 2013 Sudah Tepat, Tapi Banyak Persoalan

Pelaksanaan Kurikulum 2013 dihentikan sementara oleh Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan.

oleh Oscar Ferri diperbarui 14 Des 2014, 05:00 WIB
Diterbitkan 14 Des 2014, 05:00 WIB
Rhenald Kasali
Rhenald Kasali

Liputan6.com, Jakarta - Pendiri Rumah Perubahan Rhenald Kasali menilai, penerapan sistem pendidikan Kurikulum 2013‎ oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sudah tepat. Namun, bukan berarti tidak ada catatan yang perlu digarisbawahi. Dalam arti tetap memiliki sejumlah persoalan.

"(Penerapan kurikulum 2013) Tepat, tapi banyak persoalan," ujar Rhenald usai diskusi di Warung Daun, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat‎, Sabtu (13/12/2014).

Sebagai pengamat, Rhenald menyebut beberapa permasalahan dalam kurikulum 2013. Misalnya, pertama, mengenai kesatuan antara apa yang dipikirkan dengan implementasi di lapangan.

"Kedua, arti. Seperti konsep spiritual. Kompetensi inti sipiritual. Terjemahan jadi masing-masing. Padahal tematik integratif. Misalnya sesuai agama masing-masing. Padahal kita harus ada respek pada agama. Itu kan harus dibangun," ucap dia.

Ketika, lanjut Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu, mengenai ketersediaan buku. Menurut dia, banyak beranggapan kurikulum 2013 bisa diterapkan jika para siswa sudah punya buku.

‎"Kita beranggapan bisa diterapkan kalau sudah punya buku. Padahal bisa bertahap, karena informasi sudah bisa dapat dari mana-mana," tandas Rhenald yang dikenal sebagai akademisi dan praktisi bisnis.

Pelaksanaan Kurikulum 2013 dihentikan sementara oleh Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan sejak Jumat 5 Desember lalu. Penghentian ini dalam rangka menyempurnakan kurikulum yang diterbitkan pada masa pemerintahan SBY itu. Sebagai gantinya, sekolah-sekolah diminta kembali menggunakan Kurikulum 2006.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya