JK: Video Anak-anak ISIS Rekayasa

Menurut Wapres JK, gerakan ISIS harus dilawan dengan dakwah yang baik, agar lebih efektif daripada menggunakan cara kekerasan.

oleh Liputan6 diperbarui 19 Mar 2015, 20:15 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2015, 20:15 WIB
`JK Jinak-jinak Merpati`
Jusuf Kalla (Dok. Liputan6.com/Abdul Aziz Prastowo)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK berpendapat, video anak-anak yang dilatih ISIS dan diunggah di dunia maya merupakan kampanye rekayasa.

"Saya pikir ada yang merekayasa," kata JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (19/3/2015).

JK menduga, kemungkinan kecil bila ada anak-anak di bawah umur dilibatkan dalam peperangan. Karena senjata yang diangkat dalam perang saja adalah alat yang berat untuk diangkat anak-anak.

Karena itu, JK menekankan, menjadi penting langkah antisipasi dan pencegahan yang baik. Karena ideologi yang diusung ISIS bisa terdapat di berbagai generasi, baik yang muda maupun yang tua.

Menurut JK, ideologi ISIS harus dilawan dengan memberikan dakwah dan penjelasan yang baik. Karena hal tersebut dinilai lebih efektif dibandingkan menggunakan kekerasan.

Laporkan Dugaan ISIS

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara sebelumnya memastikan, pihaknya telah memblokir video ISIS yang melibatkan anak-anak di bawah umur di dunia maya.

"Removal (menghapus) oleh YouTube atas permintaan kami, untuk Asia Pasifik sudah dilakukan sejak kemarin pukul 13.00 WIB," kata Rudiantara di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu kemarin.

Kendati, bukan tidak mungkin konten itu telah terkopi dan disebarluaskan melalui situs lain. Sehingga dia meminta masyarakat aktif mengadukan kepada pemerintah melalui berbagai saluran, salah satunya melalui email di alamat aduankonten@mail.kominfo.go.id jika menemukan konten berbau terorisme.

"Kalau memang ada ditemukan, segera laporkan akan kami tindak lanjuti," kata dia.

Rudiantara mengaku belum memiliki akses pemblokiran secara langsung untuk situs, akun, maupun konten di internet yang berbau terorisme sehingga masih menggunakan cara semi-manual dengan menghubungi ISP atau video platform yang menjadi salurannya.

Menurut Rudiantara, baru mulai pertengahan 2015 pihaknya akan memblokir secara mandiri untuk konten-konten yang tidak diinginkan di Indonesia. Jadi sementara ini masih menggunakan cara semi manual dengan menghubungi ISP. (Ant/Rmn/Ans)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya