BNPT: Negara Tidak Boleh Kalah dengan Terorisme dan ISIS

"Strategi mereka merekrut, menggunakan korelasi pertemanan dan keluarga," kata Jubir BNPT.

oleh Oscar Ferri diperbarui 19 Mar 2015, 16:38 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2015, 16:38 WIB
Teaterikal Menolak ISIS di Bundaran HI
Sejumlah mahasiswa melakukan aksi menolak ISIS di Car Free Day, Bundaran HI, Jakarta, Minggu (15/3/2015). Mereka melakukan aksi teaterikal sebagai bentuk sindiran terhadap kekejaman ISIS. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Ancaman ISIS dalam beberapa waktu terakhir sudah menjalar ke seantero dunia. Tak terkecuali di Indonesia. Atas dasar itu, pemerintah mesti bertindak cepat, tepat, serta harus memegang prinsip teguh, bahwa negara tidak boleh kalah dengan terorisme, termasuk ISIS.

"Prinsipnya negara tidak boleh kalah dengan terorisme," kata Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irfan Idris dalam diskusi 'BNPT Bincang Damai' di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (19/3/2015).

Irfan Idris mengatakan, ISIS melakukan perekrutan dengan cara hubungan pertemanan dan keluargaan dari anggota-anggotanya yang sudah lebih dulu bergabung. Hal itu yang terlihat dari 2 kelompok WNI di Turki yang masing-masing berjumlah 16 orang tersebut, di mana mereka rata-rata punya hubungan keluarga.

"Strategi mereka merekrut, menggunakan korelasi pertemanan dan keluarga," kata Irfan.

Irfan menilai, kelompok radikal ISIS tumbuh di satu negara karena negara tersebut sedang terjadi kekacauan. Seperti yang terjadi di Suriah dan Irak. Karena itu, jangan sampai Indonesia mengalami kekacauan dalam berbagai bidang, yang dapat menyebabkan tumbuhnya jaringan-jaringan ISIS.

"ISIS tumbuh karena Suriah dan Irak chaos. Karenanya, saya tegaskan kita kembali ke pemerintah bagaimana mengkoordinasikan penindakan dan pencegahan," kata Irfan.

Dia mengatakan, penindakan dan pencegahan itu menjadi penting, sebab terorisme masuk dalam kategori kejahatan luar biasa bersama human traficking, narkoba, dan korupsi. Ideologi-ideologi paham terorisme yang bersifat radikal layaknya penyakit kanker, kian lama kian menggerogoti.

"Kejahatan teroris itu kejahatan luar biasa. Ideologinya bisa menggerogoti bangsa. Kanker ganas yang menggerogoti keutuhan NKRI," kata Irfan Idris. (Mvi/Ein)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya