Perjuangan Para Pemburu Batu Pancawarna Cenderamata KAA

Pengrajin batu akik pancawarna di Garut harus naik-turun gunung dan menempuh puluhan kilometer untuk memperoleh bahan baku terbaik.

oleh Liputan6 diperbarui 20 Apr 2015, 16:30 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2015, 16:30 WIB
Gemstone Konferensi Asia Afrika
Pamor batu pancawarna semakin berkilau setelah dijadikan cinderamata untuk para delegasi yang menghadiri peringatan 60 tahun KAA.

Liputan6.com, Garut - Di balik proses pembuatan liontin batu pancawarna yang akan dijadikan cenderamata bagi delegasi peserta Konferensi Asia-Afrika (KAA), terselip kisah dan perjuangan para pengrajin batu asal Garut, Jawa Barat yang patut mendapat acungan jempol itu.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Senin (20/4/2015), para pengrajin batu dari kawasan Caringin, Garut Selatan ini bahkan harus naik-turun gunung dan menempuh jarak puluhan kilometer demi memperoleh batu terbaik.

Dengan peralatan sederhana, batu pancarwarna yang berasal dari fosil kayu purba digali dari Pegunungan Bungbulang dan Caringin. Mereka mengaku bangga bisa menyumbangkan kerajinannya untuk peserta KAA.

Meskipun mereka harus menyelesaikan 120 liontin pancawarna. Batu-batu cenderamata KAA itu kini dalam proses sertifikasi.

Para pengrajin batu Garut itu berharap, batu-batu pancawarna yang mereka kerjakan bisa mendunia. (Nfs/Ndy)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya