Liputan6.com, Solo - Ketiadaan naskah soal Ujian Nasional (UN) dalam huruf Braille menyulitkan para peserta ujian penyandang tunanetra. Sebagian siswa berkebutuhan khusus juga mengeluhkan panjangnya soal-soal ujian.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang, Rabu (6/5/2015), di salah satu ruang UN di SMP Modern Islamic School (MIS), Kampung Sewu, Solo, terdapat 5 dari puluhan peserta ujian yang merupakan penyandang kebutuhan khusus. Terdiri dari 2 penyandang tunanetra dan 3 berpenglihatan buruk atau low vision.
Untuk menjawab soal-soal ujian, mereka dibantu pengawas, seperti membacakan soal. Hal ini merepotkan dan menyita waktu. Tapi apa boleh buat, hanya itu yang bisa dilakukan karena naskah soal dalam huruf Braille tidak disediakan.
Advertisement
"Ketiadaan soal ujian berhuruf Braille sebenarnya sudah dilaporkan sejak Senin lalu, namun tak ada tanggapan," kata Kepala Sekolah SMP MIS Muhammad Ardaloka.
Lain lagi di Jombang, Jawa Timur. Peserta ujian SMP yang berkebutuhan khusus mengeluhkan panjang soal ujian. Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Darul Ulum, Jogoroto misalnya. 3 Siswa tunarungu mengeluhkan soal yang harus mereka jawab terlalu panjang.
"Idealnya khusus untuk murid berkebutuhan khusus, soal ujian mestinya disederhanakan," ujar Kepala Sekolah SLB Darul Ulum, Zaenal Arifin.
Lain halnya dengan suasana UNÂ di SMP Negeri 11 Jakarta, sebagian murid peserta UN malah terlihat santai. Mereka terlihat bebas mengobrol bahkan ada yang tertidur di ruang ujian.
Mungkin karena menganggap tingkah siswa-siswi itu tak melanggar aturan, para pengawas pun membiarkan, termasuk membiarkan mereka mengobrol di dalam ruang ujian. (Nda/Sss)