Liputan6.com, Jakarta Wacana reshuffle kabinet mengemuka setelah 6 bulan pemerintahan Jokowi-JK. Hal ini dinilai menjadi titik krusial bagi Presiden Jokowi untuk menggenjot kerja pembantunya agar lebih efektif dan jauh lebih baik lagi.
Pengamat politik Emrus Sihombing mengingatkan agar Jokowi tidak terjebak dengan menteri dari profesional atau partai. Sebab jabatan menteri adalah jabatan politik. Mereka harus segera merealisasikan program Nawacita.
"Sebenarnya tidak ada menteri di pemerintahan murni profesional. Jabatan menteri pun jabatan politik. Karena itu jika ingin reshuffle, maka tidak relevan mendikotomikan menteri dari profesional atau dari partai. Banyak partai mempunyai segudang sumber daya yang profesional," sebut Emrus melalui pesan tertulis di Jakarta, Jumat (8/5/2015).
Menurut akademisi dari Universitas Pelita Harapan itu, jika menteri dari partai yang profesional, maka menteri tersebut dipastikan mampu melaksanakan tugas secara profesional. Sekaligus mendapat dukungan politik, minimal dari partainya.
"Perlunya dukungan politik ini sejalan dengan pandangan Presiden Jokowi yang disampaikan di Rakernas PAN, bahwa dukungan politik dan keamanan sangat diperlukan untuk menyukseskan pembanguan negara," jelas Emrus.
Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan Universitas Padjajaran Muradi mengatakan, dalam melakukan reshuffle, Jokowi juga harus melihat mana menteri yang tidak sejalan dengan program Nawacita.
"Sejumlah menteri yang dianggap tidak memahami Nawacita dan kehendak Presiden bisa diganti. Presiden bisa melihat dari sejumlah kebijakan dan program kementerian terkait tidak mencerminkan karakteristik pemerintahan dan kabinet kerja Jokowi-JK, sehingga layak dipertimbangkan untuk diganti," ujar Muradi.
Pergantian kabinet, menurut dia, dapat berbasis pada prioritas program kerja kabinet Jokowi-JK. Hal ini bisa memberikan kepastian pada publik.
"Pergantian harus merujuk pada capaian quick wins dan konsolidasi kementerian agar dapat terintegrasi dengan kebijakan dan kemauan politik Jokowi-JK. Ini memang dianggap memberikan kepastian dan keyakinan publik atas sejumlah kebijakan yang dianggap gagal," demikian Muradi. (Sss)
Reshuffle Menteri, Poin Ini Harus Diperhatikan Jokowi
"Dalam melakukan reshuffle, Jokowi harus melihat mana menteri yang tidak sejalan dengan program Nawacita."
Diperbarui 08 Mei 2015, 12:49 WIBDiterbitkan 08 Mei 2015, 12:49 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Produksi Liputan6.com
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Liga IndonesiaMayoritas Timnas Indonesia U-17 Jebolan EPA Liga 1
Berita Terbaru
Cara Edit Gambar Seperti Action Figur dengan ChatGPT AI, Kuncinya Ada di Prompt Ini
Trump Ibaratkan Kebijakan Tarif AS Seperti Obat, Penasihatnya Sebut 50 Negara Ingin Bernegosiasi
Cara Bikin Buket Uang yang Unik dan Berkesan, Ide Hadiah Spesial
Cara Bikin Basreng Pedas yang Renyah dan Gurih
Keutamaan Puasa Idul Adha, Bisa Menghapus Dosa hingga Punya Manfaat Spiritual yang Mendalam
Menghadapi Orang Keras Kepala? Ini Cara Bijak Tanpa Emosi Berlebihan
Cara Membuat Kesimpulan yang Efektif, Begini Metodenya
Kalender Mei 2025 Lengkap: Tanggal Merah, Pasaran Jawa, Hijriyah dan Daftar Hari Libur Nasional
Tak Hanya Kaya Protein, Konsumsi Kismis Ternyata Dapat Menurunkan Kolesterol
JIEXPO Bersiap, Jakarta Fair 2025 Bakal Digelar pada 12 Juni - 13 Juli
Harga Minyak Anjlok Parah Gara-Gara Donald Trump
Viral Malioboro Dipenuhi Wisatawan di Libur Lebaran, Pejalan Kaki sampai Sulit Berjalan