TNI AU: Usia Pesawat Bukan Penyebab Hercules Jatuh

Agus juga menekankan, pemeriksaan sebelum lepas landas selalu rutin dan ketat dilakukan.

oleh FX. Richo Pramono diperbarui 02 Jul 2015, 11:36 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2015, 11:36 WIB
20150630- Hercules C-130 Jatuh-Medan
Kondisi Pesawat Hercules KC-130 yang jatuh di Medan, Selasa (30/6/2015). Ratusan orang berkerumun untuk melihat sisa puing pesawat tersebut. (Reuters/Roni Bintang)

Liputan6.com, Medan - TNI Angkatan Udara (AU) membantah tegas jika usia pesawat menjadi penyebab kecelakaan Hercules C-130 yang jatuh di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara, pada Selasa 30 Juni. Pesawat Hercules yang jatuh tersebut dibuat tahun 1964.

"Pesawat jatuh karena usia hampir tidak pernah terjadi. Usia tidak menjadi faktor," ujar Pangkoops AU I, Marsda Agus Dwi Putranto, di Rumah Sakit Adam Malik, Medan, Sumatera Utara, Kamis (2/7/2015).

Mantan Komandan Pangkalan Udara Abdul Saleh Malang, Jawa Timur itu menyatakan, pesawat siap terbang karena telah menjalani berbagai proses perawatan rutin.

"Saya 9.000 jam terbang, 1998 sampai 2000 Danlanud Abdul Rachman Saleh. Tahu betul Hercules seperti apa, itu pesawat terkuat sampai saat ini. Per 50 jam terbang tidak sampai sebulan kita lakukan perawatan, kita orang juga kalah perawatannya," kata dia.

Agus juga menekankan, pemeriksaan sebelum lepas landas selalu rutin dan ketat dilakukan. Dugaan kerusakan mesin yang terjadi dinyatakannya bukan sebagai suatu bentuk keluputan pemeriksaan.

"Mesin harus nyala semua empat-empatnya sebelum take off. Nah pentunjuk posisi propeler mesin yang paling kanan yang diduga mesin itu mati, makanya pilot minta return to base atau RBT," pungkas Agus.

Pesawat Hercules C-130 dengan nomor ekor A-1310 jatuh dengan posisi terbalik di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara, Selasa 30 Juni sekitar pukul 11.48 WIB. Pesawat tersebut lepas landas dari Pangkalan Udara Soewondo, Medan, sekitar pukul 11.48 WIB.

Pesawat buatan tahun 1960-an itu hendak menuju Kepulauan Natuna untuk menjalankan misi Penerbangan Angkutan Udara Militer (PAUM), yakni pengiriman logistik.

Burung besi yang dipiloti Kapten Penerbang Sandy Permana itu sempat menghubungi menara Air Traffic Control (ATC) 2 menit usai take off dan menginformasikan telah terjadi kerusakan. Saat itu, pilot juga meminta untuk return to base (RTB) ke Lanud Soewondo. Belum sempat dibalas, ATC sudah kehilangan kontak. Pesawat kemudian diketahui jatuh di pemukiman warga di Jalan Jamin Ginting. (Mvi/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya