Puan Minta Pemerintah Tak Anggap Sepele Rupiah Melemah dan IHSG Anjlok

IHSG anjlok, Ketua DPR Puan Maharani desak pemerintah segera lakukan mitigasi untuk lindungi rakyat.

oleh Delvira Hutabarat Diperbarui 09 Apr 2025, 18:01 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2025, 18:01 WIB
Pidato Puan Maharani, DPR RI Soroti Efisiensi APBN 2025 hingga Peran Negara dalam Melindungi Rakyat
Ketua DPR RI, Puan Maharani, saat menyampaikan pidato penutupan Masa Persidangan II Tahun Sidang 2024-2025, di Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta, Selasa (25/3/2025). (Foto: Geraldi/vel)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Ketua DPR Puan Maharani menyoroti melemahnya nilai tukar rupiah yang kini telah menembus angka Rp 17.000 per USD. Puan mendorong adanya langkah-langkah mitigasi guna mengantisipasi dampak pelemahan rupiah terhadap kehidupan rakyat.

Puan meminta otoritas moneter dan pemerintah untuk segera mengambil langkah-langkah strategis dan konkret guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, sehingga dapat menjaga perekonomian yang tetap kondusif dan APBN terjaga dalam kondisi yang dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

"Kondisi perekonomian yang kondusif akan memberikan ruang bagi peningkatan kesejahteraan rakyat," kata Puan dalam keterangannya, Rabu (9/4/2025).

Puan memastikan, DPR melalui fungsi konstitusionalnya, akan terus bergotong royong bersama pemerintah, dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional serta meningkatkan daya beli masyarakat di tengah ketidakpastian ekonomi global.

"Kami di DPR RI siap bekerja sama dengan pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional. Namun yang lebih penting, kita harus memastikan bahwa rakyat kecil tidak menjadi korban dari ketidakpastian global," ucap Puan.

Selain itu, Puan juga menyoroti anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG) lebih dari 9 persen pada awal perdagangan per Selasa, 8 April 2025.

"Penurunan IHSG ini tidak bisa dianggap sepele. Atas situasi ini, kami mendorong pemerintah serta otoritas pasar modal untuk melakukan mitigasi sehingga dapat menjaga perkonomian nasional yang tetap kondusif, khususnya bagi investor untuk berinvestasi, di tengah ketidakpastian ekonomi global," kata Puan.

"Karena kestabilan ekonomi bukan hanya tentang angka-angka di pasar saham, melainkan juga tentang kepastian hidup bagi jutaan rakyat kecil. Setiap kebijakan yang diambil pemerintah dalam merespons kondisi ini, harus menempatkan kesejahteraan rakyat sebagai prioritas utama," tutup Puan.

IHSG Trading Halt Usai Libur Lebaran, Sentimen Ini Jadi Penyebabnya

Setelah Dibuka Anjlok, IHSG Ditutup Turun 7,9 Persen
Nilai transaksi hingga akhir perdagangan pada Selasa (8/4/2025) mencapai Rp 20,41 triliun dengan melibatkan 22,65 miliar saham dalam 1,43 juta kali transaksi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)... Selengkapnya

Pasar saham Indonesia membuka perdagangan pasca libur panjang Lebaran dengan gejolak luar biasa. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung anjlok 9,19% ke level 5.912,06 pada sesi pembukaan dan memicu penghentian sementara perdagangan (trading halt) selama 30 menit, sesuai ketentuan Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kepanikan pasar tercermin bukan hanya pada indeks utama, tetapi juga pada LQ45 yang berisi saham-saham unggulan, yang terjun 11,31% ke posisi 651,46. Saham-saham blue chip menjadi korban utama aksi jual. Di antaranya, BBCA turun 12,94%, BBRI melemah 14,57%, TLKM terkoreksi 14,94%, BBNI merosot 13,21%, dan ASII turun lebih ringan sebesar 3,46%.

Menurut Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana, penurunan tajam ini bukan terjadi tanpa alasan. Selama libur bursa, pasar dihantam berbagai sentimen negatif global yang belum sempat direspons secara bertahap, dan akhirnya meledak dalam satu hari perdagangan.

"Penurunan ini sangat dalam karena seluruh sentimen negatif global yang menumpuk selama libur langsung dicerminkan dalam satu sesi perdagangan," jelas Hendra Wardhana dalam keterangan resmi yang diterima Kanal Bisnis Liputan6.com, Selasa (8/4/2025).

Hendra menilai pemicu utama dari tekanan masif ini adalah kebijakan terbaru Presiden AS Donald Trump, yang menaikkan tarif dagang hingga 32% terhadap beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia.

Meski kontribusi ekspor Indonesia ke AS hanya sekitar 9,9%, pasar meresponsnya secara berlebihan karena melihat potensi perang dagang global yang kembali memanas, risiko perlambatan ekonomi dunia, hingga terganggunya rantai pasok global.

Lebih lanjut, absennya pernyataan atau reaksi cepat dari otoritas Indonesia menjelang pembukaan pasar juga ikut memperparah kepanikan.

“Ketiadaan reaksi cepat dari pemerintah RI sebelum pasar dibuka juga membuat pelaku pasar kehilangan kepercayaan,” tegas Hendra.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya