Liputan6.com, Jakarta - Tahukah kamu bahwa cadangan sumber energi Indonesia, terutama minyak bumi, sangat terbatas dan hanya cukup sampai tahun 2035?
Fakta ini bisa anda temukan di internet maupun di booth Badan Teknologi Nuklir Nasional (BATAN) jika Anda berkunjung ke pameran The 4th Indonesia EBTKE Conference and Exhibition (Indonesia EBTKE ConEx) 2015 yang digelar 19-21 Agustus di JCC, Jakarta.
Penggunaan energi fosil di Indonesia saat ini masih sangat besar, mencapai 95 persen dari bauran energi nasional. Rinciannya 47 persen minyak bumi, 24 persen berasal dari gas bumi, dan 24 persen dari batu bara.
Advertisement
Jika minyak bumi hanya mampu tahan hingga 20 tahun ke depan, maka gas bumi dan batu bara hanya mampu bertahan 60 dan 140 tahun mendatang. Melihat realita ini, pengembangan energi baru, terbarukan, dan penerapan konservasi energi di Indonesia menjadi suatu keharusan dan bukan lagi pilihan.
Karena sudah menjadi kebutuhan yang mendesak maka pemerintah telah menetapkan Kebijakan Energi Nasional dari target sebelumnya sebesar 17% menjadi 23% pada tahun 2025.
Menanggapi hal ini, Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan banyak hal harus dilakukan demi memenuhi target, apalagi selama 10 tahun ini energi baru terbarukan di posisi 4 persen.
"Ada 19 persen yang perlu dikejar. Padahal 4 persen ini tidak berubah selama 10 tahun terakhir. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah menggunakan PLTN, karena PLTN bisa menghasilkan energi berskala besar," ujar Djarot Sulistio.
Djarot mengatakan bahwa rencana Kementerian ESDM menerbitkan buku putih mengenai energi baru terbarukan menjadi sinyal bagus dalam pembangunan PLTN.
"Menteri ESDM sudah membuat buku putih, bagi kami itu suatu langkah maju dari pemerintah untuk tetap membuka opsi PLTN memberikan energi di masa depan," kata Djarot.
Anggota Dewan Energi Nasional, Tumiran mengatakan bahwa energi nuklir adalah sebuah pilihan yang tidak bisa dihindari.
"Nuklir adalah energi, nuklir adalah anugerah dari Tuhan. Tinggal mau dimanfaatkan apa tidak, kalau dimanfaatkan ya untuk Indonesia sendiri," kata Tumiran saat mengunjungi booth BATAN di pameran Indonesia EBTKE ConEx 2015.
Menurut Tumiran, payung hukum dari pemerintah sangat penting untuk meyakinkan publik mengenai kebutuhan akan pemanfaatan tenaga nuklir.
BATAN sebagai Lembaga Peneliti dan Pengembangan Energi Nuklir
1
Sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian, tugas pokok BATAN adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan tenaga nuklir sesuai ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam hal penelitian, BATAN telah memiliki Reaktor Riset Nuklir yang tersebar di 3 lokasi sejak puluhan tahun lamanya. Sebut saja Reaktor Triga Mark II di Bandung (1964), Reaktor Kartini di Yogyakarta (1979) dan RSG.G.A Siwabessy di Serpong (1987).
Selain itu, BATAN juga melakukan seleksi Tapak Calon PLTN di Indonesia. Saat ini ada 8 daerah tapak calon PLTN dengan klasifikasinya masing-masing mulai dari Banten, Bangka, Batam, Muria, Kalimantan Barat dan Timur.
"Untuk mengevaluasi sebuah tapak masuk golong terpilih minimal membutuhkan waktu 3 tahun," kata Heru Santosa, Kepala Bidang Diseminasi saat ditemui di booth BATAN.
Dalam hal pengembangan, Heru menjelaskan bahwa BATAN sedang mengembangkan Reaktor Daya Non Komersial. Reaktor ini akan menghasilkan listrik, riset aplikasi dengan panas suhu 80 derajat, pengembangan teknologi HTGR (High Temperature Gas Cooled Reactor) termasuk desain dan konstruksi.
"Dari Reaktor Daya Eksperimental 10 Megatermal, kita akan mengeluarkan listrik sekitar 3 megawatt. 30 Persen dari kapasitas daya untuk efesiensi energi," jelas Heru.
"Kalau lancar semua dan mendapatkan dukungan pemerintah tahun 2021 reaktor daya non-komersial sudah dapat beroperasi. Lokasinya di Kawasan Puspiptek Serpong," kata Heru.
Tanpa Disadari Energi Nuklir Ada di Sekitar Kita
Advertisement
2
Dalam hal pemanfaatan, tenaga nuklir saat ini telah diterapkan di bidang kesehatan, pertanian, dan pangan. Di bidang kesehatan lewat penggunaan radioisotop produk dari reaktor.
Di bidang pertanian, sebanyak 21 varietas bibit unggul seperti padi, kedelai, sorgum, gandum, kacang hijau, dan lain-lain telah memanfaatkan tenaga nuklir. Daerah-daerah yang telah menggunakan teknologi ini antara lain Musi Rawas, Polewali Mandar, dan Klaten.
Di bidang pangan, radiasi gamma dapat mengawetkan makanan. Hal ini sudah terbukti aman diterapkan pada makanan rendang dan pepes ikan.
Melalui pameran Indonesia EBTKE ConEx 2015, Heru Santosa mewakili pihak BATAN berharap masyarakat lebih terbuka wawasannya mengenai nuklir. "Teknologi nuklir ini sesuatu yang tidak harus ditakuti karena selama ini sudah akrab dengan hal yang namanya radiasi, mulai matahari, kosmos, dan lainnya," kata Heru.
Kunjungi website www.batan.go.id untuk lebih mengenal energi nuklir di Indonesia.
Baca Juga :
RI Disarankan Bangun Pembangkit Tenaga Nuklir Saat Defisit Energi
Batan Klaim Mayoritas Masyarakat RI Restui Pembangunan PLTN
Begini Pemerintah Kenalkan Tenaga Nuklir ke Masyarakat
Kepala Batan: Indonesia Telah Siap Terapkan Teknologi Nuklir
Batan Jamin Keamanan Reaktor Nuklir
Batan Tunggu Sinyal Jokowi Buat Bangun PLTN
(Adv)