Fuad Amin: Kalau Tidak Pilih Saya di Madura Kualat

Fuad Amin Imron menjabat sebagai Bupati Bangkalan, Madura sejak 2003 hingga 2012.

oleh Sugeng Triono diperbarui 17 Sep 2015, 13:33 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2015, 13:33 WIB
Fuad Amin Imron
Mantan Bupati Bangkala Fuad Amin Imron (Liputan6.com/ Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Bupati Bangkalan Fuad Amin Imron, terdakwa kasus dugaan suap pengurusan jual beli gas alam di Madura dan tindak pidana pencucian uang menegaskan, seluruh pihak yang mencalonkan sebagai kepala daerah di Indonesia membutuhkan modal yang sangat banyak. Tidak mungkin calon kepala daerah yang akan maju berasal dari golongan masyarakat miskin.

Saat menjalani pemeriksaan terdakwa di Pengadilan Tipikor Jakarta, Fuad Amin ini juga menyebut mustahil ada kepala daerah di Indonesia yang tidak pernah menerima hadiah atau janji setelah atau sebelum menduduki jabatannya.

"Tidak ada orang miskin yang maju Pilkada. Karena uangnya harus banyak. Untuk bayar ini, itu perlu banyak uang," ujar Fuad Amin Imron saat ditanya jaksa KPK soal pengeluarannya saat pilkada yang diikutinya, Kamis (16/9/2015).

"Dan mustahil ada kepala daerah yang tidak menerima hadiah atau janji. Semuanya pasti terima," lanjut dia.

Fuad Amin Imron menjabat sebagai Bupati Bangkalan, Madura sejak 2003 hingga 2012. Menurutnya, pada tahun pertama mengikuti Pilkada ia tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya. Karena, ia menggunakan karisma keluarganya yang terkenal sebagai tokoh Madura. Fuad merupakan cucu dari Mbah Kiai Kholil, seorang ulama besar di Madura.

"Tahun pertama ini pengeluaran saya tidak banyak. Karena saya menggunakan karisma keluarga. Saat itu ada istilah, kalau di Madura tidak pilih saya, bakal kualat," kata dia.

Sementara pada periode keduanya atau pada tahun 2008 di mana Pilkada dilakukan secara langsung, Fuad mengaku mengeluarkan uang lebih banyak dari sebelumnya.

"Saat itu pilkada langsung, meski saya didukung tokoh dan partai, di Bangkalan itu 18 kecamatan, ya kalau diundang tentunya ada uang buat beli minuman, tapi saya lupa waktu itu berapa buat pilkada," ujar Fuad Amin.

Pada kesempatan tersebut, Fuad yang mengenakan kemeja putih dan peci hitam sempat menyatakan permintaan maaf kepada seluruh pendukungnya yang hadir di Pengadilan.

"Saya hidup tidak pernah punya utang dan tidak pernah menipu orang. Itu prinsip saya. Saya keturunan orang baik-baik, kalau kemudian saya jadi terdakwa saat ini malu saya. Tapi saya pasrah," pungkas Fuad Amin Imron. (Mvi/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya