Heboh Kematian Gajah 'Yongki', Ini Penjelasan Balai TNBBS

Gajah bernama Yongki ditemukan dalam kondisi mati dan kedua gadingnya hilang pada Jumat 18 September sekitar pukul 07.30 WIB

oleh Liputan6 diperbarui 22 Sep 2015, 21:45 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2015, 21:45 WIB
Potret Menembus Batas: Satu Bumi Gajah Manusia
Belasan gajah liar benar-benar tenang menikmati aroma rumput dan pohon pinus di sebuah pojok desa di kawasan Bener Meriah.

Liputan6.com, Bandar Lampung - Kematian gajah bernama Yongki di Lampung, mengundang banyak perhatian. Terutama di linimasa media sosial dengan tagar #RIPYongki.

Terkait itu, Kepala Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Timbul Batubara menyatakan, kematian gajah bernama Yongki yang merupakan bagian Elephant Patrol Team di Resort Pemerihan, Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, masih diselidiki.

Timbul menjelaskan, gajah bernama Yongki ditemukan  mati dan kedua gadingnya hilang pada Jumat 18 September lalu sekitar pukul 07.30 WIB. Lokasi kematian gajah berada di sekitar 300 meter belakang Pos Resort Pemerihan, SPTN Wilayah II Bengkunat, BPTN Wilayah I Semaka.

"Kematian gajah tersebut diindikasikan akibat dibunuh," ucap Timbul Batubara dalam keterangan tertulis kepada Antara seperti dikutip pada Selasa (22/9/2015).  

Atas kematian gajah Yongki itu, imbuh Timbul, sudah dilakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) oleh Tim TNBBS. Informasi dari hasil pemeriksaan awal yang dilakukan oleh Tim TNBBS, menunjukkan tidak didapati adanya bekas luka tembakan, mulut tidak berbusa, dan tidak bau meski lidah sangat biru.

Secara umum, menurut Timbul, semua organ dalam tampak normal (makroskopis) dan tidak ditemukan abnormalitas, kecuali ditemukan cacing paramphistomum di usus besar, tetapi infeksi tidak berat.

"Kasus ini dalam proses penyelidikan," ujar dia.

Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan mamalia besar yang terancam punah (kritis) menurut IUCN dan termasuk Appedix I menurut CITES (satwa liar terancam dari segala bentuk perdagangan).

Gajah sumatera menjadi terancam punah akibat rusak dan berkurang habitat serta perburuan dan perdagangan ilegal untuk diambil gadingnya. Adapun berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999, gajah sumatera termasuk ke dalam daftar satwa dilindungi.

Aktivis Lingkungan Prihatin

Kematian gajah Yongki menimbulkan keprihatinan para aktivis lingkungan dan berbagai pihak yang mendesak pengusutan secara tuntas kasus kematian salah satu gajah patroli di TNBBS yang kedapatan mati dengan gading terpotong pada hari Jumat 18 September 2015.

Gajah Yongki sudah sekitar 6 tahun menjalankan tugas menghalau konflik gajah di wilayah Pemerihan, Kecamatan Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung itu. Bangkainya masih perlu dilakukan identifikasi dan autopsi oleh tim medis yang diperbantukan dari Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung Timur.

Kondisi gajah Yongki itu mengenaskan dengan gading nyaris habis tercerabut hingga ujungnya. Padahal sebelumnya, gajah ini memiliki gading yang cukup panjang. Bekas luka mencerabut gadingnya secara paksa, diduga menjadi penyebab kematiannya.

Diduga Ulah Pemburu

Diperkirakan gajah yang berasal dari TNWK ini, sengaja dibunuh pada Kamis 17 September hingga Jumat 18 September dini hari 2015, oleh kawanan pemburu satwa liar yang diperkirakan berkeliaran di sekitar TNBBS.

Sejumlah staf Worldwide Fund for Nature (WWF) Indonesia Lampung dan Balai TNBBS-TNWK menyatakan prihatin dan berduka atas nasib tragis yang dialami gajah Yongki itu.

"Selamat Jalan Yongki dan semoga pelaku pembunuhan segera diketahui," ujar Edi Sabarudin, staf rumah tangga dan lapangan WWF Indonesia Lampung.

Diduga gajah Yongki telah dibunuh oleh kawanan pemburu liar yang mengincar gadingnya sehingga sudah tidak ada lagi. Kematian gajah Yongki baru diketahui Jumat pagi harinya setelah pada malam sebelumnya diketahui masih ada di lokasi kamp patroli gajah di Bengkunat itu.

Diperkirakan para pelakunya sudah merencanakan aksi itu dengan matang, sehingga ulah mereka tidak diketahui petugas TNBBS maupun pihak terkait di sana, padahal gajah ini berada di dekat kamp.

Para aktivis lingkungan di Lampung berharap pelaku segera diusut dan ditangkap sehingga dapat segera diproses hukum sebagaimana mestinya. (Ans/Ron)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya