Belajar dari Tragedi Mina

Pemerintah Arab Saudi meminta agar masyarakat Indonesia bersabar menunggu laporan final hasil investigasi.

oleh Wawan Isab RubiyantoTanti YulianingsihElin Yunita KristantiArie Mega Prastiwi diperbarui 02 Okt 2015, 00:04 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2015, 00:04 WIB
6 Tim Arab Saudi Identifikasi Korban Tragedi Mina
Proses evakuasi korban tragedi Mina. (Reuters)

Liputan6.com, Jakarta - Tragedi Mina, Arab Saudi hingga kini masih menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban khususnya. Bahkan, tak sedikit para jemaah mengalami trauma, pasca-peristiwa yang menelan korban jiwa lebih dari 700 orang itu.

Wajar jika tragedi Mina terus membayangi ingatan para jemaah haji. Sebab, selain menelan korban jiwa peristiwa yang terjadi di jalur 204 menuju lokasi lontar jumrah ini, juga menyebabkan lebih dari 800 korban luka. Termasuk, korban menimpa jemaah haji Indonesia.

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) menyebutkan, umumnya para jemaah mengalami trauma pada hari-hari pertama, pasca-tragedi Mina 24 September 2015. Setelah dilakukan pendekatan dari ketua kloter, ketua rombongan, dan ketua regu, kondisi jemaah berangsur membaik.

Di tengah banyaknya korban jiwa yang belum berhasil diidentifikasi, banyak juga jemaah yang belum kembali ke maktab atau pemondokan mereka. Jelas ini menjadi kecemasan dan kekhawatiran bagi keluarga korban di Tanah Air.

Pemerintah Indonesia yang memiliki kuota jemaah haji terbanyak, pun merasa terpanggil membantu mengidentifikasi jenazah korban Mina. Setidaknya untuk jemaah haji asal Tanah Air, yang memang sudah dinanti-nantikan bagi keluarga mereka.

Kini para jemaah haji Indonesia sudah mulai tiba di Tanah Air. Untuk memberikan penghormatan kepada para keluarga korban tragedi Mina, Pemerintah RI melalui PPPIH memberikan kemudahan bagi para keluarga dan korban untuk pulang ke Tanah Air lebih awal.

Transparan

 

Sejumlah jenazah korban Tragedi Mina (REUTERS / Stringer)

Banyak pihak menilai pemerintah Arab Saudi lamban mengidentifikasi para korban wafat tragedi Mina. Tidak sedikit juga pihak yang meminta pembenahan sistem ibadah haji, agar tragedi Mina tidak terulang di tahun-tahun berikutnya.

Penyebab tragedi Mina juga hingga kini belum diketahui jelas. Pemerintah Arab Saudi masih berupaya keras memecahkan teka-teki itu. Mereka berjanji akan lebih transparan dalam mengungkap kasus ini.

"Tidak diragukan pemerintah Arab Saudi selalu memberikan perhatiannya terhadap pelayanan haji yang baik," ujar Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Mustafa Ibrahim Al-Mubarak di Jakarta, Selasa 29 September lalu.

Pemerintah Arab Saudi meminta agar masyarakat Indonesia bisa bersabar menunggu laporan final hasil investigasi. Karena sampai sekarang pemeriksaan terkait tragedi Mina masih terus berjalan.

"Setelah invetigasi selesai nanti akan diumumkan pada umum akan dilakukan secara transparan dan detail," kata dia.

Pemerintah Arab Saudi juga meminta agar tak ada pihak yang mengeluarkan spekulasi atas insiden ini. Sebab, tregedi Mina merupakan kejadian yang begitu menyedihkan.

"Kita tidak bisa melakukan spekulasi tragedi ini yang penting karena kejadian ini sangat menyedihkan dan memprihatinkan," pungkas Mustafa.

Terkait munculnya dugaan Putra Mahkota Mohammad bin Salman bin Abdul Aziz Al Saud menjadi penyebab tragedi Mina, Mustafa membantahnya.

Menurut dia, kabar yang menyebut Putra Mahkota tengah berada di jalur menuju tempat lontar jumrah, sehingga membuat ribuan jemaah berbalik arah dan menyebabkan jemaah terinjak-injak hanya spekulasi yang tidak berdasar.

"Adanya lalu-lalang VVIP, Putra Mahkota, itu tidak benar. Ini spekulasi dari media asing," tegas Mustafa.

Momen Evaluasi

Dubes Saudi Arabia Musthafa Ibrahim Al Mubarak (kiri) memberikan keterangan saat diskusi Tragedi Mina di Jakarta, Kamis (1/10/2015). Diskusi membahas situasi jamaah haji Indonesia paska tragedi Mina. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pasca-tragedi Mina, masih ada 74 jemaah Indonesia yang tak diketahui kondisi dan keberadaannya. Upaya pencarian korban hilang dan proses identifikasi jemaah haji yang wafat dalam musibah ini diharapkan rampung sebelum musim haji berakhir.

Ketua Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) Slamet Effendi Yusuf mengatakan, belajar dari tragedi Mina, diperlukan  pengetatan jadwal pelaksanaan ibadah melempar jumrah.

"Perlu penjadwalan pelemparan yang tegas. Bukan anjuran, tapi jadwal yang ketat dan itu sudah disosialisasikan sejak di Tanah Air," imbau dia di Mekah, Arab Saudi, Kamis 1 Oktober seperti dikutip dari laman Kemenag.go.id.

Selain itu, KPHI juga memandang perlu dilakukan penguatan peran Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI). Jika bisa, TPIHI sebaiknya diisi orang-orang yang sudah pernah berhaji agar tak kalah berperan dari KBIH.

"Jika perlu KBIH di-briefing agar ketika di lapangan harus mengikuti TPIHI," kata Slamet.

Menurut Slamet, pihaknya sudah melakukan pembicaraan dengan sejumlah pihak. Seperti para ketua kloter, ketua regu, serta pembimbing ibadah haji yang jemaahnya banyak menjadi korban tragedi Mina.

Proses dialog juga sudah dilakukan dengan pihak Daker Mekah, untuk mengetahui sejauh mana upaya yang sudah dilakukan dalam pencarian korban. "KPHI menilai bahwa PPIH sungguh-sungguh dalam melakukan pencarian mereka yang hilang," pungkas Slamet.

Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imim turut memberi masukan, terkait tragedi Mina saat pelaksanaan ibadah haji 2015.

Menurut Cak Imin, pemerintah Arab Saudi harus mencari sistem yang lebih baik lagi. Karena tragedi Mina yang sudah beberapa kali terjadi ini harus bisa menjadi pelajaran semua pihak, termasuk Indonesia sebagai 'penyumbang' jemaah terbesar.

"Kita semua harus mencari sistem yang lebih baik untuk urusan haji ini. Karena peristiwa di Mina patut jadi pelajaran buat kita semua, terutama untuk Arab Saudi," ujar Cak Imin dalam diskusi 'Tragedi Mina' di Kantor DPP PKB, Jakarta Pusat, Kamis 1 Oktober 2015.

Cak Imin mendesak pemerintah Arab Saudi agar menemukan sistem pengelolaan haji yang lebih baik. Khusus untuk pemerintah dan jemaah haji Indonesia, sebaiknya mempersiapkan diri agar bisa melaksanakan ibadah haji dengan baik.

"Disiplin misalnya. Kesalahan waktu, terlalu bersemangat, dan sebagainya bisa menajdi faktor utama terjadi musibah ini. Jadi inilah ksempatan yang tepat buat kita untuk mengevaluasi agar tidak pernah terjadi lagi," tandas dia.

Cak Imin juga mengakui, pengelolaan ibadah haji di Tanah Air tidaklah mudah. Apalagi bagi Indonesia yang jumlah jemaahnya bisa mencapai jutaan.

"Tentu tidak mudah pengelolaannya. Kadang saking cinta Allah, Hablu Minannasnya jadi tidak mikir. Antar jemaah sendiri tidak sadar, pertemuan antar-muslim saling melayani bukan sikut-sikutan. Karena sikut-sikutan Indonesia paling kalah karena badannya kecil-kecil," pungkas mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi ini. (Rmn/Ali)


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya