Api Unggun Pendaki Jadi Biang Keladi Kebakaran Gunung Semeru

Data mencatat, hampir 90 persen kebakaran yang terjadi di kawasan Gunung Semeru akibat ulah manusia.

oleh Liputan6 diperbarui 24 Okt 2015, 18:50 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2015, 18:50 WIB
Menyusuri Eksotis Gunung Semeru
Semeru dengan puncaknya Mahameru, Gunung tertinggi di Jawa menjadi dambaan para penggiat alam bebas pendakian gunung (Liputan6.com/Andi Jatmiko).

Liputan6.com, Jakarta - Penyebab kebakaran yang terjadi di hutan Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur dipicu oleh api unggun yang tak dipadamkan dengan sempurna. Padahal para pendaki telah berulang kali diingatkan agar tak sembarangan membuat api unggun.

"Kami sudah berkali-kali mengingatkan pendaki untuk tidak membuat api unggun atau perapian dalam kawasan karena dapat menimbulkan kebakaran," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Ayu Dewi Utari di Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (24/10/2015).

"Namun hal itu diabaikan oleh pendaki," imbuh dia.

Menurut dia, musim kemarau panjang menyebabkan sejumlah vegetasi di dalam kawasan TNBTS menjadi kering dan mudah terbakar.

"Setiap pendaki yang akan melakukan pendakian seharusnya membaca peraturan pendakian yang merupakan rambu-rambu yang harus diikuti oleh pengunjung saat berada di dalam kawasan. Bahkan sanksi tegas akan dikenakan bila melanggar peraturan pendakian itu," tutur Ayu.

Ia menyayangkan tindakan pendaki yang ceroboh hingga menyebabkan kebakaran hutan di kawasan Watu Rejeng dan sekitarnya hingga luas lahan yang terbakar mencapai 25 hektare. Tak cuma itu, kebakaran juga mengancam flora dan fauna yang berada di kawasan gunung yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (MDPL) itu.

"Seharusnya para pendaki yang mengaku sebagai pecinta alam ikut menjaga kelestarian ekosistem, sehingga tidak berbuat hal-hal yang dapat merusak kawasan konservasi tersebut," ucap dia.

Data di TNBTS tercatat hampir 90 persen kebakaran yang terjadi di kawasan setempat akibat ulah manusia. Seperti membuang puntung rokok sembarangan dan membuat api unggun.

Atas kebakaran tersebut, TNBTS akan melakukan evaluasi dan tidak akan terburu-buru membuka jalur pendakian gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut.

"Pendaki yang ingin mendaki Semeru harus bersabar karena masih banyak tahapan yang harus dilalui sebelum jalur pendakian itu dibuka. Yakni kebakaran harus benar-benar sudah padam, kemudian petugas membersihkan jalur terlebih dulu karena dikhawatirkan ada pohon tumbang akibat kebakaran, dan evaluasi lainnya," kata Ayu.

Jalur pendakian gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang-Malang tersebut ditutup sementara mulai Kamis 22 Oktober 2015. Penutupan ini dilakukan pasca-kebakaran yang melanda kawasan TNBTS sejak Selasa 20 Oktober 2015 yang belum berhasil dipadamkan seluruhnya hingga hari ini. (Ant/Ndy/Mvi)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya