Liputan6.com, Washington DC - Di hari pertama lawatannya di Amerika Serikat, Presiden Joko Widodo bertemu dengan masyarakat dan diaspora Indonesia di Negeri Paman Sam. Pertemuan berlangsung di Wisma Tilden Washington DC, Minggu sore waktu setempat.
Dalam pertemuan itu, Presiden Jokowi menegaskan Indonesia tidak sedang dalam keadaan krisis karena ekonomi masih tumbuh, bahkan termasuk dalam lima besar dunia. Dia juga membandingkan kondisi ekonomi Indonesia yang sangat jauh berbeda dibandingkan pada 1998.
"Krisis-krisis, mana yang namanya krisis kalau moneter jatuh pertumbuhan (ekonomi) minus. Negara-negara lain iya, kita masuk lima besar pertumbuhan ekonominya. Senengnya kok menjelekkan diri sendiri," kata Jokowi yang disambut tawa dan tepuk tangan lebih dari 1.250 masyarakat Indonesia yang tinggal di AS.
Menurut dia, perlu dibangun rasa optimistis karena kompetisi setiap negara semakin ketat sehingga jika tidak satu visi atau satu gagasan besar, sulit untuk memenangkan persaingan.
"Jadi kalau melihat posisi ekonomi kita tidak ada rasa pesimistis, tidak ada dalam keadaan krisis. Contoh tahun 1998 pertumbuhan ekonomi minus 13,1 persen, saat ini kita masih plus 4,7 persen. Bahkan kuartal ketiga menurut BI bisa 4,85 persen," papar Jokowi seperti dikutip dari Antaranews, Senin (26/10/2015).
Oleh karena itu, ia meminta agar masyarakat Indonesia tidak pesimistis. "Saya sampaikan bahwa negara kita perlu transformasi fundamental ekonomi yang dulunya bertumpu pada konsumsi, penjualan bahan mentah kita mulai ke produksi, industri, dan investasi. Memang diawal sulit, pahit ya, tapi dalam jangka menengah panjang, jalan yang akan kita lalui adalah jalan yang benar," tegas Presiden.
Menurut dia, Indonesia pernah melewatkan booming mulai dari booming minyak, booming kayu, dan booming minerba.
Ia mengatakan booming minerba Indonesia bisa sedikit memanfaatkan peluang meskipun jika diteruskan maka sumber daya alam tersebut akan habis.
Pada kesempatan ini, Presiden Jokowi juga mengungkapkan pemerintahnya fokus pada infrastruktur dan pangan. Karena itu sebulan setelah dilantik, Jokowi langsung mengalihkan subsidi BBM kepada faktor-faktor produktif, meskipun banyak yang mengingatkan langkah itu akan membuat anjlok popularitasnya. (Sun/Ali)
Depan WNI di AS, Presiden Jokowi Tegaskan Indonesia Tidak Krisis
Menurut Presiden Jokowi, perlu dibangun rasa optimistis karena kompetisi setiap negara semakin ketat.
diperbarui 26 Okt 2015, 06:14 WIBDiterbitkan 26 Okt 2015, 06:14 WIB
Presiden RI Joko Widodo menjawab pertanyaan saat wawancara khusus di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Jumat (16/10/2015). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)... Selengkapnya
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 Energi & Tambang2 Faktor Ini Jadi Pendorong Harga Emas Naik di 2025
9 10
Berita Terbaru
Menuju Yokohama F Marinos, Sandy Walsh Diharapkan Jadi Pesepakbola Bagus Seperti Theerathon Bunmathan
Fokus : Hujan Deras di Kabupaten Kupang, Pikap Terseret Banjir Terperosok ke Sungai Tuamnanu
3 Kebijakan Donald Trump yang Diwaspadai BI
Resep Tempe Goreng: Panduan Lengkap Membuat Hidangan Lezat dan Bergizi
Memahami Purchasing Adalah: Definisi, Proses, dan Perannya dalam Bisnis
Luka Modric Marah ke Vinicius Jr saat Real Madrid Menang 3-2 Melawan Leganes, Ternyata Ini Penyebabnya
Apa Arti Flashback dalam Cinta: Pahami Fenomena Kenangan Masa Lalu dalam Hubungan
Arti Happy Level Up Day: Makna dan Tradisi di Balik Perayaan Istimewa Ini
Memahami Apa Arti Denial: Pengertian, Dampak, dan Cara Mengatasinya
Pesawat Komersil AS Berpenumpang 10 Orang Hilang di Alaska
Lima Pemain Gratis Incaran Manchester United Musim Panas Ini, Termasuk Mantan Juara Premier League
Adopsi AI di Perusahaan: Inovasi Cepat, Tantangan Lebih Besar