Liputan6.com, Jakarta - Teror Paris yang diduga kuat dilakukan kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS pada 13 November 2015 lalu membuat sebagian besar negara waspada.
Negara-negara yang dianggap bertentangan dengan rencana ISIS, bakal diteror. ISIS kini pun mengancam akan menyerang di wilayah Tanah Air.
Kelompok afiliasi peretas Anonymous, OpParisIntel, baru-baru ini menemukan rencana penyerangan ISIS ke wilayah RI. Di antaranya ISIS berencana menyerang komunitas Al-Jihad dan One Day One Juz.
Al Jihad disebut-sebut sebuah masjid di Karawang, Jawa Barat. Sedangkan, One Day One Juz adalah komunitas pengajian online, yang menyemangati anggotanya membaca Al Quran setidaknya 1 Juz tiap harinya.
Baca Juga
Kendati, baru-baru ini peretas Anonymous membantah pembocoran informasi serangan kelompok ISIS ke Indonesia. Namun ini menjadi peringatan bagi Indonesia untuk lebih waspada.
Ancaman kelompok radikan ISIS di Tanah Air ini bisa berbagai bentuk, mulai dari propaganda atau penyebaran ideologi, hingga ancaman secara terbuka dan terang-terangan kepada aparat dan Pemerintah RI.
Sebut saja ledakan arus balik para TKI atau mahasiswa yang belajar di Timur Tengah, mereka sangat rentan bergabung ISIS. Ada ratusan WNI yang diduga pernah bergabung dan dilatih ISIS, yang sebagian mereka sudah kembali ke Tanah Air. Ini menjadi ancaman besar di Tanah Air.
Advertisement
Berikut 3 ancaman kelompok radikal ISIS di Tanah Air, baik ancaman dalam bentuk penyebaran ideologi maupun secara terbuka;
Arus Balik
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mewaspadai jaringan terorisme dari luar negeri berkembang di Indonesia. Terlebih jaringan terorisme ISIS yang kini tengah merekrut anggota dari seluruh negara termasuk Indonesia.
Kepala BNPT Saud Usman Nasution menjelaskan, secara historis ancaman aksi terorisme dari anggota kelompok jaringan terorisme di luar negeri sangat besar. Kendati kini aksi itu sangat minim. Namun bukan berarti itu terhenti. Mereka tengah menyiapkan tenaga, persenjataan dan dukungannya.
Saat ini, BNPT pun tengah bersiap menghadapi kelompok ISIS di Irak dan Suriah yang akan kembali ke Indonesia. Mereka dikhawatirkan akan beraksi di Tanah Air.
"Kita bercermin dari arus balik kelompok JI dari Afganistan sejak tahun 1990-an, sudah banyak aksi dan banyak korban sehingga antisipasi itu. Kita juga antisipasi berkembangnya arus balik dari kelompok ISIS yang kembali dari Irak atau Suriah. Kita siapkan personel agar siap dan mampu," ujar Saud di Lapangan Paskhas Yogyakarta, Selasa 3 November 2015.
Sekretaris Utama BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir menyatakan, jumlah WNI yang terlibat jaringan ISIS hingga kini mencapai 500 orang. Angka itu masih harus divalidasi lantaran data tersebut berasal dari sumber berbeda. Sebab data kepolisian ada 200.
Belum akuratnya data yang dimiliki BNPT ini, kata Kadir, berkaitan dengan sulitnya pendataan WNI yang pergi ke Suriah. Sebab mayoritas WNI yang pergi ke sana tidak langsung menuju Suriah namun ke negara lain dengan alasan umrah atau wisata.
Karena itu, ISIS menjadi jaringan yang tidak bisa disepelekan. Masyarakat, tidak perlu takut, tapi harus tetap waspada.
"ISIS setiap tahun berkembang pesat dan mengkhawatirkan. ISIS jadi kekuatan global baru. Kemampuan mereka menjaring pejuang asing sangat tinggi dari berbagai negara termasuk Indonesia. ISIS awalnya milisi di Irak tapi saat ini menjadi gerakan global," ujar Kadir dalam workshop pencegahan paham radikal terorisme dan ISIS di UMY.
Sementara, anggota Komisi I DPR Syaiful Bahri Anshori membandingkan, Prancis yang dikenal memiliki proteksi yang tinggi saja masih bisa kebobolan, apalagi Indonesia.
"Bayangkan saja, Prancis yang negaranya begitu secure (aman) dan ketat terhadap pendatang dan paham-paham radikal, bahkan teknologi canggih, justru kebobolan," ucap Syaiful di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa 17 November 2015.
Syaiful mengingatkan Kementerian Luar Negeri agar selalu memonitor keberadaan warga negara Indonesia (WNI) yang berada di luar negeri, terutama para tenaga kerja Indonesia (TKI). Sebab targetnya adalah WNI yang bekerja di luar negeri.
"Informasi yang masuk ke saya sudah sekitar 1000-an WNI yang direkrut ISIS di luar negeri sana. Jadi Menlu (Retno LP Marsudi) harus terus koordinasi dengan Polri dan TNI," tandas Syaiful Bahri Anshori
Polri sendiri mencatat 384 WNI sudah terkonfirmasi bergabung di kelompok ISIS. Namun tak menutup kemungkinan jika jumlah warga Indonesia yang bergabung dengan kelompok militan itu lebih banyak dari data yang terkonfirmasi.
Di antara ratusan yang tergabung dan mengenyam pendidikan militer di Suriah, 46 di antaranya diketahui sudah kembali ke Tanah Air. Mereka saat ini sedang dalam pengawasan kepolisian.
"Sebanyak 384 yang sudah confirm nama-namanya. Tapi mungkin yang berangkat bisa lebih dari itu. Data di kita kurang lebih 46 (yang kembali ke Indonesia). Kita monitor semua," ucap Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian di kantornya, Jakarta, Rabu 18 November 2015.
Sementara Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj menyebutkan, sudah ada 800 lebih masyarakat Indonesia yang bergabung dengan ISIS. Mereka bergabung melalui doktrinasi yang dilakukan orang Indonesia sendiri.
"Ada 800 lebih orang Indonesia yang bergabung dengan ISIS. 30 orang di antaranya sudah tewas," ujar Said Aqil di sela pembukaan Kongres Fatayat NU XV di GOR Kertajaya, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu 19 September 2015.
Kelompok radikal yang pernah berlatih di Timur Tengah juga menjadi ancaman. Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti mengendus adanya keterkaitan antara jaringan Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) dengan kelompok radikal ISIS. Ia mencurigai ada sejumlah aliran dana yang masuk dari ISIS ke kelompok teroris pimpinan Santoso itu.
"Ya ada, dia punya hubungan dengan kelompok ISIS yang ada di Suriah. Tetapi ada juga yang dari dalam negeri. Tentu sumbangan-sumbangan (dari ISIS) itu juga ada," ungkap Badrodin di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Jumat 21 Agustus 2015.
Untuk itu, sambung Badrodin, pihaknya terus melakukan operasi dan pengejaran terhadap kelompok Santoso di Poso, Sulawesi Tengah. Menurut dia, jika tidak ditindak tegas dikhawatirkan Santoso cs dapat berkembang di wilayah timur Indonesia.
Advertisement
Strategi Diam
Wakil Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU Adnan Anwar menilai, kelompok radikal ISIS sedang melakukan strategi diam untuk merancang muslihat baru dalam menjalankan propaganda dan aksinya.
"Kita diimbau agar tidak terkecoh. Diam itu justru malah berbahaya. Memang harus kita akui akhir-akhir ini pergerakan mereka di luar sepi," kata Adnan di Jakarta, Selasa 13 Oktober 2015.
Adnan menduga, mereka tengah merancang strategi baru yang dikembangkan untuk menjalankan visi mereka. Karena kelompok ini sangat kaya strategi, terutama dalam metode rekrutmen anggota melalui teknologi IT.
Karena itu harus ada sistem peringatan awal dalam menyikapi sikap diam ISIS itu. Sebab, bisa saja mereka menunggu momentum yang tepat melakukan aksi lagi.
"Meski tak terlihat, namun dakwah dan propaganda mereka, terutama melalui dunia maya, tetap aktif," papar Adnan.
Perlu upaya pencegahan untuk itu. Terutama aparat penegak hukum Polri dan TNI yang memang sudah memahami gerakan-gerakan radikal.
"Intinya, terlepas dari sikap diam atau terbuka, dalam menangani gerakan kekerasan dan terorisme itu tidak boleh berhenti. Jangan karena diam, mereka dianggap tidak ada," pungkas Adnan.
Masyarakat sekarang ini sudah terlalu mudah mengakses informasi dari dunia maya yang semakin sulit disaring. Jika dibiarkan, akan sangat berbahaya ketika masyarakat sudah mulai percaya dengan ISIS sehingga mereka mudah direkrut.
Pengamat Intelijen Wawan Hari Purwanto meminta masyarakat mewaspadai serangan propaganda dari kelompok militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) melalui dunia maya. ISIS dinilainya kerap 'menjual' isu negara berdaulat dan jaminan hidup sejahtera demi merekrut anggota baru.
"Harus ada tindakan tegas terhadap apa dan siapa saja yang ikut dan terlibat menyebarkan klaim-klaim ISIS. Terutama situs-situs yang bertebaran di internet serta melalui media sosial seperti twitter, youtube, facebook, dan lain-lain," kata Wawan saat dihubungi di Jakarta, Sabtu 5 September 2015 malam.
Ancaman Terbuka
Seorang militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang disinyalir warga negara Indonesia (WNI) menantang Panglima TNI Jenderal Moeldoko, karena secara personal meminta Kepala Kerja Sama Militer AS Jenderal Martin E Dempsey mengizinkan pejabat tinggi TNI turut berpartisipasi sebagai peninjau dalam Gugus Tugas anti-ISIS di Washington.
Militan tersebut bernama Abu Jandal Al Yamani Al Indonesi itu bahkan mengancam jika tantangannya tidak ditanggapi, pihaknya akan kembali ke Indonesia dan berperang. Ancaman dalam bentuk video tersebut juga menyebutkan ISIS akan menyerang Lapas Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko tidak gentar menghadapi ancaman tersebut. Moeldoko mengancam balik akan menghabisi gerakan radikal ISIS bila membuat kekacauan di Indonesia. Bahkan, Panglima TNI menantang ISIS segera datang untuk dihabisi, sehingga tidak mengganggu stabilitas nasional. (Rmn/Ali)
Advertisement