BNPT Waspadai Arus Balik Anggota ISIS ke Indonesia

Persiapan menghadapi aksi terorisme ini salah satunya dengan latihan bersama tim anti terorisme di bawah kendali BNPT.

oleh Yanuar H diperbarui 03 Nov 2015, 15:08 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2015, 15:08 WIB
20151012-Sidang-Kasus-ISIS-Jakarta
Petugas mengawal tersangka kasus dugaan terorisme di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Senin (12/10/2015). Sebanyak delapan simpatisan diduga terkait dengan organisasi radikal ISIS. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Yogyakarta - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mewaspadai jaringan terorisme dari luar negeri berkembang di Indonesia. Terlebih jaringan terorisme ISIS yang kini tengah merekrut anggota dari seluruh negara termasuk Indonesia.

Kepala BNPT Saud Usman Nasution menjelaskan, secara historis ancaman aksi terorisme dari anggota kelompok jaringan terorisme di luar negeri sangat besar. Kendati kini aksi itu sangat minim. Namun bukan berarti itu terhenti. Mereka tengah menyiapkan tenaga, persenjataan dan dukungannya.

Saat ini, BNPT pun tengah bersiap menghadapi kelompok ISIS di Irak dan Suriah yang akan kembali ke Indonesia. Mereka dikhawatirkan akan beraksi di Tanah Air.

"Kita bercermin dari arus balik kelompok JI dari Afganistan sejak tahun 1990-an, sudah banyak aksi dan banyak korban sehingga antisipasi itu. Kita juga antisipasi berkembangnya arus balik dari kelompok ISIS yang kembali dari Irak atau Suriah. Kita siapkan personel agar siap dan mampu," ujar Saud di Lapangan Paskhas Yogyakarta, Selasa (3/11/2015).

Persiapan menghadapi aksi terorisme ini salah satunya dengan latihan bersama tim anti terorisme di bawah kendali BNPT. Tim tersebut terdiri dari aparat TNI dan Polri. Latihan ini ditujukan untuk meminimalisir jatuhnya korban dari masyarakat.

"Tadi kita liat mekanisme dibuat sedemikian rupa sehingga aparat di lapangan tidak ada lagi keragu-raguan. Apalagi ancaman terorisme ini tidak bisa kita perkirakan sehingga dapat menimbulkan korban yang sangat luar biasa dan menakutkan," ujar Saud.

"Aparat keamanan di DIY kita latih sehingga tidak ada keraguan lagi menghadapi aksi teror. Sudah tahu apa yang dilaksanakan. Tidak lagi bertanya-tanya. Kita lakukan sesuai aturan hukum yang berlaku," imbuh dia.

Meski dilakukan penindakan secara hukum, pihaknya tetap menggunakan langkah dialog untuk menghadapi aksi teror. Menurut dia, pencegahan terjadinya terorisme lebih penting dibandingkan terjadi aksi terorisme.

"Pencegahan diutamakan daripada proses yang sudah terjadi. Kalau sudah terjadi aksi terorisme di Indonesia itu dibayar mahal. Maka dari itu, kita perbanyak latihan supaya tidak terjadi korban. Untuk itu aparat kelembagaan masyarakat harus bersatu padu kita tidak boleh lengah," tukas Saud.

500 WNI Gabung ISIS

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mendata jumlah WNI yang terlibat dalam jaringan ISIS hingga saat ini. Hasilnya, ada 500 WNI yang telah bergabung dengan kelompok radikal di Suriah itu.

Sekretaris Utama BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir menyatakan, jumlah WNI yang terlibat dalam jaringan ISIS hingga saat kini mencapai 500 orang. Angka itu masih harus divalidasi lantaran data tersebut berasal dari sumber berbeda.

"Dari data intelijen ada 500 WNI yang ada di sana, tapi data polisi ada 200-an WNI yang ikut," kata Kadir usai membuka dialog pencegahan paham ISIS di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta, Selasa 15 September 2015.

Belum akuratnya data yang dimiliki BNPT ini, kata Kadir, berkaitan dengan sulitnya pendataan WNI yang pergi ke Suriah. Sebab mayoritas WNI yang pergi ke sana tidak langsung menuju Suriah namun ke negara lain dengan alasan umrah atau wisata.

"Kita baru tahu pasti itu ketika warga kita menjadi korban meninggal. Oh ternyata ini orang Indonesia, itu setelah ada rilis," ujar Kadir. (Ali/Mut)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya