Sejumlah Orang Hilang Diduga Terkait Gafatar, Ini Komentar MUI

MUI mengimbau masyarakat lebih waspada terhadap setiap gerakan yang menyimpang dan bertentangan dengan Islam.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 13 Jan 2016, 07:35 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2016, 07:35 WIB
Gedung MUI
Gedung Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jalan Proklamasi No 51, Menteng, Jakarta Pusat. (bimasislam.kemenag.go.id)

Liputan6.com, Jakarta - Kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) tengah menjadi sorotan masyarakat. Hal ini terkait keterlibatan kelompok tersebut dengan hilangnya dokter Rica Tri Handayani dan sejumlah orang di beberapa daerah.

Kasus hilangnya dokter Rica dan munculnya kembali Gafatar segera direspons Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ketua Bidang Hukum dan Perundang-Undangan DP MUI Pusat Zainut Tauhid Saadi memuji keberhasilan kepolisian menemukan dokter muda itu.

"MUI memberikan apresiasi kepada Kepolisian RI yang bertindak cepat, menindaklanjuti laporan hilangnya dokter Rica Tri Handayani dan anak balitanya, Zafran Alif Wicaksono, yang diduga bergabung dengan kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar)," kata Zainut kepada Liputan6.com, Rabu (13/1/2016).


Meski begitu Zainut menegaskan tugas Polri belum selesai. MUI mendorong agar aparat keamanan mengusut tuntas keterlibatan Gafatar dalam kasus hilangnya sejumlah orang dan dokter 'cantik' yang kini sudah ditemukan itu.

"MUI mendorong kepolisian untuk terus mengembangkan kasus ini, dan mengungkap secara transparan keterlibatan kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar)," tutur dia.

Dorongan tersebut, kata Zainut, sangatlah penting. Sebab jika kasus itu terbongkar, masyarakat bisa lebih berhati-hati dengan gerakan berbahaya sejenis. Dia mengimbau, "Masyarakat harus lebih waspada terhadap setiap gerakan yang menyimpang dan bertentangan dengan ajaran Islam, serta bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila."


"MUI juga meminta kepada kepolisian untuk menindak tegas pihak-pihak yang terkait dengan gerakan tersebut; serta meminta untuk menyelamatkan korban hilang lainnya yang diduga masih banyak," Zainut menambahkan.*

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya