Gafatar di Balik Orang Hilang?

Kadiv Humas Polri Irjen Anton Charliyan menyatakan, kelompok Gafatar berbahaya.

oleh Ahmad Romadoni Hanz Jimenez SalimDian KurniawanTaufiqurrohmanYanuar HPutu Merta Surya Putra diperbarui 13 Jan 2016, 00:07 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2016, 00:07 WIB
Menelusuri 'Markas' Gafatar di Ciputat
Ormas Gafatar yang telah dilarang pemerintah ini belakangan disangkut-pautkan dengan berita hilangnya sejumlah orang. (Muslim AR/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Rica Tri Handayani menggendong anaknya yang masih balita. Wajahnya ditutup masker. Dia digandeng suaminya memasuki Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Dokter Rica yang dilaporkan menghilang oleh suaminya di Yogyakarta sejak 30 Desember 2015 itu ditemukan. Polisi menemukan perempuan asal Lampung itu di Bandara Iskandar, Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah pukul 06.00 Wita.

Kapolda DIY Erwin Triwanto di Yogyakarta, Senin 11 Januari 2016 mengatakan, selain Rica, polisi juga mengamankan 5 orang lainnya.

Erwin mengatakan, hilangnya Rica diduga terlibat organisasi bernama Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Organisasi ini diketahui termasuk dilarang oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).

"Organisasi ini sudah dibubarkan oleh MUI dengan nama baru," ujar dia.

Sebelum menghilang, Rica sempat berpamitan kepada kedua orangtuanya untuk berjuang di jalan Allah.

Dokter Rica didampingi suaminya tiba di Polda DIY (Liputan6.com/ Fathi Mahmud)

Rica bungkam tidak mau menjelaskan mengapa bergabung Gafatar. 2 Orang diduga perekrut Dokter Rica masuk Gafatar, Eko dan Vani juga diperiksa. Keduanya masih kerabat si dokter.

Seorang pelajar di Yogyakarta juga dilaporkan hilang. Pelajar kelas 1 SMA, Muhammad Kevin Aprilio (16) menghilang sejak pergi dari rumah pada 26 November 2015.

Maria Resubun, nenek Kevin, mengatakan saat itu cucunya ingin menjenguk kakeknya di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang sedang sakit. Ia tidak curiga karena Kevin pergi bersama ayahnya, Sanggar Yamin. Namun, sehari kemudian nomor telepon Kevin sudah tidak bisa dihubungi.

Cucunya itu meninggalkan sepucuk surat yang ditujukan kepada pengurus Organisasi Masyarakat Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Yogyakarta.

"Inti suratnya menjelaskan kalau bergabung dengan Gafatar tapi tidak dengan ibunya, hanya dengan ayahnya," tutur Maria.

Sang nenek mengatakan, sebelum meninggalkan rumah bersama sang ayah, cucunya itu mulai berubah. Kevin yang rajin salat, mulai jarang melakukan kewajibannya itu. Bahkan, katanya tidak wajib.

Selama 45 hari terakhir Kevin tidak diketahui keberadaannya setelah pergi dengan ayahnya.

Keluarga Resah

Sementara itu, keluarga orang hilang baik di Yogya dan Solo mendatangi Polda DIY. Mereka keluarga dari Silvi Nur Fitria, mahasiswi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jawa Tengah dan Dyah Ayu Yulianingsih, janda asal Yogyakarta.

Fikri Hermawan, kakak Silvi mengaku sudah melapor ke Polres Solo terkait hilangnya perempuan 20 tahun itu. Dia datang ke Mapolda DIY untuk mencari informasi apakah penemuan 6 orang oleh Polda DIY di Pangkalan Bun berkaitan dengan adiknya. Sebab, sang adik merupakan anggota kelompok yang sama dengan dokter Rica, Gafatar.

Menurut dia, adiknya yang jurusan Teknik Perencanaan Wilayah Kota UNS hilang sejak 6 Desember 2015. Sebelum menghilang, keluarga melihat perubahan pada diri Silvi. Adiknya sudah tidak mau salat, puasa, dan melepaskan jilbabnya.

Sedangkan Faried mengaku keponakannya hilang karena terkait organisasi Gafatar. Setelah suaminya meninggal, lanjut dia, kelompok itu membujuk Ayu bergabung.

"Ayu ini orangnya pandai membungkus dengan kegiatan sosial. Yang melibatkan anak muda yang pengin eksis. Setelah tahu suaminya meninggal mereka mempengaruhi Ayu diming-imingi kerja," ujar Faried.

Polisi di sejumlah daerah seperti di Surabaya, Bandung, dan Semarang juga menerima laporan warga yang hilang. Keluarga menduga, hilangnya kerabat mereka karena bergabung Gafatar.

Fikri Hermawan, kakak Silvi Nur Fitria seorang mahasiswi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, saat menyambangi Polda DIY. (Liputan6.com/Fathi Mahmud)

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengaku belum mengetahui pasti apakah Gafatar juga berkembang di Jakarta. Pada dasarnya, kata Ahok, bila organisasi itu tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945, boleh saja ada.

"Kalau itu berbentuk organisasi ya boleh saja. Selama kamu tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 ya boleh. Kalau bertentangan ya dicoret," kata Ahok di Balai Kota Jakarta.

Mantan Bupati Belitung Timur itu juga tidak khawatir bila ada warga Jakarta yang terlibat organisasi itu. Ahok menilai umat Islam saat ini sudah cukup cerdas membedakan mana yang benar dan salah.

Apa Itu Gafatar?

Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) kini menjadi perhatian. Organisasi itu dikaitkan dengan hilangnya beberapa orang di sejumlah wilayah Indonesia.

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan, ormas Gafatar tidak terdaftar di Kementerian Dalam Negeri sebagai organisasi yang resmi.

Dia menjelaskan penyelesaian masalah ormas tersebut menjadi tugas bersama penegak hukum dan badan intelijen seperti Kepolisian, Badan Intelijen Negara (BIN), Badan Intelijen Strategis (BAIS), dan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) di seluruh Indonesia.

Dia juga mengatakan, pegawainya di Kemendagri ada yang bergabung organisasi tersebut.

Mendagri Tjahjo Kumolo. (Liputan6.com/Dono Kuncoro)

Ormas yang dilambangkan dengan gambar matahari bersinar itu dideklarasikan 21 Januari 2012. Organisasi ini diketuai Mahful T Tumanurung dan bergerak di bidang sosial, serta fokus isu ketahanan pangan.

Dalam website-nya, Gafatar.org yang dikutip Liputan6.com, Selasa (12/1/2016), terlihat salah satu aktivitas mereka adalah donor darah dan pemeriksaan gratis.

Gafatar bergerak ibarat partai politik. Susunan kepengurusannya bahkan memiliki dewan pimpinan daerah alias DPD. Sejak akhir Desember 2013, Gafatar mengklaim memiliki 34 DPD.

Gafatar ternyata didirikan orang dari komunitas Millah Abraham yang juga penjelmaan dari Al Qiyadah al Islamiyah pimpinan Ahmad Musadeq -- pria yang mengaku dirinya sebagai Nabi yang pernah dinyatakan sebagai aliran sesat.

Gafatar dinyatakan sesat oleh Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku Utara.

Sementara itu, ketika Liputan6.com menyambangi kantor Sekretariat Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gafatar di Jalan Ciputat Raya No 264, Pondok Pinang, Jakarta Selatan, kantor itu kosong.

Berdasarkan informasi yang dihimpun di lapangan, kantor itu telah kosong sejak akhir Oktober 2015. Darto (43), penjaga kontrakan tersebut menyebutkan organisasi itu mulai mengontrak sekitar 2 tahun lalu.

Saat ini, ruangan tersebut kosong. Tak ada satu pun tanda-tanda bahwa pernah ditempati Gafatar. Sebelumnya, menurut warga yang tinggal di sekitar, Sekretariat Gafatar itu ramai kehadiran orang-orang.

Mantan pengurus Gafatar menyatakan, hilangnya sejumlah orang di Yogyakarta tidak terkait organisasi tersebut. Sebab, organisasi itu sudah bubar pada 2015. Oleh karena itu, tidak ada lagi kegiatan Gafatar di Indonesia seperti yang terjadi akhir-akhir ini.

"Gafatar secara resmi sudah membubarkan diri tahun 2015 lalu. Jadi dari pengurus pusat hingga daerah sudah bubar," kata Ahsan (bukan nama sebenarnya) saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (12/1/2016).

Ia menduga, ada kepentingan dari kelompok tertentu dalam kasus orang hilang di Yogyakarta. Terkait organisasi Gafatar yang mengajarkan anggotanya untuk tidak salat dan puasa, Ahsan menyebut itu bukan bagian dari organisasi. Gafatar adalah gerakan sosial dan budaya serta bukan ajaran sesat.

Menko Polhukam Luhut Pandjaitan saat konferensi pers di kantor Kementerian Koordinator Polhukam di Jakarta, (11/12). Luhut secara tegas terganggu dengan pemberitaan yang mengaitkan namanya dalam skandal kasus Setya Novanto. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sikap Pemerintah

Menteri Koordintor Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan juga buka suara mengenai keberadaan Gafatar.

"Kalau kita lihat, dia ormas yang aneh, sekarang sedang kita dalami, karena dia sudah berada sejak 2012. Tapi mereka dalam konteks damai, bukan seperti (mengarah ke garis) keras," ujar Menko Polhukam Luhut Pandjaitan di kantornya, Jakarta, Selasa (12/1/2016).

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Charliyan menyatakan, kelompok Gafatar berbahaya. Meski belum ditemukan adanya deteksi ancaman teror dari kelompok ini, Anton mengatakan Gafatar berbahaya karena menyebarluaskan ideologi yang tidak sesuai ajaran agama.

"Makanya saya bilang kelompok ini bahaya, makanya dilarang MUI. Salah satu gerakan mengatasnamakan agama, tetapi tidak sesuai agama itu berbahaya. Bukan menyerang fisik, tetapi ideologi. Mereka (Gafatar) mengaku Islam, tapi tidak salat, puasa, tidak naik haji, bahaya dari sisi ideologis," kata Anton di Mabes Polri.

Salah satu pernyataan kelompok Gafatar, Nabi Muhammad bukan nabi terakhir, tapi ada utusan terakhir yakni Ahmad Musadeq yang ada di LP Cipinang.

Meski Musadeq mendekam di balik jeruji besi, Anton mengaku pihaknya tetap akan mendalami kegiatan dari kelompok ini.

"Ini sedang kita dalami, biasanya mereka ada pimpinan ditangkap, mereka siapakan pimpinan baru di Indonesia. Ideologi takkan pernah mati," sambung dia.

Ketua MPR Zulkifli Hasan pun meminta aparat bertindak tegas terhadap Gafatar yang dianggap meresahkan masyarakat.

"Kalau sudah meresahkan, apalagi menghilangkan orang, aparat penegak hukum harus menindaknya," kata Zulkifli di Gedung DPR. Dia menyatakan pemerintah bertugas untuk memberi pemahaman kepada masyarakat soal ideologi Bangsa Indonesia.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu meminta masyarakat agar tetap tenang meski organisasi Gafatar merajalela di Tanah Air. Sebab TNI sudah menyiapkan antisipasi agar masyarakat tak dipengaruhi organisasi yang diduga aliran sesat itu.

"Antisipasi sudah jajaran TNI semua gerak dari Sabang sampai Merauke ada orang-orang Babinsa. Angkatan darat wajib waspada sudah ada perintah dari Pak Kasad (Jenderal Mulyono)," ujar Ryamizard Ryacudu di kantornya.

Bukan hanya itu, Ryamizard pun menilai, dengan mengadopsi nilai-nilai Pancasila, bisa mencegah aliran sesat yang muncul di masyarakat. Apalagi, saat ini seluruh Kodam sudah mengadakan program Bela Negara.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya