Liputan6.com, Jakarta - Pasang surut konstalasi politik nasional terus diwarnai dengan belum berakhirnya konflik internal PPP. Manuver politik saling klaim terus bergulir meskipun SK kepengurusan PPPÂ muktamar Surabaya sudah dicabut kemenkumham RI.
Putusan MA yang memenangkan PPPÂ Muktamar Jakarta pimpinan Djan Faridz belum juga diterbitkan SK kepengurusannya oleh Kemenkumham sebagai kepengurusan yang sah. Hal ini dianggap Djan Faridz sebagai bentuk penindasan terorganisir oknum pemerintah.
Baca Juga
Baca Juga
"Situasi sekarang ini tidak jauh seperti yang sudah digambarkan Tjokroaminoto dalam sajaknya bahwa orang dapat menyuruhnya kerja, dan memakan dagingnya. Tapi kalau mereka tahu hak-haknya, orang pun akan menamakannya pongah, karena tidak mau ditindas," kata Djan Faridz, Jakarta, Rabu (20/1/2016).
Advertisement
Djan Faridz menambahkan Pada 1914, Tjokroaminoto menulis sajak di 'Doenia Bergerak' menggambarkan bagaimana keadaan bangsa Indonesia pada waktu itu.
"Apa yang terjadi di 2016 ini, sama apa yang digambarkan Tjokroaminoto dengan situasi yang terjadi pada tahun 1914," ungkap Djan.
Djan Faridz meminta kader untuk terus semangat menegakkan kebenaran sesuai konstitusi yang sudah dijalankan. PPP harus menjadikan umat Islam tuan rumah di negeri sendiri terlebih PPP adalah partai Islam yang sudah lama ikut berkontribusi dalam membangun bangsa dan negara.