Liputan6.com, Jakarta - Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti mengatakan, pihaknya masih meramu jerat untuk menangkap penabur racun sianida dalam es kopi Vietnam yang diseruput Wayan Mirna Salihin.
Krishna sudah 2 kali melontarkan kalimat yang menyindir terduga pelaku dengan menyebut adanya calon tersangka potensial atau potensial suspect.
Baca Juga
Pertama, saat membeberkan hasil prarekonstruksi pembuatan kopi Olivier Cafe. Bahwa kopi yang diminum Mirna dipastikan sengaja diberi sianida dengan takaran 3 gram.
"Mungkin potential suspect-nya atau siapa pun (yang) nonton berita ini kemudian mencatat lagi, menyiapkan (alibi). Nggak apa-apa. Kan kita sudah cukup lumayan alat buktinya, tinggal yang projusticia untuk gelar perkara," kata Krishna di Mapolda Metro Jaya, Rabu 20 Januari 2016.
Advertisement
Baca Juga
Sindiran kedua untuk potential suspect dilontarkan Krishna saat memberikan pemahaman kepada awak media, bahwa hasil pemeriksaan saksi yang dinilai janggal keterangannya tidak bisa dijadikan konsumsi publik.
Ia khawatir potential suspect akan memantau alat-alat bukti yang sudah dikantongi penyidik dan menyiapkan argumen untuk mematahkan sangkaan.
"Ya kami nggak bisa sampaikan dong. Anda (wartawan) tahu siapa pun membaca, siapa pun memantau. Kalau saya terbuka, terus dibaca oleh orang dan jadi opini, polemik dan yang lebih parah potential suspect bisa antisipasi dan sebagainya," kata mantan perwira menengah Interpol ini.
Krishna sebelumnya mengatakan, ada seorang saksi yang dicurigai memberikan keterangan palsu dalam kasus kopi maut Wayan Mirna Salihin.
Enggan menyebutkan siapa orang yang dimaksud, Krishna hanya menyampaikan agar seluruh saksi bersikap kooperatif dengan memberikan keterangan sebenar-benarnya kepada penyidik terkait kematian Mirna.
"Kalau orang dimintain keterangan, jadi saksi, kan di-BAP kemudian dibawa ke peradilan. Kemudian disumpah, maka keterangan yang diberikan harus sebenar-benarnya," kata Krishna.
Dugaan keterangan palsu itu muncul lantaran salah satu saksi memberikan keterangan berbeda dibanding saksi lainnya.
Krishna mengungkapkan, jika saksi yang dimaksud tetap memberikan keterangan janggal, maka pihaknya akan melakukan penetrasi antara keterangan janggal tersebut dengan keterangan saksi lainnya yang satu suara.
"Kami minta semua pihak berbicara sejujur-jujurnya. Kalau tidak jujur, kami bisa penetrasi, mengidentifikasi untuk menemukan kebohongannya," tegas Krishna.
Diketahui, di antara para saksi yang diperiksa polisi, Jessica Kumala Wongso lah yang paling sering menyambangi ruangan penyidik. Lima kali Jessica menjalani pemeriksaan polisi. Penyidik juga menghadirkan 3 psikiater forensik dari Biro Psikologi Polri untuk menganalisa karakter serta kebenaran keterangan Jessica.
Jessica adalah saksi mata kematian Mirna usai meminum es kopi Vietnam. Saat itu Jessica datang lebih dulu dan memesankan kopi untuk Mirna dan Hanny. Ia pula yang membayar tagihan minuman sebelum 2 temannya itu datang.
Saat menyeruput kopi, Mirna sempat mengungkapkan rasa kopi yang mirip jamu dan tidak enak.
Sesaat setelah itu, Mirna mengalami kejang, mulut berbusa hingga badan kaku. Ia pun meninggal setelah sempat diberi pertolongan pertama di RS Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat.