Kalijodo Siang Hari, Wanita Berpakaian Minim dan Parkir Rp 5.000

Banyak preman yang berjaga di sekitar lokasi. Mereka dikenal sadis dan tak takut mati.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 11 Feb 2016, 06:36 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2016, 06:36 WIB
Kalijodo
Suasana wilayah lokalisasi Kalijodo di siang hari

Liputan6.com, Jakarta - Kalijodo kembali menjadi sorotan. Kawasan tempat hiburan malam dan bisnis prostitusi itu menyedot perhatian pasca peristiwa tragis 'Fortuner Maut'. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pun langsung berencana membongkar lokalisasi itu.

Rencana pembongkaran lokalisasi yang ada di Jalan Kepanduan II, Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara itu sudah berulangkali diungkapkan oleh para gubernur sebelum Ahok. Namun, isu tersebut ‎hanya timbul sesaat di permukaan dan selanjutnya kembali tenggelam.

Salah seorang warga yang enggan disebut namanya mengaku, sejak dulu tidak ada aparat yang berani mengusik bisnis esek-esek di kawasan tersebut. Bahkan ormas-ormas besar pun tak ada yang berani masuk kawasan ini.

 

 

Suasana wilayah lokalisasi Kalijodo di siang hari

 
"‎Dari dulu mah emang ada wacana-wacana penggusuran. Tapi isu-isu itu ya timbul tenggelam. Nggak ada yang berani usik Kalijodo," ucap pria berusia 45 itu di sekitar lokasi, Kalijodo, Pejagalan, Jakarta Utara, Rabu 10 Februari 2016.‎

"Dulu pernah ada ormas datang ke sini bawa 8 mobil. Tapi mereka nggak berani masuk. Akhirnya balik lagi,"‎ sambung dia.

Menurut pria itu, banyak preman yang berjaga di sekitar lokasi. Mereka dikenal sadis dan tak takut mati demi mempertahankan sumber penghasilan dan bisnis prostitusi yang telah mereka jalani selama bertahun-tahun.


"Tahun 2001 pernah ada bentrok di sini gara-gara rebutan lapak. Memang bukan warga asli sini, tapi orang-orang Sulawesi. Itu semua orang pakai tombak, pakai panah," ucap dia.

Bukan tanpa alasan mereka rela mati-matian mempertahankan Kalijodo agar tetap hidup. Sebab, kawasan tersebut dapat menghidupi ribuan orang yang mengharapkan rezeki dari bisnis dunia malam. Bahkan, omzet per malam di kawasan tersebut mencapai ratusan juta.

"Bayangin aja, kafe ada sekitar 50. Kalau tiap kafe dikunjungi 20 orang saja itu udah ada 1.000 orang. Mereka pasti minum-minum, karaoke, main judi, main perempuan," papar dia.

Lebih jauh, pria bertubuh kurus itu mengungkapkan, mereka yang berada di kawasan Kalijodo cukup sensitif dengan keberadaan orang asing. Mereka sangat anti terhadap aparat, begitu juga awak media.

"‎Mereka itu punya insting kuat sekali, mudah curiga.‎ Nggak ada petugas yang berani masuk. Dulu pernah ada wartawan masuk aja diambilin parang," terang dia.

 

Suasana wilayah lokalisasi Kalijodo di siang hari


Berdasarkan pantauan Liputan6.com di lokasi pada siang hari, kawasan Kalijodo terlihat biasa saja. Tidak ada penjagaan ketat dari preman yang menguasai kawasan tersebut.

Meski gemerlap dunia malam belum terlihat, namun beberapa kafe sudah mulai buka sejak siang. Sementara sejumlah kafe lainnya masih tutup.

Ada juga wanita berpakaian minim menggoda laki-laki yang melintas di Jalan Kepanduan II itu. Mereka menawarkan masuk ke kafe untuk sekedar minum atau karaoke.

Anak-anak juga terlihat bermain berlarian ke sana ke mari dengan leluasa di pinggir jalan. Para pedagang kaki lima berderet menjajakan dagangannya di sepanjang jalan Kalijodo.

Beberapa pria yang berprofesi sebagai tukang parkir berjalan ke sana ke mari menghampiri kendaraan yang berhenti. Mereka langsung meminta ongkos parkir Rp 5 ribu begitu ada ‎sepeda motor yang menepi di kawasan tersebut.

"Kami Tak Takut Bersihkan Kalijodo"

 

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Tito Karnavian (Liputan6.com/Yoppy Renato)


Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian menyanggah kabar bahwa kawasan Kalijodo tak bisa ditertibkan aparat.

"Nggak juga (sulit direlokasi). Kita, polisi dan TNI mewakili negara tidak akan takut kepada elemen lainnya. Tak ada tempat yang nggak bisa disentuh TNI-Polri. Saya sendiri saat jadi Kapolda Papua 2 tahun di sana, ada tempat yang katanya ada kelompok bersenjata di sana, kita datangi," tutup Tito.

Polda, kata Tito, akan mendukung jika ke depan Pemerintah Daerah mengambil kebijakan untuk menertibkan kawasan Kalijodo. Polda siap mengerahkan personel sesuai yang dibutuhkan Pemda.

Nama Kalijodo kembali mencuat pasca-kecelakaan maut yang melibatkan mobil Toyota Fortuner dengan pemotor. 4 Orang tewas akibat insiden tersebut. Polisi telah menetapkan pengemudi mobil jenis SUV itu, yakni Riki Agung Prasetyo (24), sebagai tersangka.

Kecelakaan tersebut bermula ketika rombongan mobil Fortuner ‎yang ditumpangi 9 orang itu pulang dari Kalijodo. Mereka pesta minuman keras di kawasan tersebut.

Hingga akhirnya, pada Senin subuh, Riki kehilangan konsentrasi saat memacu kendaraannya di kawasan KM 15 Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat dengan kecepatan tinggi. Mobil sport itu kemudian menabrak pemotor yang tengah melintas dan berguling-guling hingga menghantam tiang listrik.

Riki menyesal karena datang ke Kalijodo. "Saya nyeselnya kenapa harus ke Kalijodo‎," ucap Riki Satwil Laka Lantas Polres Metro Jakarta Barat, Senin 8 Februari 2016.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya