Liputan6.com, Jakarta - Ketenangan warga Kalijodo, Jakarta Utara terusik pada Sabtu 20 Februari 2016 pagi. Sedikitnya, 3.000 personel gabungan merangsek masuk ke Kalijodo. Atas nama Operasi Penyakit Masyarakat, mereka memeriksa apa saja. Membongkar kafe-kafe yang ada dan menemukan segala rupa benda berbahaya. Mulai dari anak panah, tombak, ketapel hingga puluhan senjata tajam.
Hampir 10 botol minuman keras ilegal dan ratusan alat kontrasepsi juga didapat polisi. Sementara, 17 orang diperiksa dalam operasi tersebut.
Kalijodo bukan hanya soal judi dan prostitusi. Di dalamnya ada lebih dari 3.000 jiwa yang menetap, mencari nafkah sekaligus membangun keluarga di sana.
Advertisement
Baca Juga
Sejumlah fasilitas umum juga ada di lokasi itu. Ada musala, gereja, sampai tempat belajar pendidikan anak usia dini. Semuanya, bertetangga dengan tempat hiburan malam di sana.
Namun, sejak Pemerintah Provinsi Jakarta berniat menjadikan Kalijodo sebagai ruang terbuka hijau, warga resah. Mereka menolak rencana pemerintah. Apalagi, tak sedikit warga yang sudah puluhan tahun tinggal di sana.
Sejak puluhan tahun silam Kalijodo memang identik dengan kata 'prostitusi'. Kehidupan malamnya, terkadang lebih ramai dari siang hari. Tak kurang dari 500 Pekerja Seks Komersial (PSK) menunggu pria hidung belang di tempat itu. 100 Orang di antaranya tinggal di tengah warga.
Dulu, di sini kerap menjadi lokasi perayaan Pesta Air alias Peh Cun. Tradisi Tionghoa yang digelar setiap 100 hari usai Imlek.
Kawasan itu kemudian disebut Kalijodo karena pada tahun 50-an, banyak muda-mudi bertemu jodohnya di sini. Seperti dalam film Cau Bau Kan karya Remy Silado. Namun itu semua tinggal cerita.
2 Opsi
Rencana penertiban yang akan dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta membuat PSK di tempat itu berkemas. Sebagian dari mereka bahkan memilih pulang kampung. Tapi tidak sedikit yang hanya pindah tempat tinggal.
Untuk membantu para PSK, pemerintah menawarkan 2 opsi. Mengikuti pelatihan aneka keterampilan, atau bekerja di perusahaan garmen di Boyolali, Jawa Tengah. Sedangkan, untuk warga ber-KTP DKI, pemerintah menyediakan 400 unit rumah susun di Pulogebang dan Marunda. Untuk 3 bulan pertama, mereka tidak perlu membayar alias gratis. Meski begitu, belum banyak warga yang menerima tawaran tersebut.
Penolakan boleh saja disuarakan, namun pemerintah tetap akan meratakan Kalijodo dengan tanah sekaligus membuka 1,6 hektare ruang terbuka hijau baru di Ibu Kota. Babak baru ini sekaligus mengubah wajah Kalijodo, sepenggal tanah di Jakarta, yang sebentar lagi meninggalkan sejuta cerita.
Saksikan rangkuman Kopi Pagi (Komentar Pilihan Liputan 6 Pagi) selengkapnya yang ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (21/2/2016), berikut ini.