Liputan6.com, Jakarta - Setiap kafe dan bar baru di Kalijodo selalu didoakan dalam acara tahlilan sebelum beroperasi. Berbagai cara dilakukan para pemilik kafe untuk memperlancar usahanya.
Salman (42), seorang tokoh agama asal Bugis, tak kuasa menolak permintaan seorang sanak saudaranya yang satu kampung. Sanak saudara ini minta didoakan, acara syukuran juga digelar di dalam kafe. Tak ketinggalan, semua penghuni kafe termasuk para PSK juga turut serta dalam acara syukuran itu.
"Pada saat saya pimpin doa itu, mereka-mereka (PSK) turun dan saya lihat mukanya sedih, mungkin mereka menyesal," ujar Salman di Kalijodo, Rabu (24/2/2016).
Para PSK yang ikut berdoa itu tak menutup aurat mereka. Baju yang dikenakan cukup terbuka. Namun Salman tak bisa menegur. Para PSK turun dari lantai 2 dan 3 kafe saat doa sudah dimulai.
"Karena membuka bar baru, mereka PSK keluar juga penampilan apa adanya dengan mengaminkan doa saya," ucap Salman.
Baca Juga
Kejadian itu terjadi belasan tahun lalu. Menurut dia, para PSK yang bekerja ketika itu, terpaksa melakukannya dengan alasan ekonomi. Namun belakangan, alasan perekonomian keluarga malah jadi dalih pembenaran.
Salman mengaku sering dipanggil pemilik kafe dan bar. Mereka sering bertanya soal hukum Islam.
"Hukum Islam tetap hitam-putih, sebab maksiat tetap maksiat," jawab Salman kala itu.
Dia juga mengungkap ada beberapa PSK yang bertobat. Hal tersebut diketahui dari jemaah dan warga sekitar. Bahkan, kata dia, beberapa PSK yang salat 5 waktu di kamar yang mereka gunakan untuk melayani pelanggan.
"Kebanyakan mereka yang salat di masjid hanya sekuriti dan pemilik kafe. Namun, untuk PSK yang salat di masjid saya tidak pernah melihat," ujar Salman.
Pantauan Liputan6.com, ada sejumlah kamar di kafe yang tersebar di Kalijodo, yang terdapat hiasan dan poster kaligrafi ayat suci.
Menurut Salman, Kalijodo tak hanya cukup diratakan dengan tanah. Namun juga harus ada bimbingan rohani bagi pemilik, bos dan pengelola kafe-kafe dan bar di Kalijodo, agar tabiat maksiat itu tak menyebar.