Jokowi Temui Bos Mode Swedia

Dalam kesempatan itu, para tamu dari Swedia tersebut banyak memberikan masukan mengenai potensi besar Indonesia dalam bidang mode.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 24 Feb 2016, 14:41 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2016, 14:41 WIB
Jokowi
Jokowi bertemu dengan diaspora Indonesia di San Francisco pada di Auditorium Palace of Fine Arts, San Francisco. (Foto: Setpres)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Jokowi menemui Helena Helmersson, pemilik merek H&M Global Production, perusahaan mode besar asal Swedia dan Duta Besar Swedia untuk Republik Indonesia, Johanna Brismar Skoog, di Istana Merdeka, Jakarta.

Menteri Perdagangan Thomas Lembong yang turut mendampingi sang Presiden dalam pertemuan tersebut mengatakan, pertemuan dengan Jokowi berlangsung kondusif.

Dalam kesempatan itu, para tamu dari Swedia tersebut banyak memberikan masukan mengenai potensi besar Indonesia dalam bidang mode.

"Baik pemerintah Swedia maupun H&M menyampaikan beberapa masukan untuk mengejar lagi agar sektor fashion dan garmen lebih maju lagi. Dari Swedia kita semua kenal IKEA, Volvo, Tetra Pak (karton dan kemasan), dan Scania," ujar Thomas Lembong di Jakarta, Rabu (24/2/2016).

"Dan kami sangat antusias menjalin kerja sama dengan pemerintah Swedia untuk mendukung sektor swasta di Indonesia," tutur dia.

Kerja Sama

Kehadiran merek fashion itu di Indonesia, menurut Thomas Lembong, tidak hanya terkait dengan investasi dan ekspansi, tetapi juga untuk masuk ke aspek nilai tambah yang lebih besar.

"Bukan hanya persoalan garmen, tapi juga masuk ke desain tekstil khusus dan juga bekerja sama dengan desain atau seniman dari Indonesia," ucap dia.

Menurut Thomas, pertemuan yang diprakarsai oleh Kantor Staf Kepresidenan dan Kementerian Perdagangan itu didasari atas fakta bahwa industri tekstil di Indonesia memberikan pemasukan kepada negara Rp 13 miliar dolar per tahun. Selain itu, industri diakui Thomas mampu menyerap sekitar 2,7 juta tenaga kerja.

"Perlu diketahui, saat ini 98 persen pengadaan oleh H&M di Indonesia bertujuan untuk ekspor. H&M sudah ada di Indonesia sejak 1996. Sekitar 98 persen dari pengadaan H&M itu bertujuan untuk ekspor," tutur dia.

Dia menjelaskan fesyen merupakan industri masa depan Indonesia karena cocok dengan budaya kreatif di Tanah Air. Karena itu, momen kunjungan ke Indonesia akan dimanfaatkan oleh mereka bertemu dengan para desainer muda Indonesia untuk bertukar pikiran mengenai dunia mode.  

"Karena itu, prakarsa dari Kantor Staf Kepresidenan mempertemukan H&M dengan desainer Indonesia, seniman Indonesia, untuk membangun ekosistem dan suasana industri yang semakin inovatif dan naik kelas," ucap Thomas Lembong.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya